3. Memulai yang baru

3K 443 179
                                    

     Udara yang membumbung tinggi—barangkali memang tidak terlihat oleh sang panca, Jaehwa hanya merasakan jika kini suhu mampu membuat ia menggigil seraya mengeratkan mantel untuk menghangatkan epidermis. Lajunya musim ke musim lain terasa sangat cepat, entahlah. Jaehwa hanya menerawang seberapa lamanya ia sudah berbagi hunian dengan si Jeon itu. Tidak dikatakan lama, tidak juga dikatakan sebentar. Bahkan, mengingat bagiamana perangai itu mencebiknya dengan perkataan kasar, Jaehwa merasa jika perjuangannya selama ini hanya berakhir sia yang melenyap seiring dengan berjalannya detikkan waktu.

Bagaimana tungkainya mengayun langkah seakan tenggelam di balik mantel cokelat yang kelewat besar untuk disandingkan dengan awaknya. Jaehwa ingat, ia membelikan pakaian ini untuk Jungkook tepat di musim dingin pertama semenjak keduanya memutuskan untuk saling mengikat satu sama lain. Perjalanannya tidak seindah dulu, barangkali Jungkook yang sekarang seakan lupa bagaimana rupa-rupa hadiah yang selalu Jaehwa belikan. Sungguh, menyesakkan sekali mengingat jika Jungkook bisa saja mendapat hadiah yang jauh lebih menarik dibanding seutas mantel pemberiannya dengan harga yang tidak seberapa.

Irisnya menatap gedung yang berdiri kokoh tepat di seberang sana. Banyak sekali orang yang saling meninggalkan jejak untuk mencapai apa yang menjadi tujuan. Dan di sinilah Jaehwa. Gerangannya kelewat menentang besar petuah dari suaminya. Apa sekarang Jaehwa harus menyebutkan diri sebagai seorang istri yang pembangkang? Ayolah, ada masanya ia tidak akan terus patuh dengan tabiat suami—yang bahkan dengan lantang berbagi kasih ke arah wanita lain. Barangkali Jaehwa hanya butuh pelampiasan.

"Kau tahu, akan ada hal buruk setelah hari ini berlalu, Jae," gumamnya pada diri sendiri tatkala kepalan pada tangan siap untuk melanjutkan apa yang menjadi pertentangan di sela rumah tangganya dengan Jungkook.

•••

Semenjak pertentangan tegang pagi tadi dengan istrinya, Jungkook memang berpikir sedikit kacau. Jujur saja, seharusnya Jungkook berlaku biasa saja. Barangkali perasaannya sudah tidak lagi sama. Namun, bukan perihal itu, sungguh. Sejak kapan Jaehwa berlaku berontak demikian. Bahkan Jungkooo tahu sekali jika wanita itu tidak akan pernah melawannya. Kendati Jungkook tahu seberapa besar perasaan si Hwang itu untuknya. Tidak ingin besar kepala, namun itulah kenyataannya.

Elusan pada surai hitam mengalun gemulai seiring dengan rengkuhan pada perpotongan pinggang yang kian mengerat. Merebahkan diri di antara paha sang kekasih mampu membuat Jungkook sedikitnya mereda untuk pikirannya yang sedikit memanas. Pekerjaannya benar-benar melelahkan. Begitupun bagaimana dengan Yoora yang dapat membuat segala peluh yang menguras tenaga—lenyap di saat pelayanan yang mampu membuat Jungkook ingin terus saja bermanja ria. Pintu yang sudah terkunci rapat, bukan tidak mungkin Jungkook dapat berlaku sesuka hati.

"Apa ada masalah, Kak Jung? Kau terlihat seperti memikirkan sesuatu."

Yoora menatap bagaimana pemuda itu mengusak hangat pada perutnya. Rambutnya benar-benar menggelitik kulit paha yang hanya tertutup setengah oleh kain. Entahlah, Yoora hanya merasa sedikit terheran. Sudah teramat sering rungunya menangkap hembusan kasar yang Jungkook keluarkan di sela rapat pagi tadi. Tidak ingin menebak-nebak, barangkali pasti ada sesuatu hal yang menghampiri isi kepala kekasihnya.

Jungkook menggeleng pelan dengan ditinggalkannya kecupan singkat pada pinggang—sebelum tubuhnya bergerak untuk mendudukan diri.

"Tidak, hanya masalah pekerjaan, Yo," ujarnya dengan senyuman hangat yang mampu membuat Yoora menghangat dalam sekejap.

"Benarkah? Jangan terlalu memaksakan, Kak Jung." Yoora tersenyum seraya mengelus pipi yang sudah sering ia bubuhi kecupan ringan di sana.

Jungkook lantas mengangguk singkat, dengan segera ia membawa tubuh mungil itu ke dalam rengkuhannya. Berbagi pelukan di saat seperti ini memang opsi yang paling baik. Barangkali televisi di samping kanan sedikit mengintrusi obsidiannya. Rungunya dapat menangkap dengan jelas siapa gerangan yang tengah melakukan siaran berita secara langsung. Apa kesalahannya jika harus menyalakan televisi di saat—bahkan ia jarang sekali untuk menyaksikan berita yang mengguncang akhir-akhir ini.

Labium pendusta; JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang