Halo haloo, maapin yaa kemarin ngegantung mwehehe. Langsung aja yuuuu.
Happy Reading!
***
“Guesukasamalo,” ujar Raffa cepat.
“Hah? Lo apa?” Vanessa bingung sendiri dengan apa yang ia dengar, pasalnya Raffa berbicara dengan sangat sangat cepat.
“Ck, masa ga denger?” Raffa berdecak.
“Denger, tapi gue gatau lo ngomong apa.” Vanessa menyingkirkan helaian rambut yang menutupi telinganya kemudian mendekatkan telinganya ke arah Raffa. “Coba ngomong sekali lagi.”
Untuk beberapa saat, Raffa terkesiap dengan tindakan Vanessa. Raffa berdehem untuk menutupi kegugupannya.
“Gue. Suka. Sama. Lo.” Kali ini Raffa menggunakan penekanan dalam setiap kata yang ia ucapkan.
Anjir. Satu kata yang terlintas di otak Vanessa saat ini.
“Ko.. Kok bisa?” Bodoh, pertanyaan macam apa itu?
“Bisa lah, gue kan ga homo.” Balas Raffa, benar juga.
“Ih bukan gitu. Maksud gue tuh, kok lo bisa suka sama gue? Kenapa engga sama yang lain gitu? Gue kan cuma siswi biasa di sekolah, ga famous-famous amat iya kan?” Vanessa menunggu jawaban Raffa.
“Gue juga gatau, tapi menurut gue lo itu spesial. Mau tau ga sih? Jarang-jarang ada cewek kaya lo,” ucap Raffa. “Lo itu apa adanya, lo itu ga punya keinginan tenar. Dan gue yakin seratus persen, dari awal kita deket sampe detik ini, lo ga pernah punya niatan pansos sama sekali.”
Kita deket?
“Emang gue gitu? Masa sih?” Vanessa bergumam sendiri.
“So? Gimana?” tanya Raffa.
“Gimana apanya?” Vanessa malah bertanya balik.
“Ck, perasaan lo sama gue.” Lagi-lagi Raffa berdecak.
“Oh ituuuuu hehe,” kini Vanessa menunjukkan cengirannya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung mau jawab apa.
“Siapa yang kemarin uring-uringan gara-gara engga gue chat?” Raffa menarik turunkan alisnya, tersenyum menggoda.
WHAT THE HELL? KO RAFFA BISA TAU?
“Dih, sotau lo. Kata siapa gue uring-uringan?” Vanessa mengangkat dagunya, tersenyum angkuh.
“Emang gue bilang kalau lo yang uring-uringan?” Senyuman Raffa semakin lebar, bahkan kini ia rela memiringkan kepalanya demi menatap wajah Vanessa yang memerah.
Mampus salah ngomong.
“Tapi kan itu Ka, tapi lo kan itu. Maksud gue tuh.... Disiniiii kan cuma ada kitaaaaa, jadi itu pasti bu-buat gueeee, iya kan?” Vanessa menggerakan tangannya sambil memutar pandangannya ke sekitar taman, mencari ide.
Sial Vanessa tidak bisa bicara. Kemana perginya kehebatan Vanessa dalam berdebat?
Raffa tersenyum dengan sangat manis, dan kalimat Raffa selanjutnya mampu membuat jantung Vanessa lompat dari tempatnya. “Now i love you Vanessa Anastasya, but I have a promise with someone.” tatapan hangat Raffa berubah menjadi sendu seketika.
Okey, Vanessa sekarang benar-benar nge-fly. But wait, someone? Who?
“I once promised to keep waiting for her even though I don't like her anymore.” Lanjut Raffa masih dengan tatapannya yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
Teen FictionBukan tentang seorang gadis yang mengejar lelaki impiannya, atau tentang seorang lelaki dingin yang tak tersentuh. Ini kisah mereka, Raffa dan Vanessa, dua orang siswa SMA yang terjebak di dalam lingkaran toxic relationship. Raffa yang dewasa bertem...