After A Long Wait

3.7K 251 303
                                    

Jika ada seseorang yang berani mengambil resiko, itu adalah SinB. Dia muda, dia liar, dia bebas, dan dia...







































































































...mencintai wanita berumur.






























































































"Ingin makan malam denganku?"

Kalimat dan suara itu sudah didengar Yerin lebih dari ratusan kali. Cukup terbiasa, hingga telah menganggapnya bagai suara ghaib yang harus diabaikan. Dia terus melakukan pekerjaannya menyirami tanaman depan rumah sebelum berangkat bekerja. Tanpa menghiraukan bocah perempuan bergaya tomboy disampingnya barang sedikitpun. Cuaca pagi di kota Seattle terlihat cerah, dan Yerin tidak ingin paginya yang cerah ini berubah buruk hanya karena bocah ingusan tersebut.

"Yerin, hello? Kau mendengarku, kan?"

Cepat-cepat Yerin berbalik kembali ke rumahnya kala air di dalam pot telah terkuras habis.

"Hey, kau ingin berangkat bekerja? Ayo, berangkat bersama. Lagipula arah tujuan kita sama."

Yerin masih tetap pada pendiriannya, mengabaikan siswa Sophomore yang beberapa bulan terakhir mengaku menyukainya. Saat dia keluar setelah berpakaian rapi, dia melihat bocah perempuan itu masih ada di depan rumah, duduk bersila di rerumputan. Yerin menghela napas sebelum melangkah acuh.

Masih dengan senyuman, bocah Sophomore mengikuti Yerin dari belakang dengan menuntun sepedanya.

"Naiklah. Kita akan lebih cepat sampai."

Tidak ada tanggapan.

"Apa kau tidak menyukai sepedaku? Apa yang kurang? Warnanya? Kau tidak suka warnanya? Hm, kau menyukai warna kuning. Haruskah aku mengecatnya dengan warna kuning?" SinB terus mengoceh di sepanjang jalan. "Oke! Aku akan mengganti warnanya besok. Terimakasih atas sarannya, Yerin."

Wanita bermarga Jung memutar bola matanya malas. Dia tidak mengucapkan sepatah katapun, apalagi memberi saran. Memang pada dasarnya bocah bernama SinB itu aneh. Sejak dia pindah kemari tujuh bulan yang lalu, SinB selalu mendekatinya. Awalnya Yerin merasa cukup senang karena dia memiliki tetangga yang satu kewarganegaraan dengannya. Tetapi lama-kelamaan dia merasa terusik. Apalagi ketika SinB tiba-tiba mendeklarasikan jika ia menyukainya.

Aneh. Sangat aneh.

Yerin tahu, sekitar lebih dari 12% penduduk di Seattle merupakan seorang gay, tapi tetap saja. Terlebih umur Yerin sendiri bisa dikatakan tidak lagi muda. Dia berumur 32 tahun, sedangkan SinB masih siswa Sophomore, yang berarti baru berusia 16 tahun.

Enam belas tahun, astaga!

Dia sudah seperti keponakannya saja.

"Kau belum menjawab pertanyaanku. Jadi, bagaimana? Mau makan malam bersamaku?" SinB kembali berbicara.

"Tidak." balas Yerin dingin.

"Oh, ayolah. Aku yang traktir. Aku mendapat uang dari Bibi Wilson setelah membantunya memperbaiki pipa bocor kemarin."

Yerin menatap SinB tak percaya. Kepalanya menggeleng pelan.

"Selain mengganggu, ternyata kau juga orang yang pamrih."

Season of Glass [The 1st Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang