Terkadang kita memang harus menyembunyikan seonggok perasaan untuk tidak menyakiti hati orang lain.
-Resa
.
.
Happy reading!
.
."Cel, gua salah gak, sih?"
Celia mendongak dengan sedotan yang masih bertengger manis di bibirnya.
"Kok, bisa-bisanya, ya, Resa ngelakuin semua ini," kata Vassa mengaduk malas kopi di hadapannya.
Celia ikut-ikutan menyorot kopi buatan cafe langganan mereka ini. Mengedikkan bahu, lantas berucap, "Gua gak tau. Tapi ... apa gak kita cari tau dulu kepastiannya?"
Vassa menaikkan kedua alisnya. "Buat apa? Semuanya udah jelas, kok."
"Bukan gitu, Sa." Cewek berbalut seragam batik itu menghela napas panjang. "Bisa aja, kan, itu cuma salah paham."
"Kok, lo jadi belain dia, sih!" sentak Vassa mendelik tajam.
Celia memutar bola matanya malas. "Gua gak belain siapa-siapa disini, Sa. Tapi-"
"Udahlah, gua mau pergi dulu. Ada janji sama Askan." Vassa buru-buru memotong ucapan Celia. Terlalu malas mendengar celotehan cewek itu. Sedang tangannya membereskan barang-barang di atas meja.
"Lo, gak marah sama Askan?" tanya Celia mengernyit heran.
"Enggak. Kenapa harus marah? Kan, Resa aja yang gatel sama dia," tukas Vassa seraya menyampirkan tas sekolahnya. "Gua duluan."
Celia menatap kepergian sang sahabat dalam diam.
Berbeda dengan Vassa yang enggan menurunkan gengsinya. Celia masih menyisihkan sedikit rasa kepercayaan untuk Resa. Meski kekecewaan tetap menggelayuti hatinya.
Hanya saja ... satu hal yang meresahkan Celia sedari tadi.
Yaitu, keberadaan Resa yang satu tempat dengan mereka.
☆☆☆
Pulang sekolah tadi, Resa mendapat notifikasi line dari Rafa. Cowok itu mengajaknya bertemu di kafe tak jauh dari sekolah. Entah apa yang ingin di katakannya.
Resa mendudukkan diri di salah satu meja kafe. Sesekali netra cewek itu memperhatikan pintu kafe. Memastikan apakah Rafa sudah datang atau belum.
"Udah nunggu lama, ya."
Resa mendongak kala suara itu menyapa rungunya. Mengalihkan atensinya dari gawai di atas meja.
"Enggak, kok."
Rafa mengagguk, kemudian ikut duduk di depan Resa. "Mau pesen apa?" tanyanya sembari memegang buku menu.
"Seterah lo aja," jawab Resa.
"Yakin?" Rafa mengangkat kedua alisnya sambil melirik Resa.
"Ya udah." Cowok itu memesan dua gelas milk tea usai mendapat anggukkan dari sang lawan bicara.
"Jadi ...." Resa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi seraya bersedekap. "Lo mau ngomongin apa?"
Rafa tersenyum kecil. "To the point banget."
"Gua cuma gak mau buang waktu aja."
Cowok itu menatap dalam manik mata Resa. Berusaha untuk meyakinkan dirinya, bahwa keputusan yang ia ambil ini adalah hal yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle✔
Fiksi RemajaJudul awal: Cuore Forte *** "Gak seharusnya gua percaya sama dia." "Setiap penghalang harus disingkirkan, bukan?" *** Resa, gadis nan cantik satu ini tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta pada seseorang. Tapi sekalinya mengalami hal itu, i...