Chapter 4

631 55 22
                                    

Discalimer :

Bleach : Tite Kubo

Happy Reading 🤗

.

.

.

.

Pertemuan tanpa sengaja antara dirinya dengan Orihime kemarin membuat Ichigo tersadar betapa besar pengorbanan yang sudah dilakukan wanita bersurai oranye kecokelatan itu padanya. Sebagai seorang pria sejati sekaligus bertanggung jawab Ichigo akhirnya membuat keputusan besar dalam hidupnya namun sebelum menemui Orihime di Hokaido secara langsung terlebih dahulu dirinya akan menemui sang ayah untuk meminta restu.

Ichigo menghela nafas cepat, mencoba menetralisir suara debaran jantungnya yang sejak tadi terus berdebar-debar tak karuan karena takut juga gelisah menemui sang ayah.

“Aku pasti bisa.” Gumamnya meyakinkan diri sendiri.

Sebenarnya pemuda tampan bermata madu ini belum menceritakan pada sang ayah mengenai tentang kejadian malam itu hingga menyebabkan Orihime hamil karena merasa takut, dan ingin terus menyimpannya dalam hati namun sepertinya keputusannya yang dibilang pengecut lari dari masalah menimpahkan segalanya kepada orang lain yang sama-sama ikut menjadi korban dalam kejadian itu bahkan menjadi pihak yang paling menderita. Ichigo sadari jelas kalau dirinya benar-benar bodoh, pengecut tak mau mengakui apa yang sudah terjadi diantara mereka berdua, memilih mengejar perasaan semunya kepada gadis bersurai hitam tersebut dimana rasa kecewa, terluka yang di dapat. Mungkin ini bisa dibilang adalah karma atas segala macam sikapnya terhadap Orihime.

Malam ini Ichigo ingin mengajak ayahnya berbicara empat di ruang baca tempat biasanya pria paruh baya itu menghabiskan waktunya di malam hari sebelum pergi tidur.
Ichigo berjalan menghampiri sang ayah yang sedang duduk menyandar di atas sofa dengan sebuah buku ditangannya. Isshin tersenyum kecil melihat anak sulungnya itu tapi raut wajah Ichigo malam ini terlihat sedikit berbeda seperti ada beban yang tengah dipikulnya.

“Apa kau sedang ada masalah, Ichigo?” Tanya Isshin ketika sang anak duduk mendudukkan diri tepat disampingnya.

Iris madu milik Ichigo melebar sesaat karena sang ayah mengetahui suasana hatinya, “Begitulah. Ada yang ingin aku bicarakan padamu.” Jawab Ichigo sendu.

Isshin menutup buku ditangannya lalu menatap sang anak, “Kalau begitu bicaralah, ayah akan mendengarkannya.”

Sesaat Ichigo terdiam iris madunya menunduk menatap sendu lantai kayu yang tengah di pijaknya, merasa bimbang apakah harus mengatakan masalahnya atau kepada ayahnya namun sebagai anak dirinya harus berkata jujur dan memberitahukan segala hal kepada orang tuanya agar mereka tidak cemas. Seperti masalah yang sedang dialaminya kini, ayahnya harus tahu karena bagaimanapun sebentar lagi akan menjadi seorang kakek.

“Ichigo? Apa kau sakit?” Tanya Isshin cemas karena Ichigo hanya diam saja dari tadi.

“Ayah, aku menghamili seorang gadis.” Aku Ichigo dengan penuh rasa bersalah.

“A-apa?!” Ishhin terkaget sekaligus syok mendengar pengakuan putra semata wayang itu dimana tak pernah sekalipun menduga kalau hal seperti ini akan terjadi. “Siapa yang sudah kau hamili Ichigo?” Tanya Isshin dengan nada tinggi membentak sang putra.

Heart And SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang