a day to remember

1.8K 155 49
                                    

Hari ini aku memulai kehidupan baruku di sebuah kota yang tidak terlalu ramai penduduk tapi bukan seperti kota terpencil ataupun daerah perkampungan juga, tidak, karena masih ada gedung-gedung tinggi disini namun mungkin masih terasa asing bagiku. Oh iya, perkenalkan namaku Jung Yerin, panggil saja Yerin. Aku adalah satu-satunya dikeluargaku alias anak tunggal namun semenjak ayahku wafat dua minggu yang lalu, kini statusku berganti menjadi anak yatim piatu yang akan diasuh oleh nenekku.

Di daerah inilah aku akan memulai kehidupan baru bersama nenekku sebagai anak yatim piatu. Meskipun saat ini hidupku terlihat menyedihkan dan terasa sulit untuk dijalani tapi aku tidak akan putus asa begitu saja. Tinggal bersama nenek membuatku mulai lebih belajar untuk bisa mandiri tanpa mengandalkan siapapun, salah satunya nenekku yang sudah lanjut usianya.

Kehidupanku yang tentu tidak mudah ke depannya membuatku bersemangat untuk menggapai cita-citaku yang sudah aku impikan sejak kecil. Impian yang sangat sederhana yaitu menjadi seseorang yang sukses dan dikenal banyak orang. Mungkin karena ucapan seorang anak kecil yang polos itu terdengar serius apalagi semakin besar bakatku semakin terlihat jelas dimata Ayah. Entah mengapa menari dan menyanyi sepertinya sudah mendarah daging di tubuhku. Ayah pun mulai mendaftarkan aku pada kursus-kursus menari dan menyanyi yang bertujuan agar talentaku dapat terlatih dengan baik. Kalau kata Ayah, aku ini sangat mirip sekali seperti mendiang Ibu yang kadang membuat Ayah tanpa sadar selalu tersenyum saat melihatku menyanyi dan menari.

Semasa Ayah masih hidup, aku mengikuti kira-kira 4 kursus menari dan menyanyi meskipun aku tahu Ayah harus rela bekerja ekstra untuk bisa membiayai semuanya itu dan aku tentu tidak ingin mengecewakan Ayah dengan kesempatan yang sudah diberikannya untukku. Meski kadang aku sudah meminta untuk berlatih di 2 kursus saja namun Ayah tak mendengarkan ucapanku dan menyuruhku untuk berlatih dengan giat di 4 tempat kursus itu. Sikapnya yang tegas dengan pilihannya dan berusaha memperjuangkan impian anak perempuan satu-satunya itu yang kadang membuatku tersadar bahwa suatu hari nanti aku harus membayar semua itu dan menjadi anak yang sukses agar Ayah bangga padaku. Tapi pada kenyataannya Ayah lebih memilih menyusul Ibu untuk melihat pertumbuhanku bersama-sama diatas sana.





-----




Seminggu sudah berlalu setelah aku pindah ke kota ini dan sekarang aku mulai mencari tempat kursus menari dan juga menyanyi. Selain itu, tujuanku hari ini adalah berkeliling di daerah ini dan mencari informasi tentang audisi-audisi yang biasa diselenggarakan oleh agensi-agensi yang berkunjung ke beberapa daerah kecil. Seharian berjalan mengelilingi daerah sekitar, aku mendaftarkan diri pada 2 tempat kursus yang menurutku cukup bagus. Bukan hanya itu, aku juga menemukan beberapa jadwal audisi yang akan diselenggarakan di dekat daerahku minggu depan. Semangatku kembali bangkit dan berapi untuk bisa mendaftarkan diri dan mengikuti beberapa audisi tersebut, setidaknya impian masa kecilku akan bisa segera terwujud.

Singkatnya, hari yang aku tunggu-tunggu itu tiba. Sejak semalam, aku terus berlatih dengan maksimal dan sebelum berangkat mengikuti audisi aku juga meminta doa restu pada nenekku. Saat mendatangi beberapa tempat untuk mendaftarkan diri lalu mengikuti audisi sebagai calon anak trainee baru dari satu agensi ke agensi yang lain. Jujur saja aku memang sangat gugup karena ini adalah pengalaman pertamaku tapi aku yakin akan berhasil karena sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Dari gedung ke gedung, ruang ke ruang audisi, bertemu banyak para calon trainee dan juga beberapa juri dengan berbagai ekspresi dan juga komentar sampai melakukan segala kriteria yang diminta pada saat audisi berlangsung, semua aku lakukan dan lewati dengan baik.

Ternyata meski sudah melakukan dan mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuan yang aku punya dengan baik, itu belum cukup bagi mereka. Bayangkan saja dari enam audisi, di enam agensi dalam sehari semuanya menolakku. Bagaimana bisa? Dan bagaimana mungkin? Aku sudah berlatih dengan sangat giat sejak masih kecil bahkan pergi ke 4 kursus sekaligus, kemampuanku juga tak kalah bila dibandingkan dengan calon trainee yang lain, tentu saja karena gen dari ibuku juga. Pengalamanku yang masih nol dalam bidang menari dan menyanyi yang ternyata membuatku masih belum bisa lolos.

Season of Glass [The 1st Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang