Ngambek

9 4 0
                                    

3 hari setelah kejadian itu, Linda merasa semakin nyaman dan seru ketika disamping Abraham. Setiap masuk sekolah, ia selalu tidak sabar bertemu dengan Abraham. Namun ia masih bingung mengungkapkan perasaannya sekarang atau nanti. 

***

Di saat pelajaran IPA, anak-anak mendengarkan penjelasan dari Pak Rendi, termasuk Linda dan Araham. Setelah menjelaskan, Pak Rendi langsung menyuruh murid-murid untuk mengerjakan tugas, dan ia akan pergi sebentar ke ruangan kantornya karena ada ursan. Kelas Linda sangat berisik jika ditinggal oleh guru, namun Linda tetap fokus mengerjakan soal. Abraham merasa aneh dengan tingkah Linda yang tidak biasannya mengajak ngobrol.

"Tumben gak ngobrol," Abraham memulai pembicaraan. Linda yang menyadarinya langsung menatap Abraham.

"Ini aku lagi fokus ngerjain soal," jawab Linda dengan singkat. Linda ingin selesai mengerjakan soal dengan cepat.

"Oh, jadi gak cerewet ya," Abraham mengajak Linda bercanda, namun Linda hanya mengangguk saja. Abraham yang masih merasa aneh dengan tingkah laku Linda tetap mengajaknya mengobrol.

"Hemm, kok agak beda ya,"  gumam Abraham. Linda masih fokus dengan soalnya.

"Heyy, cieee yang waktu itu ngomong ke Ardhan "Maaf, ada hati yang harus dijaga" ciee," Abraham mencoba membuat Linda kesal, namun Linda tidak menggubrisnya membuat Abraham menjadi bingung.

"Cieee, yang kerjaannya baper ama salting," Abraham terus mencoba membuat Linda kesal namun tidak mempan. Sebenarnya Linda sangat kesal dengan kelakuan Abraham, namun Linda lebih memilih mengerjakan soalnya itu.

"Idihh, mosok angela keknya mukanya murung terus," Linda yang mendengarnya kaget, karena Linda dipanggil Abraham angela, namun Linda tetap tidak memedulikannya. Abraham mengajak ngobrol teman mereka yang duduk didepan mereka, Rezvan. 

"Van, lu tau gak, misalkan ada angel yang kerjaannya marah, terus dia namanya apa??" Abraham menanyakannya kepada Rezvan sambil menatap Linda sedikit. Rezvan langsung menoleh kearah mereka berdua.

"Yaa, jadi devil lah, kan kebalikannya," jawab Rezvan yang dapat menjawabnnya dengan cepat. Linda yang mendengarnya hanya bisa kesal dalam hati, namun ia tetap fokus pada soalnya.

"Tuhhh, kan jadi devil," Abraham pun menatap Linda sambil tertawa, namun tetap saja Linda akan terus diam sampai soal yang ia kerjakan itu selesai. Abraham pun ikut kesal dengan kelakuan Linda.

"Oke, klo kamu diem, aku juga diem," jawab Abraham dengan singkat. Linda menatap Abraham sebentar lalu melanjutkan mengerjakan soalnya.

Saat Linda mengerjakan soal nomer 7, ia langsung bingung, ia tidak mengerti harus menjawab apa. Pak Rendi belum kembali ke kelas, salah satu caranya yaitu Linda harus bertanya kepada Abraham karena dia yang jago IPA. Linda langsung menatap Abraham. Saat Linda hendak bertanya, Abraham tiba-tiba menatapnya juga dengan tatapan sinis.

"Gak boleh kerjasama," ucap Abraham dengan sinis sambil menggeser tempat duduknya beberapa senti. Linda langsung kaget, dia bingung harus menjawabnya bagaimana. 

Ia baru menyadari bahwa disebelah tempat duduknya ada Retta. Linda berniat untuk menanyakannya kepada Retta. 

"Ta," Linda memanggil Retta. Retta yang sedang mengobrol dengan Wati langsung menatapnya.

"Nape ?" Retta bertanya kepada Linda.

"Aku pengen nanya nomer 7 donk, gimana itu??" tanya Linda. Retta pun tambah kebingungan.

"Apalagi aku, aku dari tadi belum ngerjain kwkwk," ternyata daritadi Retta belum mengerjakan.

"Hemmm, yaudah deh," Linda lebih memilih melongkapi soal tersebut dan mengerjakan soal yang lain.

"Kenapa kamu gak nanya aja sama Abraham ? dia kan jagi IPA ?" Retta menyuruh Linda bertanya kepada Abraham. Tetapi Retta tidak mengerti apa yang terjadi antara Lindan dan Abraham.

"Anaknya lagi ngambek," Linda tertawa diikuti juga oleh Retta.

"Lahh, kok bisa ngakak woyy, wkwkw," Linda langsung menceritakan semuanya kepada Retta. Retta pun langsung tertawa. Linda langsung melanjutkan soalnya itu, walaupun ada yang dilongkap.

Linda pun selesai mengerjakan soal IPA nya, namun ada nomer 7 dan 9 yang tidak bisa ia jawab. Ternyata ia pun juga bingung dengan nomer 9. "Duh, gimana ya??"  gumam Linda dalam hati. Linda pun berusaha untuk membujuk Abraham. Linda pun menepuk punggung Abraham. Abraham yang sedang mengobrol dengan Keneth langsung menatap Linda, namun dengan tatapan yang sinis. 

"Boleh aku tanya nomer 7 dan 9 ??" tanya Linda kepada Abraham, namun Abraham sedikit cuek. Bukannya menjawab, Abraham malah kembali mengobrol dengan Keneth. "Maunya apa sih nih anak??" Gumam Linda dalam hati dengan kesal.  

Linda membuka buku IPA nya dan membaca ulang semuanya, namun ia masih belu menemukannya. Linda tambah pusing, karena sebentar lagi waktu pelajaran IPA akan selesai. Sampai sekarang Pak Rendi belum datang ke kelas, ia sepertinya masih sibuk di kantornya. 

"Arrggghhh!! gimana ini! sumpah gemes banget!!" Linda mulai menyerah dengan kedua soal itu. Tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan buku tulis beserta jawabannya, ternyata yang memberikannya itu adalah Abraham. Linda yang kaget dengan semua jawaban yang diurai oleh Abraham sangat rapi dan lengkap.

"Makasih ya," Linda melemparkan senyumannya itu kepada Abraham. Abraham hanya mengangguk dan kembali mengobrol dengan Keneth, Linda masih agak kesal dengan kelakuan Abraham tersebut. 

Selesai Linda menyalin jawaban dari Abraham. Linda mengembalikan buku Abraham dan langsung minta maaf kepada Abraham.

"Ham, maafin aku, pleaseee, aku kan tadi lagi fokus ngerjain soal biar cepet selesai, gak usah dipisah juga kali tempat duduknya," Linda memohon kepada Abraham. Abraham hanya menatap Linda sebentar lalu ia menunduk tanpa menjawab pernyataan Linda.

"Iiiihhh, Ham, aku serius minta maaf, jangan ngambek kayak gitu, emang kamu maunya apa biar kamu maafin aku??" tanya Linda yang mulai gelisah. Abraham lagsung menatap Linda dengan hangat dan tersenyum. Tatapan ini yang selalu membuat Linda blushing.

"Aku cuma pengen 1," jawab Abraham. Linda malah bingung.

"Maksudnya??" 

"Aku cuma pengen kamu disampingku terus,"


Make You MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang