Halo teman-teman ... ketemu lagi dengan cerita baruku.
Info dulu ya sebelum mulai baca ceritanya.
Cerita ini bersetting tahun 90-an. Jadi, jangan heran ya kalau ada banyak hal yang nggak seperti masa sekarang. Seperti belum ada handphone, masih pakai walkman, lagunya lagu zaman tahun 90-an, artis-artisnya juga jadul. Nama tokoh-tokohnya pun dipilih nama-nama yang biasa dipakai orang tahun 90-an. Nama Ricky tuh di masa itu dianggap keren banget. Begitu juga nama Adit, Yudi, Aksan, merupakan nama-nama yang sering dipakai anggota grup band. Untuk anak Jakartanya, manggilnya juga gue-elu, bukan gue-lo. Dan bakal ada bahasa gaul anak 90-an.
Cerita ini udah siap diterbitkan jadi novel, karena itu, nggak akan diposting full di sini. Hanya separuhnya aja. Buat yang pengin tetap baca, silakan ya. Aku ngasih tau di awal supaya nggak ada yang merasa terjebak. Buat yang tetap pengin baca, siapa tau nanti jadi tertarik dan pengin beli novelnya. Aamiin.
Cerita ini akan update tiap hari Selasa dan Kamis.
Selamat baca ^_^
Salam,
Arumi
**================**
Mobil berisi empat pemuda berusia dua puluhan tahun itu meluncur melewati jalur Pantai Utara Pulau Jawa. Lagu-lagu dari grup musik baru yang sedang naik daun, Kla Porject, mengiringi perjalanan mereka.
Sudah separuh perjalanan, Ricky masih menyetir mobil itu. Dia masih enggan mempercayakan salah satu teman kuliahnya menyetir mobil pemberian ayahnya itu.
"Rick, lu nggak mau istirahat dulu? Kita ngopi-ngopi dulu sambil ngelurusin kaki. Udah jam lima sore, terakhir kita berhenti kan jam makan siang tadi," tegur Adit, teman satu grupnya dalam tugas akhir yang duduk di sebelahnya. Sejak dua jam lalu Adit sudah menawarkan diri menggantikannya menyetir.
"Iya, Rick, berhenti dulu deh. Gue juga kebelet pipis nih!" Aksan yang duduk di kursi belakang ikut menimpali. Dia meringis menahan kencing.
Yudi yang duduk di sebelahnya menyenggol bahu Aksan.
"Sejak kapan elu kebelet pipis?" tanyanya.
"Sejak saat ini lah. Aduh, nggak tahan nih gue. Rick, buruan berhenti!" ujar Aksan sambil menepuk bahu Ricky.
"Elu jangan gangguin orang lagi nyetir, ntar nggak konsen!"
"Iya, iya, gue berhenti. Pada bawel banget sih kalian, kayak emak-emak. Gue juga emang mau istirahat. Pegel nyetir mulu!" sahut Ricky terdengar kesal.
"Dari tadi kan gue udah nawarin gantian," ucap Adit.
"Nanti gantian abis istirahat lu yang nyetir," balas Ricky. Dia melajukan mobilnya menuju halaman sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar.
Begitu mobil berhenti, Aksan langsung melesat keluar mendahului yang lain, bergegas mencari kamar kecil.
"Masih lama sampenya, Rick?" tanya Yudi setelah dia, Ricky dan Adit duduk di salah satu sudut ruang. Tak banyak pengunjung rumah makan ini setelah lewat jam makan siang.
Ricky melihat jam tangannya. "Kira-kira jam sembilanan deh kita nyampe, kalau nggak pake nyasar." Ricky mengarahkan pandangan ke Adit yang sepanjang perjalanan menjadi navigatornya membaca arah peta.
"Alah, tadi cuma nyasar dikit. Nanti lu baca petanya yang bener ya. Gantian gue yang nyetir elu yang baca peta," sahut Adit.
Beberapa menit kemudian Aksan bergabung dengan mereka. Mereka memesan kopi dan makanan kecil. Aksan memesan nasi berserta sayur dan lauk dengan alasan khawatir nanti tak sempat makan malam.
