Yuhu~ kembali lagi bersama saya LeeIndah7 yang oleng sana-sini setelah poster Semicolon keluar 🙂
Happy reading!^^
~°~°~
Hari hampir gelap ketika kami menyelinap kembali ke istana. Langit jingga sudah mulai mengeruh ketika kami melewati jendela besar di lorong.
Langkah kami terhenti begitu sampai di ujung lorong, tepatnya di depan kamarku. Scoups melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada orang di sepanjang lorong. Setelah yakin bahwa kami hanya berdua, ia menghadap ke arahku. Tangannya bergerak mengusap sisa-sisa serbuk berwarna di wajahku.
"Terima kasih," ucapnya. "Hari ini menyenangkan."
"Aku yang harusnya berterima kasih," balasku kemudian menunduk. Pipiku rasanya panas sekali. Aku masih malu.
Lagi pula bodoh juga aku menanyakan sesuatu yang tak patut dipertanyakan.
"Tidak, sungguh," balasnya. "Aku benar-benar berterima kasih. Aku tidak ingat kapan terakhir kali merasa ... bebas. Tapi hari ini aku menemukannya lagi."
Mau tak mau aku mendongakkan kepala. Menatap wajahnya yang ternyata sama-sama tertunduk.
"Hmm .... Aku akan masuk dan bersiap untuk makan malam," ucapku kemudian melirik lorong. "Sebelum yang lain datang."
"Ahh, benar. Masuk dan beristirahatlah sebentar." Scoups kembali mendongakkan kepala. Ia mengibaskan tangan, memberi isyarat agar aku masuk. Aku mengangguk pelan kemudian membalikkan tubuh.
"(Y/n) ...."
Pergerakanku terhenti. Tanganku yang sudah meraih kenop pintu langsung terpaku. Tapi, sebelum aku berbalik, ia lebih dulu bicara.
"Tidak jadi. Masuk saja sana."
"Heh! Mana bisa beg—"
Aku membalikkan tubuh untuk melakukan protes, tetapi pria itu sudah pergi sambil melambaikan tangan padaku. Hhh ... bagus sekali. Dalam satu waktu dia bisa membuatku salah tingkah, malu, kemudian kesal.
Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan masuk ke dalam kamar. Buru-buru merebahkan tubuhku di atas ranjang tanpa peduli bahwa pakaianku sedikit kotor usai berlari-lari di tengah kerumunan orang.
"Leganya ...," gumamku seraya memejamkan mata. Kugulingkan tubuhku untuk tengkurap. Aku ingin beristirahat, tetapi kepalaku tak mengizinkan. Bayangan-bayangan yang terjadi siang ini berkelebatan di kepalaku. Lagi-lagi membuat perasaan yang seharian ini kurasa kembali menyerang.
Huaaaa aku malu sendiri!!!
Apa yang telah kulakukan?
Berkencan dengan kakak tertuaku?!
"Bersenang-senang ya?"
Aku berjengit ketika mendengar suara berat—yang sudah jelas siapa pemiliknya—tiba-tiba memasuki gendang telingaku. Aku buru-buru beranjak duduk untuk melihat di mana si pemilik suara berada.
"Tahu tidak?" tanyaku kesal begitu melihat sosoknya duduk santai di sofaku. "Aku berniat mengganti pakaian sebentar lagi."
"Masih niat, kan?" tanyanya tak tahu diri. "Ohh ... apa aku mesti datang lagi dalam beberapa menit supaya pas?"
"Vernon!!!"
Aku hendak melemparnya dengan bantal, tapi ia sudah lebih dulu menimpuk kepalaku hingga aku terjungkal di atas ranjang. Baru datang saja sudah menyebalkan!
"Kau ingin menangkap hati Raja tapi tidak bisa menangkap sebuah bantal?" tanyanya diikuti tawa meledek.
Aku mendecak kemudian merapikan rambutku yang berantakan. "Dari mana kau tahu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #49 on magic 200530, #264 on fantasi 200530 Araceli adalah nama suci yang hanya dimiliki oleh keturunan raja di Magic Land-sebuah tempat di mana sihir merupakan hal lumrah. Lima elemen utama; api, air, tanah, udara, dan kehidupan masi...