Hello~
Terima kasih atas dukungan kalian yang luar biasa! Aku menepati janji untuk kembali dengan Bonus Chapter💕
Ini kurang lebih akan menjelaskan tentang perilaku Jeonghan yang luar biasa :')
Happy reading!^^
~°~°~
Ceklek, bruk!
Seorang anak laki-laki berlarian masuk ke dalam rumah dengan bola sepak terapit di lengannya. Ia menaruh bola di samping rak sepatu kemudian berlari ke ruang tamu dan menjatuhkan tas berbentuk kepitingnya sembarangan.
"Bu! Jeonghan mau main bola dengan teman-teman ya!"
"Ganti dulu seragamnya! Nanti kotor!"
"Ohh ... seragam." Anak berusia lima tahun itu memegangi seragamnya. Ia buru-buru pergi ke kamar sambil melepas seragam. Beruntung sang ibu telah menyiapkan setelan kaus kuning bergambar Donald Bebek dan celana merah kesukaannya sehingga ia bisa berganti dengan cepat.
Setelah berhasil mengganti pakaian dan menggantung seragamnya di pintu lemari, kaki kecilnya melangkah keluar. Sekali lagi ia pamit, "Bu, Jeonghan main ya?!"
"Jangan lupa pulang untuk makan siang!" sahut sang ibu dari dapur.
Anak itu segera memakai sepatu. Tak lupa membawa bolanya menuju lapangan, tempat dirinya berjanji pada teman-teman untuk kembali.
Di lapangan semua anak sudah berkumpul. Begitu Jeonghan datang, permainan dimulai. Mereka terbagi menjadi dua regu untuk bertanding.
Permainan selesai ketika matahari berada tepat di atas kepala. Tim Jeonghan kali ini menerima kekalahan, namun semua orang bersenang-senang dengan baik sehingga tak ada satu pun dari mereka yang kecewa.
Sesuai kesepakatan dengan sang ibu, Jeonghan akhirnya pulang. Terik mentari membuat keringatnya bercucuran lebih banyak. Anak itu mengusap keringat dengan ujung kaus yang sudah kotor karena dirinya sempat jatuh.
Kaki kecil Jeonghan berhenti ketika mendengar suara aneh di dekatnya. Anak itu menoleh ke kanan dan ke kiri. Namun tidak ada siapa-siapa di gang itu selain dirinya.
Jeonghan berusaha mendekati sumber suara. Semakin lama menjadi jelas, suara tawa bayi. Anehnya tak ada suara lain yang mungkin membuat anak itu tertawa. Jadi, anak kecil itu amat penasaran dan mencoba mencari tahu.
Langkahnya terhenti begitu Jeonghan sampai di jalan menuju bukit. Sejenak ia ragu karena kedua orang tuanya tak memperbolehkan Jeonghan untuk dekat-dekat ke bukit sendirian. Namun suara tawa bayi itu semakin keras.
"Sebentar saja," gumamnya seraya menyentuh dada yang berdebar. "Kalau ada hantu, kan, tinggal lari."
Lalu, kaki kecilnya kembali melangkah. Ia mendekati pohon paling besar dan tampak paling tua di sana. Dari kejauhan ia melihat sesuatu yang mengkilap, berkelap-kelip. Membuat Jeonghan semakin tak sabar untuk mendekat.
Begitu Jeonghan sampai di depan pohon, matanya terbuka lebar. Kelap-kelip itu berasal dari sekelompok kunang-kunang yang berterbangan, mengelilingi sebuah keranjang emas yang dililit tanaman di bagian pegangannya.
Kenapa kunang-kunang menyala di siang hari?
Lamunannya pecah ketika suara tawa bayi terdengar kembali. Jeonghan buru-buru mendekati keranjang itu. Matanya membulat ketika menemukan seorang bayi perempuan berbaring di atas keranjang, dialasi oleh bantal merah muda dan selimut biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]
FantasyHighest rank - #49 on magic 200530, #264 on fantasi 200530 Araceli adalah nama suci yang hanya dimiliki oleh keturunan raja di Magic Land-sebuah tempat di mana sihir merupakan hal lumrah. Lima elemen utama; api, air, tanah, udara, dan kehidupan masi...