Tubuh Ricky menegak ketika seorang gadis muda berwajah manis dengan tubuh aduhai masuk ke rumah makan itu. Gadis itu hanya mengenakan atasan kaos yang ketat membalut tubuhnya dan celana pendek berbahan jin. Di sebelahnya juga seorang gadis muda mengenakan pakaian lebih tertutup, kaos longgar dan celana katun sepanjang betis.
"Di tempat kayak gini ada cewek kece?" gumam Ricky. Tiga temannya menoleh ke arah yang dilihatnya.
"Kayaknya bukan orang sini," analisa Yudi.
"Jangan-jangan mahasiswi dari Jakarta mau tugas penelitian ke desa juga," terka Aksan, lalu memasukkan sesendok penuh nasi beserta lauk ke mulutnya.
Ricky berdiri.
"Rick, elu mau ngapain?" tegur Adit melihat gelagat tak baik dari temannya yang terkenal playboy itu.
"Ngajak kenalan lah. Gile lu, ada cewek seksi gitu dianggurin."
"Bokin lu di Jakarta mau dikemanain?" ledek Yudi.
"Itu kan di Jakarta. Di luar Jakarta gue single dong," sahut Ricky sambil mengedipkan sebelah matanya dan berdecak, tak peduli dengan peringatan temannya.
"Kalau ada cewek kece, nggak bakalan deh dianggurin sama Ricky. Minimal dia bakal dapat nomor telepon rumah tuh cewek," komentar Aksan.
"Gue pengen kenalan juga ah. Mumpung bareng playboy kelas kampus yang pedenya selangit," ucap Yudi sambil berdiri dan berjalan mengikuti Ricky.
"Dasar, beraninya keroyokan lu, Yud. Kenalan sendirian pasti nggak berani," komentar Aksan. Dia baru saja menelan makanan yang dikunyahnya.
Dia melirik Adit yang tampak tak peduli dengan aksi teman-temannya. Cowok paling serius di antara mereka berempat itu malah mengeluarkan buku dari tasnya dan menulis sesuatu.
"Gokil lu, Dit. Saat kayak gini masih belajar aja. Istirahat dulu kek belajarnya. Otak lu nggak berasap apa belajar mulu," tegur Aksan setelah minum seteguk air memperlancar kerongkongannya.
Adit tak menyahut, dia hanya melirik Aksan, lalu kembali fokus dengan tulisannya. Adit memang yang paling serius di antara mereka berempat. Sebagai anak tertua dari tiga bersaudara dengan dua adik perempuan yang masih remaja, dia merasa memiliki tanggungjawab untuk secepatnya menyelesaikan kuliahnya. Apalagi ayahnya telah tiada.
Dia tidak seperti Ricky yang memiliki orangtua sangat berkecukupan, anak satu-satunya, yang apa pun keinginannya dengan mudah bisa terpenuhi. Dia juga berbeda dengan Yudi yang anak bungsu dan memiliki dua kakak yang sudah mapan.
"Ah, mendingan gue ikut kenalan juga," ujar Aksan merasa keki diabaikan Adit.
Dia sudah menghabiskan makanannya, terburu-buru menghabiskan minumannya juga. Lalu dia bergegas berdiri dan berjalan cepat menuju meja dua gadis cantik yang sudah dikerubungi Ricky dan Yudi.
Aksan selalu menganggap Ricky sebagai panutan untuk menjadi cowok keren yang disukai banyak wanita. Walau orangtuanya tidak sekaya Ricky dan menyadari dia tak akan pernah bisa berpenampilan se-glamour Ricky.
Namun setidaknya, Aksan berharap dengan berada di dekat Ricky dan mengikuti ke mana pun panutannya itu pergi, dia bisa ikut menebar pesona kepada gadis-gadis cantik yang didekati Ricky.
TBC ...
NOTE :
Bokin = pacar, bahasa gaul anak 90-an.
Kece = cantik/bagus/cakep, bahasa gaul anak 90-an.
Gokil = gila, bahasa gaul anak 90-an.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG Pembalasan Sulastri (Sudah Terbit & filmnya sudah tayang di bioskop)
HorrorEmpat mahasiswa Jakarta datang ke sebuah desa untuk satu misi yang sama. Awalnya semua berjalan lancar. Hingga suatu malam terjadi peristiwa tak terduga yang bisa mengancam masa depan mereka. Apakah yang harus mereka lakukan? Menyembunyikan apa ya...