7

2.9K 588 253
                                    

Hello~

Apakah kalian senang melihatku kembali? :"


Happy reading!^^



~°~°~



Percakapan malam tadi membuatku tak bisa tidur. Aku seperti mayat hidup. Pucat, kantung mata tebal, dan tatapan kosong. Saking banyaknya hal yang kupikirkan, aku tidak tahu mana yang sebenarnya menjadi fokus utamaku.

Aku merasa seluruh tubuhku sakit dan dingin sampai-sampai melewatkan sarapan pagi ini. Tidak ... aku tidak ingin bertemu mereka setelah apa yang terjadi semalam!

Aku tidak bisa duduk dalam keadaan tegang. Berada di tengah-tengah Josh dan Scoups yang memancarkan aura mengerikan hingga dua kakakku yang lain tutup mulut membuatku gila.

Yang membuat keadaan itu semakin buruk adalah aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku sempurna menjadi orang tolol yang tidak tahu satu pun informasi tentang ketegangan itu. Aku jelas satu-satunya orang yang tidak tahu. Diperparah dengan Vernon—satu-satunya orang yang bisa kutekan untuk menjelaskan keadaan—tidak muncul di mana pun. Aku juga tidak tahu di mana ia tinggal dan tidak berani bertanya.

Sial sekali aku malam itu.

Aku mengembuskan napas kemudian melangkah menuju jendela dan membukanya. Kusandarkan tubuh ke sana untuk menghirup udara segar.

Burung-burung berterbangan di sekitar istana. Perlahan mendekatiku sambil berkicau, seolah mengucapkan selamat pagi. Aku tersenyum pada burung-burung itu. Salah satunya bergerak lebih dekat. Tanganku dengan sendirinya terulur sehingga burung cantik tersebut bisa bertengger di jariku.

"Kau manis sekali," ucapku senang. Burung itu kembali berkicau seolah menjawab pujianku. Aku tersenyum tipis. Kuperhatikan burung itu baik-baik. Bulunya biru muda dengan bagian dada kuning. Buntutnya sangat panjang dan melingkar, berwarna hitam. Kalau dilihat-lihat ia punya perbedaan dari burung-burung lainnya.

"Itu Louisa."

Aku berjengit ketika sebuah suara muncul di belakangku. Tak lama sebuah tangan berjas hitam terulur. Burung itu melihatnya kemudian berpindah ke jemarinya.

Aku memutar bola mataku kemudian berbalik. Kutatap Vernon yang serius mengusap tubuh Louisa dengan jari. Matanya sangat teduh hingga membuatku gagal protes.

"Waktu aku masih tinggal di istana, Louisa adalah seorang pengantar pesan rahasia yang digunakan raja untuk menghubungiku," ucapnya.

"Kau dulu tinggal di sini?"

Vernon mendongak. Begitu matanya bertemu denganku, aku baru sadar betapa dekatnya jarak kami. "Kau pikir kenapa aku dan Scoups tampak sangat dekat?"

Aku membuka mulut, hendak melontarkan pertanyaan seputar itu. Namun aku teringat akan hal lain. Hal yang sangat penting dan krusial. Jadi, aku mengesampingkan pertanyaan itu dan menjelaskan pada Vernon apa yang terjadi semalam.

Vernon mengirim Louisa pergi setelah ceritaku selesai. Ia tampak menimbang-nimbang sesuatu ketika menyarankan kami untuk duduk di sofa.

"Sepertinya aku harus memberi tahumu sesuatu," ucapnya pelan. "Aku tidak menyangka mereka akan bergerak secepat ini."

"Memang harus," ucapku kesal. "Apa kau tidak tahu betapa menyebalkan dan menyedihkannya aku semalam? Aku satu-satunya orang yang tidak mengerti situasinya."

Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang