• 02 •

188 14 10
                                    

『 Tema: Wolf
『 Judul: Tell A Tale 』
『 Work: Short story

Pernah sekali pikiran untuk membunuh Lorde terbesit dalam insting berburu miliknya. Setelah wajahnya babak belur dengan tinjuan beruntun, ia naik darah dalam sekali hitungan. Gigi taring kebanggaannya yang tanggal itu ia telan dengan sengaja. Aliran darah yang tak kunjung membeku pada gusi merah mudanya itupun ia tenggak hingga tak bersisa.

"You're blinded by love." Lorde−perempuan dengan surai biru tua bergelombang−itu angkat bicara. Kedua telapak tangannya terasa lengket, tentu saja itu akibat darah suci milik Eren.

"Kau berisik!" sergah laki-laki berjubah itu−Eren. Pikirannya kini berhasil dijajah dan dikuasai oleh hasutan egonya. Sampai-sampai erangannya berubah menjadi sebuah lolongan panjang, yang cukup membuat beberapa burung gagak beterbangan ke sana-kemari.

Lorde membidik tulang kering Eren dengan panahnya. Dalam sekali tarikan, anak panah melesat tepat pada sasaran. Lelaki itu lantas duduk terlutut di atas gumpalan salju putih, yang kini ikut memerah akibat darah dari kaki kirinya. Urat-urat leher Eren menonjol ke luar. Sekali lagi, ia melolong panjang.

"Kau itu serigala, bodoh!" Lorde mengambil langkah panjang untuk mendekati raga Eren, yang kini mulai lemas. Kedua lututnya ikut mencium butiran salju itu, lantas tangannya meraih kedua pipi Eren. "Jangan paksakan perasaanmu pada Karen, dia membenci makhluk ganas bernama serigala."

Sontak, Eren menepis kedua tangan Lorde. Ia berdecak sinis, lantas mendorong perempuan itu hingga terbaring di atas hamparan salju putih nan dingin. "Dia berjanji untuk tidak meninggalkanku, siapapun aku saat ini!"

Lorde berdecih. "Saat ini kau menyamar sebagai manusia," ujarnya sambil berdiri, "tapi saat kau menjadi serigala? Bukankah itu berarti bahwa janji yang kalian buat tidak lagi berlaku?"

Eren terbungkam. Sejenak ia berpikir bahwa otak bodohnya lagi-lagi mengambil alih keadaan.

"Manusia itu labil, Eren. Apa yang kau harapkan dari makhluk yang nomaden perihal menaruh rasa?" Lorde berdeham. Kemudian, ia menjulurkan tangannya tepat di hadapan wajah lelaki berwajah kusut itu. "Daripada kau mengobrak-abrik insting serigalamu demi mendapatkan Karen, lebih baik kita kembali ke mansion."

Mendadak, Eren berkepala dingin. Ia meraih uluran tangan itu dengan pelan, lantas berdiri dengan tegap. Aurora borealis mendadak muncul pada lautan bintang malam itu, menjadi saksi bahwa mereka melupakan sebuah dongeng yang nyata adanya: sekali serigala jatuh cinta pada sesama spesiesnya, fenomena langka itu muncul dan membentang dari ufuk utara hingga selatan.

Dongeng yang menjadi kenyataan.

***

— Day 2, Complete —

A Work For Other Challenge [WWA] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang