16•tatapan•

42 22 62
                                    

Cinta dan kecewa itu bagaikan oksigen untuk manusia. Yang tidak akan mungkin terpisahkan
-Vassa
.
.
Happy reading!
.
.

"Vassa, tolong angkat jemuran dulu dong bentar! Mama lagi masak buat makan malam, ni," teriak Laras dari bawah.

"Ya ampun, Ma. Aku lagi maskeran!" balas Vassa lantang.

"Angkat bentar aja, ih!"

Baru saja Vassa ingin membuka suara. Ucapa sang Mama lebih dulu terdengar.

"Resa lagi bantuin Mama masak." Seolah tahu apa yang akan di katakan sang anak. Laras lagi-lagi membuka suara.

Vassa menghela napas pelan. "Iya ...."

Dengan malas, Vassa beranjak dari kamarnya dan turun kebawah guna memenuhi perintah sang Mama.

"Masker aku, kan, retak jadinya, Ma," lirih Vassa saat melihat Laras di dapur.

"Biar aja, sih, Sa. Masker doang," kata Laras tanpa mengalihkan pandangan dari masakan di depannya.

Vassa mendengus pelan ketika melihat Resa --yang tengah memotong wortel-- terkekeh.

"Ya udah, aku balik ke kamar dulu."

Vassa lantas kembali ke kamar usai mendapat jawaban dari Mama-nya.

Ting!

Notifikasi dari ponselnya sukses menarik atensi Vassa. Gadis dengan rambut yang di jedai itu mengambil ponsel pengeluaran terbaru miliknya dari atas nakas.

Askanluv:
Besok pagi mau ke kafe? Biar gua jemput.

Vassa membelalak terkejut. Buru-buru ia mengecek kalender di hadapannya. Dan benar saja, besok adalah hari minggu.

Ia tersenyum senang setelah membalas pesan dari Askan. Vassa meraba wajahnya yang terasa aneh saat ia tersenyum barusan.

Seketika ia tersadar bahwa dirinya sedang bermaskeran. Vassa mengarahkan tungkainya ke kamar mandi. Membersihkan mukanya dari masker yang sudah retak sana-sini.

☆☆☆

"Lu mau mesen yang mana?" Askan mengalihkan atensinya pada gadis berpakaian kasual di depannya ini.

"Americano aja," jawab Vassa.

Pemuda berkemeja navy itu pun mengangguk. "Americano-nya 2, ya, Mbak," ucap Askan pada waitress di kafe yang mereka tempati sekarang.

Vassa mngernyit heran kala netranya menangkap gurat panik di wajah tampan Askan.

"Kenapa?"

Askan yang sedang meraba-raba kantung celanannya pun menoleh. "Dompet gua, kok, gak ada, ya? Apa ketinggalan di rumah?"

"Beneran gak ada?"

Askan mengangguk pelan. "Nanti bayarnya gimana dong," ucapnya seraya menghela napas gusar.

"Pake uang gua aja dulu." Vassa mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompetnya.

Askan menatap Vassa dengan tatapan menyesal. "Gua gak enak. Masa gua cowo di bayarin sama cewe."

Tawa pelan pun menguar di udara. "Gak selamanya cowo harus bayarin cewe, As."

"Iya deh. Gua ambil, nih?" ujar Askan.

"Iya, Askan ...."

Struggle✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang