Longing Distance

1.2K 140 67
                                    

Sendiri.

Itu yang aku rasakan setiap hari.

Oleh karna kecelakaan yang ku alami 3 tahun lalu, aku kehilangan penglihatanku. Aku tidak bisa melihat betapa indah dunia dan apa yang ada di dalamnya lagi.

Aku gadis buta.

Karna itu aku berhenti dari sekolah, keluar rumah juga tidak sesering dulu, teman juga tidak ada. Setiap hari aku hanya tinggal di rumah di rawat oleh kedua orangtuaku dengan penuh kasih sayang.

Ya, mereka sangat menyayangiku.

Dalam hidupku hanya ada kami bertiga saat ini. Aku, eomma juga appa. Aku pikir aku bakal terus begini selama-lamanya sampai...

Kawasan kejiranan kecil ini menerima satu keluarga tetangga baru. Rumahnya tepat berada di sebelah rumah kami. Eomma bilang mereka juga hidup bertiga.

Sang ibu, sang ayah, juga anaknya seorang gadis.

KNOCK KNOCK!

Ketukan itu datangnya dari pintu rumahku. Sepertinya tetangga baru itu datang untuk berkenalan. Aku senang akhirnya kami mempunyai tetangga di samping rumah kami.

"Silahkan masuk~", aku dapat mendengar eomma mempersilakan tetangga baru kami masuk. Aku dapat menebak mereka sedang gembira, saling membalas senyuman mereka walaupun aku tidak bisa melihat apapun.

"Terima kasih", ucap seorang wanita lain yang aku tidak kenal suaranya. Itu pasti sang ibu dari tetangga baru ku.

* * *

Setelah mereka saling berbicara dan saling mengenal antara satu sama lain, aku tertarik dengan salah satu suara gadis yang berada di situ.

"Nama gadis ini siapa buk? " ucapnya membuatku penasaran. Suaranya dingin namun imut dalam waktu yang bersamaan.

"Ah~ Namanya Jung Yerin. Umurnya 12 tahun sekarang. Ayo Yerin berjabat tangan sama dia", ucap eomma membuatku mengulurkan tanganku untuk berjabat tangan dengan gadis yang aku tidak bisa lihat wajahnya.

"Ah~ jadi kamu adalah eonni. Salam kenal~ Namaku SinB dan umurku 10 tahun", ucap gadis itu sambil berjabat tangan denganku. Aku tersenyum gembira saat aku merasakan tanganku digenggam erat oleh seseorang. Ingin sekali aku melihat wajahnya saat ini, namun Tuhan tidak mengizinkan.

* * *

Sejak hari itu, SinB sering berkunjung ke rumah kami. Selesai sekolah pasti dia akan berkunjung ke rumah kami terlebih dahulu sebelum pulang kerumahnya sendiri. Aku berpikir seorang , anak ini aneh juga ya. Tapi aku bahagia diperlakukan dengan sangat baik oleh SinB.

Setiap hari dia datang bercerita kepadaku bagaimana suasananya di sekolah pada hari itu. Dia juga bercerita tentang teman-temannya yang sama sekali aku tidak tahu atau kenal.

Kadang-kadang juga SinB mengajakku untuk mendengarkannya membaca novel atau buku-buku yang ia bawa. Tapi aktivitas seperti itu selalu berakhir dengan SinB tiba-tiba diam tanpa bicara karena tertidur di sampingku.

Sejak kedatangan SinB di dalam hidupku, aku merasakan hidupku kembali gembira dan bahagia seperti dulu lagi. Akhirnya aku mempunyai teman untuk berbicara. Aku pernah menyimpan perasaan kalau suatu hari nanti aku ditakdirkan untuk berumah tangga bersama seseorang, pilihanku hanya satu. Aku mau bersama SinB.

Walaupun hanya SinB seorang, aku sangat bersyukur Tuhan mengirimkannya kepadaku. Aku berharap SinB akan ada di sampingku untuk selama-lamanya.

1 tahun kemudian,

Ayah SinB tiba-tiba sakit dan meninggal dunia. Karna ayahnya telah mendaftar sebagai seorang pemberi donor organ, keluarganya pun setuju untuk memberikan donor matanya kepadaku.

Season of Glass [The 1st Project]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang