Happy Reading!
“Nes? Lo ga akan ikut ke kantin?” tanya Meira pada Vanessa.
Pasalnya, Vanessa tetap duduk sambil mencatat sesuatu dibukunya saat ketiga temannya sudah hampir sampai di daun pintu.
“Engga deh, gue lagi nyatet ulang bahasan Bu Ria tadi. Kalian ke kantin aja, lagian gue udah makan tadi dirumah.” Vanessa menyebut nama guru favorite nya.
“Bener nih? Gamau nitip apa gitu ke kita?” tanya Chintia.
“Iya beneran, kalian jajan aja. Gue lagi ga pengen makan apa apa,” balas Vanessa.
“Yaudah, kita duluan ya. Baik baik lo disini, awas ada kalong HAHAHA,” balas Nazwa sambil berlalu.
“Sialan,” Vanessa tersenyum tipis atas perkataan konyol sahabatnya.
Vanessa masih asik menulis di buku catatannya hingga 8 menit berlalu.
“Finally,” Vanessa menutup buku catatannya. Kemudian ia melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
“Nyusul jangan ya? Gausah deh, sebentar lagi juga bel bunyi.” Vanessa bermonolog sambil berjalan keluar kelas, lalu ia duduk di kursi yang ada di depan kelasnya.
Vanessa menunduk menatap sepatu yang terpasang di kaki nya. Vanessa sedikit bosan, tapi ia sedang tidak mood bermain ponsel. Akhirnya ia mengayun-ayunkan kakinya secara berirama.
Vanessa berhenti mengayunkan kaki nya ketika ia melihat sepasang sepatu berwarna hitam yang berhenti tepat di depan kaki nya.
Vanessa mengangkat kepala nya dan langsung terdiam ketika melihat seorang siswa sedang berdiri di depannya sambil tersenyum manis.
“Jangan bengong aja, nih ambil biar ga gabut.” ucap siswa itu sambil menyodorkan sebuah permen milkita.
Vanessa mengambil permen tersebut seraya tersenyum “Makasih,” ucapnya.
“Gue boleh duduk disini?” tanya siswa tadi yang dibalas anggukan kepala oleh Vanessa.
“Gue Andika Pratama, kelas XI-MIPA 3. Panggil aja gue Tama, kalau lo?” siswa tadi mengulurkan tangannya.
“Gue Vanessa,” Vanessa menyambut uluran tangan Tama sambil tersenyum singkat.
“Ini kelas lo?” tunjuk Tama pada dinding di belakang tubuhnya.
“Iya Ka,” balas Vanessa sambil memainkan permen pemberian Tama.
“Oh yaudah gue balik ke kelas ya. Nice to meet you, Sa.” Tama mengusap kepala Vanessa, kemudian ia bangkit dari duduknya meninggalkan Vanessa yang tersenyum tipis.
“Nice to meet you too,” balasnya.
• • •
Hari ini Vanessa akan di jemput oleh supir keluarganya. Sekarang ia sedang duduk menunggu sang supir di depan post satpam.
“Nunggu jemputan, Neng?” tanya Satpam di sekolah Vanessa yang katanya orang Sunda asli.
“Iya nih Pak, Nessa lagi nunggu jemputan.” balas Nessa sambil tersenyum.
“Oh yaudah atu hati-hati ya, Bapak mau keliling dulu.” pamit Pak Ujang — satpam di sekolah Vanessa.
“Iya Pak,” balas Vanessa ramah.
Vanessa terdiam memandang jalanan di depannya. Fikiran nya sedang berkeliaran entah kemana.
“Nes?” seseorang menepuk pundak Vanessa.
“Eh? Iya? Kenapa Ka?” balas Vanessa terkejut.
“Bengong mulu dari tadi, lagi mikirin apa sih?” tanya Tama.
“Ah engga Ka ga ada,” balas Vanessa sedikit canggung.
“Oh yaudah, by the way lo lagi ngapain disini? Nunggu jemputan?” Tama ikut duduk di samping Vanessa.
“Iya nih,” Vanessa menggeser duduk nya agar posisi mereka tidak terlalu dekat.
“Sambil nunggu jemputan, mending lo main ini aja.” Ujar Tama sambil mengeluarkan ponsel nya.
Vanessa memperhatikan Tama yang sedang mengotak atik ponsel nya. Tidak lama setelah Tama mengeluarkan ponsel nya, ia langsung mengubah posisi ponsel nya menjadi landscape.
“Welcome to mobile legend!” suara seorang wanita terdengar dari ponsel Tama.
“ML?” tanya Vanessa heran.
“Iya, lo bisa ga main nya?” pertanyaan Tama langsung mendapat respon berupa gelengan kepala dari Vanessa.
“Yaudah sini gue ajarin, mau ga?” tawar Tama.
“Ah engga ah, pusing liat nya juga. Ka Tama aja main, aku merhatiin aja,” balas Vanessa.
“Yaudah sini perhatiin hahaha,” balas Tama sambil tertawa.
“Ih Ka itu ngapain muter muter kaya gitu?” tanya Vanessa heran ketika musuh berputar putar.
“Ih ih nyingkir Ka cepetan takut ketembak!!” Vanessa berteriak heboh.
“Double Kill,” sebuah suara muncul dari ponsel Tama.
“Anjir Ka Tama hebat ganyangka,” kata Vanessa kagum.
Vanessa terus saja berteriak dan berceloteh dengan heboh sampai permainan berakhir. Tama yang mendengar celotehan Vanessa langsung membalas dengan tertawa kencang, selanjutnya Tama akan dihadiahi sebuah pukulan keras di tangannya oleh Vanessa karena tidak fokus pada permainan.
Vanessa tidsk perduli jika Tama menjauhinya karena merasa risih dengan suaranya yang bising.
Jangan pernah menjadi orang lain hanya untuk dicintai.
Vanessa Anastasya
• • •
Halo halo semuaaa
Anjay author update 4 chapter sekaligus🤣
Part yang ini pendek ya? Maapin banget huhuuu:(
Jangan lupa vote comment pokonya yaa!
See you next part!
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
Teen FictionBukan tentang seorang gadis yang mengejar lelaki impiannya, atau tentang seorang lelaki dingin yang tak tersentuh. Ini kisah mereka, Raffa dan Vanessa, dua orang siswa SMA yang terjebak di dalam lingkaran toxic relationship. Raffa yang dewasa bertem...