42

417 78 53
                                    

Hai?


Happy reading!^^



~°~°~



Trak ... Trak ... Trak


Mataku seketika terbuka. Kesadaranku langsung ditarik secara paksa dari tidur. Aku memfokuskan telinga, meneliti dari mana asal suara kecil tersebut. Begitu menyadari dari mana arahnya, aku segera bangun.

Sekujur tubuhku merinding ketika telapak kakiku menyentuh lantai. Suhu keramik yang dingin bertabrakan dengan hangat tubuhku, sedikit menimbulkan gelitik seperti aliran listrik. Namun aku tak sempat menginjak sandal atau meraih mantel.

"Louisa?"

Langkahku terhenti sejenak ketika menemukan seekor burung cantik familier terbang di luar jendela kamarku. Paruh mungilnya mengetuk-ngetuk kaca, menjelaskan asal suara yang membangunkanku dari alam mimpi.


Apakah Vernon mengirim Louisa?


Jika iya, maka spekulasi Xu mengenai kerjasama Vernon dan Scoups bisa jadi salah bukan?




Segera aku mendekati jendela. Kubuka kuncinya perlahan-lahan agar tak menimbulkan bunyi mencurigakan. Seakan mengerti akan kekhawatiranku, Louisa masuk melalui celah kecil sehingga aku bisa segera menutup kembali jendela kamarku.

"Ada apa kau kemari?" tanyaku pelan.

Louisa terbang di hadapanku, berpindah dari kanan ke kiri berulang kali. Aku mengangkat tanganku, kemudian ia bertengger di telapak tangan. Pada saat itulah aku baru menyadari bahwa sebuah gulungan kertas terikat di bagian belakang kakinya.

"Ohh ... kau membawa pesan untukku?" tanyaku lagi. Kuusap kepala burung manis itu kemudian dengan hati-hati kubuka ikatan di kakinya dengan satu tangan. Setelah ikatannya lepas, Louisa kembali terbang. Aku pun mengambil kesempatan untuk membuka kertas itu.



'Lari sebelum terlambat'



Lari?

Bukan memberi saran atau penjelasan akan situasi rumit ini, Vernon si kunci segala masalah, malah menyuruhku lari?!


Lantas apa yang akan terjadi setelah aku lari? Magic Land menghadapi kiamat karena cuaca mengamuk? Yang benar saja!



"Louisa, katakan padanya aku tak kan ke mana-mana," ucapku menggebu-gebu. "Aku tidak akan lari dari takdir! Kalau dia mau lari, silakan saja."

Beragam emosi berkecamuk dalam dadaku ketika aku kembali ke ranjang. Kujatuhkan tubuhku dengan kesal, kemudian kutarik selimut untuk melanjutkan tidur.


Vernon ... aku akan memukulnya jika kami bertemu lagi.


***


Aku menatap pantulanku di cermin. Gaun hijau tua tanpa lengan membalut tubuhku. Bagian roknya dihiasi furing berlapis-lapis sehingga sangat mengembang. Bagian perutnya dibuat seperti korset sehingga memeluk tubuhku dengan erat. Di bagian dadanya terdapat hiasan furing pula sehingga tampak menyatu dengan rok. Ada glitter emas bertaburan di bagian furing, menambah kesan mewah.

Rambutku yang cukup panjang digulung-gulung kecil menyerupai bunga, kemudian dibentuk menjadi sanggul. Mahkota mewah bertengger di kepalaku dengan kokoh. Mahkota itu terbuat dari emas, meliuk-liuk dengan cantik, dihias oleh tiga permata berwarna hijau.

Penampilanku sangat mewah. Jauh lebih mewah daripada biasanya. Ditambah lagi begitu aku mengutarakan rencanaku untuk bekerja di ruang singgasana, beberapa pelayan datang untuk membantuku bersiap. Aku merasa diperlakukan lebih spesial. Apakah titel Ratu telah mengubah segalanya? Atau hanya perasaanku saja?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Royal Blood (Heir of The Throne) [Seventeen Imagine Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang