1•sebuah rasa•

103 35 32
                                    

Sahabat bukan dinilai dari seberapa lama mereka berteman. Tapi, seberapa mereka saling mengerti dan saling melengkapi.
-Vassa

Happy reading!

"Vassa, cepetan! Nanti telat ini!" Resa berteriak dari bawah memanggil sahabatnya yang tak kunjung turun untuk sarapan.

"Iya, bentar lagi selesai!"

Resa menghela napasnya dan berlalu pergi ke meja makan.

"Lho, Resa, Vassanya mana?" tanya Tante Laras yang sedang menyiapkan sarapan.

"Tadi katanya sebentar lagi selesai, Tante," jawab Resa.

"Ya udah, kamu duduk aja dulu. Om Vian udah berangkat tadi pagi, ada meeting katanya."

Resa mengangguk sebagai jawaban.

"Hai semua! Vassa yang cantik, pintar, dan baik hati ini sudah datang!" Vassa berteriak heboh memenuhi satu rumah megah itu.

"Vassa, jangan teriak-teriak! Cepet makan sana, udah telat tau," tegur Laras, sambil mendudukan dirinya di salah satu kursi disana.

Sedangkan Vassa, ia mengerucutkan bibir, dan ikut mendudukan bokongnya ke kursi di sebelah Resa.

Usai sarapan, Vassa dan Resa langsung berpamitan pada Laras, dan berangkat ke sekolah dengan diantar oleh supir pribadi mereka.

Sesampainya di depan gerbang sekolah, mereka langsung berjalan beriringan ke kelas masing-masing.

"Eh, lo Vassa, kan?" tanya Askan yang tiba-tiba saja sudah berada dihadapan mereka. "Dan, lo, Resa?"

Mereka mengangguk secara bersamaan. Bedanya, Resa mengangguk dengan ekspresi santai, sedangkan Vassa, ia mengangguk dengan ekspresi yang bisa dikatakan konyol.

"Lo berdua kelas berapa?" tanya Askan.

"Gua kelas XI IPA 1, kalo Vassa kelas XI IPS 2," jawab Resa saat melihat sahabatnya yang masih bergeming memandang wajah pemuda di hadapan mereka ini.

"Oh, kalau gitu, gue duluan ya. Tadi, cuma iseng aja liat kalian, jadi sekalian nyapa aja deh. Hehe," terang Askan.

"Iya."

Saat Askan sudah berlalu dari hadapan mereka, Resa langsung memukul lengan Vassa dengan kencang untuk menyadarkan sahabatnya yang masih saja melamun dengan pandangan lurus.

"Aww, sakit, Resa!" ringis Vassa saat merasakan lengannya yang panas akibat pukulan kencan dari Resa.

"Ya, habisnya, lo ngelamun mulu. Orangnya udah pergi juga," kesal Resa.

"Ha? kapan perginya? bukannya tadi masih disini, ya?" tanya Vassa seperti orang linglung.

"Ya, lo ngelamun mulu, sih, kayak orang gak pernah liat manusia aja," sindir Resa, dan langsung berlalu meninggalkan Vassa yang masih bingung dengan keadaan sekitarnya.

☆☆☆

Bel istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Kini, Resa dan Vassa sedang berada di kantin, memakan pesanan mereka masing-masing.

Kantin yang awalnya sepi tiba-tiba langsung riuh terdengar bisik-bisik dari beberapa siswi disana. Dan, hal itu disebabkan oleh kedatangan Askan dan sahabatnya.

"Res, liat deh, si Askan ganteng banget ya," ucap Vassa dengan arah pandang yang berfokus pada Askan.

"Iya."

"Kayaknya gua jatuh cinta deh Res," ungkap Vassa dengan arah pandang yang masih berfokus pada Askan.

"Sama siapa?" tanya Resa dengan polosnya.

"Sama siapa lagi kalo bukan sama, Dia," jawab Vassa sambil menujuk Askan dengan dagunya.

"Lo langsung suka sama orang yang baru lo temuin dua kali? yang bener aja lo, Sa," ucap Resa dengan wajah bingungnya.

"Walaupun baru dua kali ketemu, gua udah tau kalo dia itu baik. Bahkan, satu sekolah pun tau, Res."

Lagi-lagi Resa menghela napasnya, dan berkata, "seterah lo ajalah, Sa."

Resa kembali menyantap makanannya. Membiarkan Vassa yang masih menatap Askan dengan sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya. Hingga bel masuk kembali berkumandang di area sekolah, dan semua murid kembali masuk ke kelas mereka masing-masing.

☆☆☆

Saat pulang sekolah, Vassa mengajak Resa untuk mampir sebentar ke kafe, dan menyuruh supir pribadi mereka untuk pulang terlebih dahulu.

"Res, lo mau pesen apa?" tanya Vassa sambil melihat-lihat menu disana.

"Samain aja."

Setelah memilih, Vassa langsung memanggil salah satu pelayan disana, dan menyebutkan pesanan mereka.

"Lo kayaknya masih aja canggung ya, Res?" tanya Vassa saat pelayang kafe itu sudah pergi dari hadapan mereka.

"Maksud lo?" Bukannya menjawab, Resa malah balik bertanya.

"Lo, kan, udah tinggal sama keluarga gua sekitar 7 tahun. Tapi, kenapa lo masih manggil orang tua gue dengan Tante sama Om. Gak ada niatan manggil Mama sama Papa, gitu?" jelas Vassa dengan panjang lebar.

Resa terdiam sejenak. "Gua lebih nyaman kalo manggilnya gitu," lirih Resa.

"Ya, gapapa si, gua cuma nanya aja." ujar Vassa dengan sedikit canggung.

Hening menyelimuti keduanya hingga salah satu pelayan kafe datang mengantarkan pesanan mereka.

"Res, menurut lo, Askan itu orangnya gimana?" tanya Vassa, berusaha untuk mencairkan susasa canggung diantara mereka.

"Askan, itu ... orangnya gampang bergaul si, ganteng juga. Tapi, gua kurang suka aja sama dia," jawab Resa dengan jujur.

"Kenapa?"

"Gak tau."

"Padahal, Dia baik, lho, Res," bela Vassa.

"Ya, itu, si, pendapat gua aja."

Lagi-lagi hening mengelilingi mereka hingga makanan diatas meja sudah tandas disantap mereka.

"Vassa, yang Lo bilang waktu di kantin itu, bener?" tanya Resa.

"Yang Gua suka sama Askan?"

Resa mengangguk sebagai jawaban.

"Kayaknya, iya, deh. Kalau gua deket dia, hati Gua kayak berdesir gak jelas gitu, lho. Terus, kalau liat dia, gua tiba-tiba kayak membeku gitu, terpana gua," ungkap Vassa, dengan memandang atap kafe sembari tersenyum malu.

"Itu, mah, emang lo aja yang tiap liat cogan dikit langsung kayak orang gak pernah liat manusia. Diem kayak gak ada nyawa lagi," sindir Resa.

"Ih, lo aja yang gak normal. Asal lo tau, ya, satu sekolah aja terpana dengan ketampanan seorang Askan."

"Hah, seterah lo aja," gumam Resa, dan langsung berlalu meninggal Vassa yang masih terdiam membayangkan wajah Askan dipikirannya.

"Eh, Resa! Tungguin gua, lah!" Vassa langsung berlari meninggalkan meja kafe saat melihat Resa yang sudah jauh meninggalkannya.

"Mbak, belum bayar!" teriak salah satu pelayan yang ditujukan pada Vassa.

"Sue, gua lupa bayar." Vassa membalikan badannya, dan berjalan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka.

Selesai dengan urusannya, Vassa kembali mengejar Resa yang sudah jauh di depan.

"Res, kayaknya, gua punya rencana deh."

🍃🍃🍃

Tbc

Ululu, kita masih kasih yang manis-manis dulu ya sebelum memulai konfliknya😆

Si, Vassa punya rencana apaan sih?😑

Vomentnya jangan lupa😁

Keep waiting✌ see you👋

Struggle✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang