2. Sang Playboy Beraksi

6.4K 688 197
                                    

Dan ~ Sheila On 7 --> band top 90-an

~ oOo ~

Dengan penuh percaya diri, Ricky sudah duduk di samping gadis yang bercelana pendek. "Selvi dari mana?" tanyanya sambil tersenyum semanis mungkin.

Aksan menghela napas, menyesal terlambat mendekat hingga acara saling memperkenalkan nama sudah terlewat.

"Dari Bandung," jawab gadis cantik bernama Selvi itu singkat.

Pesona Ricky sudah mulai memikatnya sejak awal. Berbeda dengan gadis satunya yang berpakaian lebih tertutup yang terlihat masih waspada terhadap Ricky.

"Oh, kirain dari Jakarta. Mau ke Jogja ya?" tebak Ricky semakin sok akrab.

"Kok tau?" Mata Selvi yang bulat membelalak.

"Tau dong. Cewek cantik kayak kamu gini pasti mau ke Jogja," sahut Ricky sambil memasang perangkap dengan senyumnya.

"Apa hubungannya cantik sama ke Jogja?" sindir gadis satu lagi yang masih terlihat belum terpikat dengan pesona Ricky.

"Jogja kan terkenal seni budaya dan artistiknya. Jadi, kalau ada cewek cakep liburan ke kota itu, pas banget deh. Mahluk cantik, ke kota yang cantik. Pas!"

Ricky menyahuti gadis itu masih berusaha menjerat dengan senyumnya. Tapi gadis itu malah melengos.

"Eh, gue belum kenalan. Gue temannya Ricky. Nama gue Aksan. Mahasiswa teknik mesin. Calon Insinyur bermasa depan cerah. Hobi dengerin musik. Kalau mau nanya tentang lagu apaan aja, bisa sama gue. Selvi ya?"

Tanpa basa-basi Aksan mengulurkan tangannya ke Selvi dan tersenyum lebar penuh percaya diri.

Gadis itu mengerutkan kening, tapi kemudian dia balas tersenyum dan mengangguk sambil menerima uluran tangan Aksan.

Setelah itu, Aksan beralih ke gadis yang duduk di sebelah Selvi.

"Yang manis ini siapa namanya?" tanyanya masih memasang senyum lebar.

Gadis itu menoleh dan menatap Aksan tajam. "Jangan sembarangan ya! Baru kenal udah ngegombal! Pake bilang manis-manis segala!" ujarnya ketus, lalu kembali memalingkan wajah.

Aksan terkejut, dia menarik lagi tangannya.

"Ade, jangan jutek gitu, ah. Kakak ini kan ngomongnya sopan," kata Selvi menegur gadis itu, lalu dia menoleh ke Aksan. "Maaf ya, adekku nggak gampang percaya sama orang yang baru dikenal."

"Oh, ini adik kamu? Nggak apa-apa. Ngerti sih. Maaf ya, guenya yang lancang." Aksan menyampaikan penyesalannya. Dia menyikut pinggang Yudi yang sejak tadi diam saja.

"Udah kenalan belum lu?" bisik Aksan.

"Udah sih, tapi percuma. Kebanting sama Ricky," balas Yudi terdengar memelas. Aksan menahan tawa dan menutup mulut dengan tangannya.

"Eh, kita bareng aja gimana? Maksudnya, mobil kita iring-iringan. Kami mau ke Jogja juga. Bukan tepat di kota Jogjanya sih, tapi ngelewatin. Saat istirahat kita bisa bareng lagi, terus ngobrol-ngobrol lagi," usul Ricky. Bibirnya belum berhenti membentuk senyum menggoda.

Mendadak adik Selvi berdiri. "Nggak bisa!" katanya sambil memelotot pada Ricky, lalu dia menoleh ke pintu masuk. "Ayaaah!" teriaknya.

Semua mata menoleh ke arah yang dilihat gadis itu. Ricky, Aksan dan Yudi ternganga saking terkejutnya.

"Ada apa ini? Kalian diganggu?" sahut laki-laki bertubuh tinggi besar berusia kira-kira menjelang lima puluh tahun yang disebut 'ayah' oleh gadis itu.

"Itu, Yah, mereka godain kakak."

Ucapan adik Selvi itu membuat Ricky, Aksan dan Yudi tersentak, mereka mematung, seolah otak mereka beku tak mampu memikirkan cara melarikan diri dari laki-laki yang mendadak menatap tajam ke arah mereka setelah mendengar laporan dari anaknya.

"Kalian ini siapa? Berandalan ya? Jangan berani-berani ganggu anak-anak saya!" ujar laki-laki itu sambil berkacak pinggang dan memelotot.

"Nggak, Pak. Kami nggak ganggu kok. Cuma ngajak kenalan," sahut Yudi yang terpaksa berinisiatif menjelaskan setelah dilihatnya Ricky dan Aksan hanya diam menunduk menatap lantai.

"Selvi, ayo pergi! Kita nggak jadi makan di sini!" ujar ayah Selvi mengabaikan Yudi.

"Mereka nggak ngapa-ngapain kok, Yah," bela Selvi.

"Pak, biar kami saja yang pergi. Kami udah selesai kok makannya. Permisi," kata Yudi lagi dengan senyum sopan walau ucapannya tadi tidak digubris ayah Selvi.

Bergegas dia menarik lengan Aksan dan Ricky sekaligus, lalu menyeret keduanya kembali ke meja mereka.

"Ada apa sih? Kalian bikin masalah?" sambut Adit. Dia memandangi wajah ketiga temannya satu per satu. Dia mendengar ucapan laki-laki setengah baya itu memarahi ketiga temannya.

"Lu kalau nggak tau apa-apa nggak usah ikut campur, Dit!" sahut Ricky kesal.

"Udah, kita bayar pesanan masing-masing cepetan. Lanjut jalan lagi," lerai Yudi sebelum Ricky dan Adit semakin ribut.

Dia mengeluarkan uang dari dompetnya, dan meminta yang lainnya segera mengeluarkan uang masing-masing. Lalu dia bergegas membayarkan semua pesanan mereka ke kasir. Setelah itu dia menggiring ketiga temannya keluar dari restoran itu menuju mobil.

"Sori, Rick. Tadi gue bukannya mau ikut campur. Gue cuma nanya. Sori, cara nanya gue salah," ucap Adit sambil menepuk pundak Ricky setelah mereka berada di dekat mobil Ricky.

"Tadi ada masalah apa?" lanjut Adit, kali ini dia bertanya baik-baik.

"Salah paham aja. Udahlah, nggak usah dibahas. Jadi kan lu yang mau nyetir sekarang?" jawab Ricky, dia enggan membahas masalah di dalam rumah makan tadi.

"Oke, gue yang nyetir," sahut Adit. Dia segera masuk dan duduk di balik kemudi. Ricky duduk di sebelahnya, sementara Aksan dan Yudi duduk di belakang.

Mobil kembali meluncur menyusuri jalur Pantai Utara Pulau Jawa, menuju sebuah desa yang belum pernah mereka kunjungi.

Sebuah desa yang kelak membuat mereka menyesal telah datang ke sana.

**==========**

Hai, jumpa lagi dengan lanjutan cerita ini. Sabar ya, belum masuk ke adegan tegangnya, hehe.

Ini masih pengenalan karakter tokoh-tokohnya. Ada Ricky yang playboy tengil anak orang kaya, ada Adit yang serius dan terkesan mahasiswa baik-baik, ada Aksan yang labil, ada Yudi yang kadang masih kurang percaya diri.

Terus, Sulastrinya mana? Tunggu di part-part selanjutnya yaa ... Ada yang bisa nebak Sulastri itu siapa?

Oh iya, buat yang ngikutin cerita "Nightmare in Budapest" besok update ya. Jangan ketinggalan. Ada info baru yang bikin Tesla menyadari sesuatu.

Btw, yang baca cerita ini ada yang udah ngerasain masa tahun 90-an nggak? Atau saat itu belum pada lahir semua? 😅

Salam,

Arumi

RONGGENG Pembalasan Sulastri (Sudah Terbit & filmnya sudah tayang di bioskop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang