Suasana makan malam yang tidak pernah diduga-duga. Jaehwa tidak tahu jika akan kembali bertemu dengan Jeon Jungkook setelah sekian lama. Di saat seperti ini, keduanya sudah berbeda. Barangkali Jungkook maupun Jaehwa sudah memiliki kehidupan masing-masing. Jaehwa rasa-rasanya ingin segera pulang ke apartemen saja. Tidak masalah jika ia harus berjalan ke arah halte untuk menunggu bus yang terakhir.
Namun jauh dari harapannya, nyatanya pula Jaehwa ingin berteriak saja di depan lubang telinga si Kim Sialan itu seraya menjambak rambutnya keras-keras. Jaehwa tidak habis pikir, akal apa yang ada di dalam otak Taehyung itu. Sudah tahu keadaannya tidak sebaik yang dilihat untuk sekadar diajak bercanda. Balas dendam karena tidak diberitahukan jika Jaehwa sudah pernah menikah, barangkali itu yang menjadi dugaan Jaehwa untuk sementara.
"Hei, tadi pagi Paman Tae buat puding pisang kesukaan Hei. Hei mau tidak?" Tanya Taehyung setelah semuanya rampung menghabiskan makan malam yang penuh dengan keheningan. Jika saja Hei tidak mengoceh perihal apa yang selalu ingin ditanyakan, mungkin meja yang dihuni akan ditatap aneh sebab tidak ada yang memulai untuk berbicara.
Taehyung dan Hei lebih memilih untuk berjalan terlebih dahulu meninggalkan Jaehwa dan Jungkook yang beberapa langkah di belakang mereka. Sedangkan Jaehwa, pandangannya ia buat lurus dengan telinga yang menyimak percakapan Taehyung yang tengah berbicara untuk merayu bocah Jeon itu agar mau menginap di kediamannya. Tidak habis pikir, sungguh. Membiarkan Jaehwa berjalan beriringan dengan Jungkook saja rasanya Jaehwa ingin menendang bokong Kim Taehyung yang tepat berada di hadapannya.
"Pa." Panggil Hei tatkala semuanya sudah berada di tempat parkir yang dilihatnya banyak sekali yang menepi untuk mengunjungi restoran milik pamannya.
Merasa jika anaknya memanggil, dengan segera Jungkook berjalan untuk menghampiri. Melupakan perasaan gugupnya sebentar setelah berjalan beriringan dengan wanita yang masih melekat dalam hati. Jungkook tidak tahu bagaimana ia harus membicara perihal apa yang tengah dirasakannya. Random sekali, sungguh.
"Hei ingin menginap di rumah Paman Tae, ya. Hei janji, pagi-pagi sudah minta diantar pulang dengan Paman, kok, Pa," ujarnya dengan binar yang memohon.
Melihat itu, Jungkook lantas mengangguk pelan, "Boleh, asal Hei jangan tidur malam-malam."
Hei tersenyum senang sebelum mengangkat ibu jarinya semangat. "Perintah akan dilaksanakan."
Bocah menggemaskan itu berbalik dengan semangat untuk masuk terlebih dahulu ke dalam mobil Taehyung. Tampilan puding pisang yang selalu Taehyung buat selalu membuat Hei menyerah untuk tidak dapat menolak. Sudah dibilang 'kan, Hei itu candu sekali dengan segala hidangan yang Taehyung buat.
Taehyung menatap punggung kecil itu sampai betulan menghilang di balik pintu mobilnya. Tubuhnya di hadapkan kembali ke arah dua presensi yang masih diam mematung. Entahlah, hari ini perasaannya mendadak sedikit kacau. Ada rasa kecewa yang menghinggapi tatkala mendengar bagaimana Jaehwa nyatanya sudah pernah menikah. Bahkan mantan suami Jaehwa sendiri adalah sahabatnya yang selalu mengeluh jika ia masih mencintai wanita yang dulu disia-siakannya.
"Kalian berdua, berbicaralah terlebih dahulu. Kurasa keadaan makan malam tadi terlihat buruk—jika saja tidak ada Hei yang mencairkan suasana. Untuk Jungkook, antarkan Jaehwa pulang jika semuanya sudah selesai. Dan untukmu, Jae, Jungkook yang akan mengantarkanmu pulang. Aku pergi dulu, tidak baik Hei menungguku terlalu lama di dalam mobil." Taehyung berucap seperti itu sebelum berbalik untuk masuk ke dalam mobilnya.
Bahkan Jaehwa masih terdiam di tempat setelah mendengar suara klakson mobil dibunyikan. Taehyung itu selalu berbuat seenaknya saja. Bahkan meninggalkan Jaehwa tanpa ada keputusan yang ingin wanita itu keluarkan.
Mengerjapkan matanya sebentar, Jaehwa lantas kembali untuk menarik napas agar tidak lepas kembali. Ketimbang ia harus diantar pulang oleh Jungkook, Jaehwa lebih memilih untuk berjalan ke arah halte saja untuk menunggu bus. Namun sebelum Jaehwa beranjak untuk pergi, ia terlebih dahulu memberanikan diri untuk menghadap pemuda di sampingnya yang nyatanya tengah menatap ke arah Jaehwa diam-diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Labium pendusta; JJK
FanfictionAda banyak rahasia di balik sebuah punggung yang kokoh. Hwang Jaehwa membenci itu. Membodohi dan dibodohi seakan sudah menjadi asupan sehari-hari. Kendati menghirup kelebat bayang pun sudah muak mendarah daging. Namun, tetap saja. Jaehwa tidak padat...