• 09 •

35 11 2
                                    

『 Tema: Hujan Meteor 』
『 Judul: Green Winter Roses 』
『 Work: Short Story 』

"Lima menit lagi, Rey, cepatlah!" Norman menghentakkan kedua kakinya di atas rerumputan hijau pada ladang kosong itu. Kedua tangannya asyik menyusun peralatan untuk merekam fenomena langit. Malam ini, kabarnya akan ada hujan meteor langka, yang terjadi selama satu abad sekali. Tentu Norman, sebagai sang astrophile tidak mau melewati fenomena eksklusif ini.

"Kau berlebihan, Norman." Rey mengembuskan napasnya pelan. Padahal, media mengimbau agar tak ada warga yang mendekati area terbuka, seperti ladang rumput ini karena BMKG sekalipun tidak bisa memperkirakan titik jatuh dari hujan meteor ini.

Rey sempat mengira bahwa kiamat akan datang, tetapi lagi-lagi Norman bersikeras memaksa Rey untuk ikut bersamanya.

"Bayangkan betapa hebohnya massa setelah melihat penelitianku ini. Mereka harus mengakuinya!" Norman tertawa renyah, sementara Rey tak henti-hentinya mengarahkan pandangan pada langit hitam bergradasi hijau itu. "Sedikit lagi."

Ribuan titik hijau mulai tampak terjun menuju permukaan bumi. Garis-garis cahaya yang mengikutinya tampak bak ekor panjang. Bersamaan dengan itu, ladang yang tadinya dihuni oleh rerumputan hijau, menjadi bercahaya. Puluhan bunga tumbuh secara signifikan, lantas mekar dan bersinar.

“Whoa!” Norman memekik takjub. Ia lantas mendekati kumpulan bunga, yang berayun mengikuti arah pergerakan meteor. Bunga itu semakin merunduk ke kiri. Lantas, Norman memetik setangkai mawar hijau itu. “Wah, mawar ini tak memiliki duri.” Ia bergumam.

“Norman! Jauhkan tanganmu dari tanaman itu, Bodoh!" Suara lantas Rey hanya dapat ditangkap secara samar oleh gendang telinga Norman. Tubuhnya kini terasa ringan, kunang-kunang terasa menghiasi kedua matanya, bahkan jemarinya mati rasa.

Rey menangkap tubuh Norman, yang hampir terbaring di atas rerumputan itu. Netranya terfokus pada tangan Norman yang gemetar hebat. “A-apa yang terjadi?”

“Tumbuhan itu mengandung radiasi tinggi, mereka tumbuh karena meteor itu!” Rey kembali menatap langit. Kemudian, bola matanya membulat lebar. Meteor itu ... mengarah tepat pada mereka.

Bersamaan dengan itu, muncul bercak hijau pada kulit Norman, yang semakin melebar. “Sial!”

Jika Rey tidak lari sekarang, dia tentu akan mati dua kali. Pertama, karena tertimpa meteor. Kedua, karena Norman bisa kapan saja berubah menjadi makhluk hijau rakus yang siap melahapnya.

***

— Day 9, Complete —

A Work For Other Challenge [WWA] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang