Cepet kan nih, kapan lagi 😌
Itung-itung hadiah 5 tahun anniversary Seventeen /meski telat sehari/
Happy reading!^^
~°~°~
Secara mengejutkan, salju yang turun cukup deras tadi berhenti setelah aku diakui oleh keempat kakakku. Cukup lama aku terpaku di depan sebuah jendela besar. Menatap salju yang menutupi pohon pinus meleleh.
Keganjalan itu membuat tenggorokanku gatal. Jadi, dengan berani aku menanyakan hal tersebut pada Xu yang ditugaskan mengantar diriku ke kamar khusus. "Kak, sejak kapan salju turun?"
"Salju?" tanya Xu sambil menoleh padaku yang bersusah payah menyamakan langkahnya. Dengan jahil ia memperlebar langkah sehingga aku semakin sulit menyusul.
"Kak, jangan cepat-cepat! Aku tidak bisa menyusul dengan gaun dan sepatu hak tinggi ini!"
"Kau menggemaskan," komentarnya seraya menekan-nekan kepalaku. Kabar baiknya ia sedikit memperlambat langkah sehingga aku tak kewalahan. "Salju sudah turun sejak sembilan belas tahun lalu. Tidak pernah berhenti sampai ... hari ini."
Ia terdiam sejenak ketika melirik jendela. Mengamati pohon-pohon pinus yang semakin tampak hijau.
"Kenapa saljunya hanya turun di istana, bukan kota?" tanyaku lagi.
Xu langsung menjawab, "Karena masalahnya ada di sini, Sayang."
Aku belum selesai mencerna keterkejutanku ketika Xu tiba-tiba berbelok. Lorong yang lebih gelap tampak sehingga aku diam dan terpaku menatap dinding-dinding marmer. Tidak ada alasan khusus mengapa lorong ini lebih gelap, hanya karena tak memiliki banyak jendela seperti lorong lain. Penerangannya dibantu oleh lampu-lampu gantung meski hari masih siang.
Lorongnya ternyata pendek jika dibandingkan dengan lorong lain. Ahh ... dan buntu. Lorong itu hanya terdiri dari lima pintu. Dua di sisi kanan, dua di sisi kiri, dan satu di tengah—bagian buntu. Pintunya tinggi-tinggi, mungkin sekitar tiga meter, dengan warna putih keemasan. Semuanya memiliki pola yang sama. Di bagian tengah atas terdapat lambang merpati dengan sayap membentang. Kurasa ini lorong khusus berisi kamar para Pangeran dan Putri.
Jika dilihat sekilas memang tidak ada yang berbeda. Tapi, ketika melewati pintu-pintu itu aku sadar bahwa di bawah lambang merpati terdapat simbol elemen kecil. Menunjukkan siapa pemilik kamar. Di kanan ada kamar Xu kemudian Scoups. Di kiri ada kamar Lizy kemudian Josh.
"Ini kamarmu." Xu berhenti di ujung lorong. Ia membalikkan tubuh dan tersenyum padaku yang tertinggal tiga langkah di belakangnya. "Kamarku yang itu, kalau kau perlu sesuatu."
Ia menunjuk ke arah pintu paling luar sebelah kanan. Dugaanku tepat. Hal tersebut membuatku senang karena aku bisa mempelajari tempat itu dengan cepat.
"Terima kasih, Kak," ucapku senang. Xu tersenyum lebar, sangat manis. Ia kemudian menunjuk lorong dengan dagu dan berujar, "Aku harus segera pergi karena prajuritku menunggu untuk latihan. Kau bisa berkeliling kalau kau mau. Tapi, kusarankan istirahat dulu. Perjalanan yang panjang, bukan?"
Aku menganggukkan kepala setuju. Sebenarnya tak terlalu lelah dengan perjalanan, toh tak terasa juga. Hanya saja aku tidak mau bertemu Scoups lagi dalam waktu dekat. Bisa-bisa aku dicincangnya kalau pergi sendirian.
"Aku akan beristirahat." Aku membungkukkan tubuh kemudian melanjutkan langkah menuju pintu. Saat pertama kali kulihat tidak ada simbol apa pun di bawah lambang merpati. Namun, sedetik kemudian simbol elemenku—lingkaran—muncul dengan asap cokelat tipis yang segera lenyap. Seolah diukir terburu-buru kemudian ditiup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]
FantasiHighest rank - #49 on magic 200530, #264 on fantasi 200530 Araceli adalah nama suci yang hanya dimiliki oleh keturunan raja di Magic Land-sebuah tempat di mana sihir merupakan hal lumrah. Lima elemen utama; api, air, tanah, udara, dan kehidupan masi...