11. Berubah

173 7 1
                                    

Happy Reading!
.
.

Sudah dua minggu lamanya sejak kejadian dimana Vanessa berbalas pesan dengan Raffa untuk pertama kali nya, dan sudah satu minggu lamanya mereka berdua tidak terlibat komunikasi, baik di chat maupun di real life.

Vanessa menghembuskan nafasnya pelan, kini gadis itu sedang berbaring diatas kasur milik sahabat tercinta nya. “Ko gue jadi galau gini ya?”

“Lah anjir mampus, tergila gila kan lo sama dia, makan dah tuh galau.” Meira menutup novel yang sedang ia baca, kemudian ia berbaring disamping Vanessa yang sedang memandangi langit-langit kamarnya.

“Bukan tergila-gila Mei, ini tuh kaya apa ya? Ck, pokoknya susah kalau di jelasin. Lo ngerti ga sih maksud gue?” Vanessa menengokan kepala nya menghadap Meira.

“Iya iya gue ngerti, Nes. Lo itu bukannya tergila-gila sama Ka Raffa, tapi lo itu udah terbiasa dengan kehadiran dia, makanya pas dia tiba-tiba berhenti nge chat in lo kaya sekarang, lo jadi uring-uringan. Gue tau dan ngerti apa yang lagi lo rasain Nes,” Meira ikut menengokan kepalanya, posisi mereka saat ini adalah berbaring sambil menatap satu sama lain.

“Udah ah jangan galau mulu, cini cini acu peyuk, uluh uluh cayang nya acu bica galau yaaaa.” lanjut Meira merentangkan tangan kanan nya di ikuti Vanessa yang mengangkat tangan kirinya.

“HUAAA MEIRAAA, GUE GAPERNAH NGERASA KAYA GINI, GAPERNAH NGERASA KAYA YANG LO OCEHIN TADI. HELP ME PLEASE! GADOYAN GALAU GALAU GUE MEI,” Vanessa berteriak frustasi didalam pelukan Meira, benar benar bukan jati diri Vanessa.

“Uncc cayang cayang, udah jangan galau, tenang aja okey? Masih ada gue, Chintia sama Nazwa yang bakal selalu ada di samping lo.” Meira mengusap punggung Vanessa, menenangkan sahabatnya yang satu itu.

Promise?” Vanessa mengurai pelukan keduanya, lalu ia menunjukkan jari kelingking miliknya. “Promise sayang,” jawab Meira sambil mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking milik Vanessa.

Keduanya tersenyum dengan manis, hingga sedetik kemudian tawa mereka pecah secara bersamaan.

“BHAHAHA APAAN SIH ANJIR JADI MELOW GINI,” ucap Meira.

“BODOAMAT GUE NGAKAK SAMA MUKA LO TADI MEI, SO MANIS BANGET, BAWAANNYA PENGEN NAMPOL HAHAHA.” balas Vanessa sambil mendorong wajah sahabatnya.

“IH VANESSA, MUKA GUE GAUSAH DI DORONG DORONG!” Meira ikut mendorong wajah Vanessa, alhasil keduanya terlibat aksi dorong mendorong di atas kasur.

Brak!

“AWW!!” teriak keduanya ketika mereka terjatuh dari atas kasur secara bersamaan.

“Lo sih gara-garanya!” ucap Meira yang pertama kali berdiri.

“Ko gue? Lo lah yang salah, ngapain ngaduin kaki sama gue kaya tadi?!” ujar Vanessa ikut berdiri.

“EMANG ELO YANG SALAH!” tunjuk Meira pada Vanessa.

“ELO!” Vanessa ikut menunjuk Meira, tidak mau kalah.

“ELO!”

“ELO!”

“ELOOOOOOO!!”

Krik krik..

1 detik..

2 detik..

3 detik..

“BHAHAHAHAHA,” mereka berdua tertawa sambil naik ke atas kasur. Vanessa tahu dirinya sudah tidak waras, membuat kegaduhan di kamar seseorang kemudian tertawa seperti tidak tahu apa apa. Tetapi biarlah mereka terus seperti ini, karena Vanessa tidak ingin melewatkan momen bahagia nya, setidaknya sampai Tuhan mengambil kembali semua ciptaannya.

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang