Part 5: Memaksa dekat

1.9K 274 7
                                    

🌟Vote diawal ya

Jangan salahkan Felix yang tampak kejam sekarang, moodnya sangat buruk. Kedua adiknya memonopoli calon istrinya, membawa Deeva berkeliling Istana tanpa memberitahunya.

Padahal Felix sudah mencarinya kepenjuru Istana, tapi sepertinya kedua adiknya itu mengetahui cara membuat kakak mereka kesal. Mereka membawa Deeva ketempat yang berlawanan dengan sang Kakak.

Sial. Batin Felix kesal.

..

"Hahaha, kau lihat wajahnya tadi," ucap Jaden tertawa puas, "Aduh, perutku kram karena banyak tertawa".

"Wajahnya seperti ingin memakan orang, hahaha," Lubis memegang perutnya.

Mereka senang menjahili Kakaknya itu, melihat Kakaknya yang biasa cuek. Sekarang tampak kelimpungan karena calon istrinya mereka bawa pergi, membuat kesenangan tersendiri bagi kakak beradik itu.

Kapan lagi ada kesempatan seperti ini. Pikir keduanya puas.

Sedangkan Deeva menatap dua makhluk tak kalah tampan dari calon suaminya bingung, saat dia dikamarnya setelah membantu para pelayan membereskan pakaiannya. Kedua adik Felix itu membawanya berkeliling Istana, namun keduanya tampak seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ah, kakak ipar maaf kami mengabaikanmu," ucap Jaden sopan sembari tersenyum tipis, "Namaku Jaden Ashef Legard, putra kedua Ratu Natasha Seena," Jaden membungkukan sedikit badannya sekilas.

Lubis menarik lengan calon kakak iparnya itu, "Namaku Lubis De Legard, putra bungsu kerajaan Afollo," menjabat tangan Deeva antusias. Keduanya hanya dibalas senyuman tipis oleh Deeva.

"Kakak bagaimana kau menjinakan kak Felix," ucap Lubis.

"Menjinakan? Dia bukan hewan bodoh," maki Jaden menyentil kening adiknya.

"Aduh," Lubis menyentuh keningnya, "Kakak ipar lihat dia. Selalu menyiksaku," adunya pada Deeva memeluk tangan calon kakak iparnya manja.

"Dasar pengadu," cibir Jaden.

"Tuh lihat," Lubis menceblikan bibirnya, dengan wajah imut.

"Jaden, jangan seperti itu," tegur Deeva tenang. Mengusap kening Lubis yang menyenderkan tubuhnya pada lengan Deeva.

Lubis menyeringai penuh kemengan pada sang kakak, dibalas dengusan kesal oleh Jaden.

Deeva dilanda kebingungan sampai kedua kakak beradik itu menjelaskan keusilan mereka. Membuat Deeva menggelengkan kepala.

Mereka berada dibawah pohon besar disamping Istana, pohon itu sangat rindang sehingga siapapun yang berada dibawahnya merasa sejuk.
Karna tubuh pohon itu besar, siapa saja yang bersembunyi pasti tak terlihat.

**

Deeva memasuki kamarnya, saat dia membalikan badan setelah menutup pintu. Deeva mundur kebelakang karna kaget, dia mengelusa dadanya yang berdegub kecang.

"Dari mana?" Tanya Felix tajam, berdiri didepan Deeva.

"Bukan urusanmu," ketus Deeva melangkah menjauh, namun sebuah tangan menariknya hingga membuatnya terkurung dalam pelukan yang nyaman.

"Urusanku, kau calon istriku ingat!" Felix meletakan wajahnya diceruk leher putih mulus calon istrinya itu.

"Lepas!" Berontak Deeva membuat Felix menatapnya tajam.

Deeva menelan ludah saat menatap mata tajam milik Felix, netra itu menatapnya dalam. Felix menyatukan kening mereka, membuat jantung Deeva berdegub kencang, menahan nafas.

Jantungku. Miris Deeva dalam hati

"Bernafaslah!" Deeva bernafas pelan, belum terbiasa dengan prilaku pria didepannya.

Felix memejamkan matanya sesaat, menghela nafas lega dan membuka kembali, terlihat sorot khawatir didalam matanya.

"Kau berhasil membuatku khawatir," lirihnya.

Deeva tertegun mengerjapkan matanya, melihat ketulusan didalam mata calon suaminya itu. Deeva tersenyum tipis mengakat sebelah tangannya, menyetuh pipi Felix. mungkin itu bisa membuat Felix tenang.

"Aku tak kemana mana," Felix mejamkan matanya menikmati setuhan hangat calon istrinya.

"Jangan ulangi, aku tak suka melihatmu pergi. Meski itu dengan kedua adikku,".

"Baiklah, baiklah".

Felix mengerutkan keningnya tak suka saat Deeva menurunkan tangannya dan memberinya jawaban seperti itu, "Ada apa dengan nada malas itu?".

Deeva mengelengkan kepalanya, "Bisakah kau melepaskan pelukanmu?" Ucap Deeva balik bertanya, tanpa niat menjawab.

"Tidak," tegas Felix tak ingin dibantah.

"Aku lelah, perjalananku tak dekat. Apalagi adikmu membawaku keliling Istana yang luas ini," keluh Deeva.

Melihat wajah lelah Deeva, membuat Felix tak tega. Ia mengangkat tubuh calon istrinya itu, membuat Deeva memekik kaget. Felix menurunkan tubuh Deeva diatas ranjang.

"Tidurlah! Aku akan pergi," ucap Felix mengelus surai hitam kelam Deeva.

Deeva mengangguk, "Sudah sana pergi," usirnya.

"Kau ini, senang sekali menghancurkan suasana," dumel Felix gemas.

"Hm," balas Deeva membalikan badannya memunggungi Felix.

Felix hanya menggelengkan kepalanya heran, melihat tingkah calon istrinya yang berubah ubah.
Felix membisikan sesuatu dan mencium pipi Deeva sekilas, kemudian beranjak dari sana.

"Mimpi indah, sayang".

Oh, abaikan detak jantung yang menggila dan pipi merona itu.

***

Part ini pendek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Part ini pendek.... gak tau kenapa moodnya menurun ditengah jalan.

Aku harap kalian suka, ya meskipun cerita abal abalku yang satu ini gaje....

Suka genre kerajaan tanpa selir, sorry aja bukan penyuka para nyamuk yang nyamar jadi ratu lebah.

💬🌟💬🌟💬🌟💬

Crown Prince's Choice [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang