Jangan berjanji jika kau tidak yakin bisa memenuhinya. Apa lagi sampai suatu saat kau akan mengingkarinya.
-Resa
.
.
Happy reading!
.
."Et, si Vassa lama banget dah. Kesian anak-anak gua udah pada kelaparan." Celia mengelus-elus perutnya dengan raut sedih.
"Tunggu aja. Palingan bentar lagi juga dateng," kata Resa terlanjur santai.
"Ck, ya udah." Celia melipat kedua tangannya di depan dada.
Beberapa menit berlalu. Vassa belum juga hadir di hadapan mereka. Membuat sosok Celia semakin geram.
"Ah! Vassa kelamaan ini, gua ma-"
Kalimat Celia terpenggal begitu saja saat Vassa datang dengan teriakannya bak toak sekolah, dan jangan lupa pula dengan senyum lebar yang merekah di wajah ayu-nya.
"HAII GAESSS. ADUHH MANGAP, YA, AING BARU HADIR."
Teriakan menggelegar milik Vassa sukses menarik seluruh atensi siswa di kantin yang sedang ramai-ramai-nya.
"Gini, ya, kalo urat malu dah putus di telan bumi," gumam Celia penuh akan rasa kesal.
Vassa mendudukkan dirinya di sebelah Resa yang sudah mulai melahap siomay-nya.
"Lo besok-besok makan sendiri aja lah, Sa," tutur Celia.
Vassa mendongak. "Kenapa emang?"
Celia mendengus. "Udah lupain aja, lu gak akan ngerti."
Vassa mengangkat kedua bahunya tak acuh, lalu menoleh menatap Resa yang sangat fokus dengan dunianya sendiri.
"Res, lo tau gak?" ujar Vassa seraya menatap Resa dengan binar di kedua mata.
"Enggak." Resa ikut mendongak menatap Vassa. "Kenapa?" tanyanya ketika tak mendapat sahutan apa pun dari Vassa.
"Tadi gua di ajak Askan ke taman belakang sekolah, Res." Vassa membalik tubuhnya ke posisi semula. "Terus semalam dia bilang ke gua kalo dia mau kasih gua kejutan 3 hari lagi."
Ah, yang tadi, ya
Resa terdiam sejenak memandang makanan di hadapannya, kemudian tersenyum simpul membalas perkataan Vassa. Ia memang tersenyum, tapi tidak ada yang tahu makna dari senyuman itu. Senyuman yang penuh akan kebohongan. Senyuman yang memiliki arti tersendiri untuknya.
"Terus, lo ngapain aja sama dia. Jangan sampe tar malem lu gak bisa tidur, ya, cuma karena mikirin soal Askan," kelakar Resa dengan tertawa kecil di akhir kalimat. Berusaha mengabaikan perasaan tak karuannya saat ini.
"Bisa jadi." Vassa menyeruput es teh di hadapannya. Tanpa tau, siapa pemilik dari minuman dengan rasa manis itu.
Ia inging meminum teh itu hingga tandas, namun, suara seseorang yang begitu menggelegar sukses menginterupsi kegiatannya.
"VASSA KAMPRET, MINUMAN MAHAL GUA, KOK, LO MINUM!" teriak Celia nyaring. Membuat para penghuni kantin lagi-lagi di buat terkejut.
Vassa tersedak hingga suara batuk bersahutan menyusul keluar. "Lo mau gua mati muda?!" sergah Vassa masih dengan sisa batuknya.
"Abisnya, minuman gua lo main ambil aja," bela Celia mengerucutkan bibirnya kesal.
"Minuman 3 ribu doang, lo permasalahin amat."
Ah ..., Celia sangat merusak mood-nya siang ini.
"Ck, serah lo."
Mereka selalu saja seperti itu. Mempeributkan hal kecil sampai-sampai tidak memerhatikan salah seorang di sana yang tengah mengaduk-aduk asal makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle✔
Teen FictionJudul awal: Cuore Forte *** "Gak seharusnya gua percaya sama dia." "Setiap penghalang harus disingkirkan, bukan?" *** Resa, gadis nan cantik satu ini tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta pada seseorang. Tapi sekalinya mengalami hal itu, i...