Tididit ~ Sweat Martabak
--> Ini grup rap ngetop tahun 90an. Di masa itu, masih jaraang banget yang punya HP. HP dulu mahal dan bentuknya masih besar. Pager lebih sering dipakai. Ketika itu, punya pager udah keren banget deh. Jadi, di tahun 90an nggak ada yang namanya WA-an, video call, telponan. Boro-boro deh ya. Kebanyakan masih pakai telpon rumah.~ oOo ~
Sejak pukul lima sore empat mahasiswa itu sudah berada di balai desa. Merasakan meriahnya pesta rakyat. Penjual-penjual makanan khas desa menjajakan dagangannya. Mereka mencicipi berbagai makanan kecil khas desa yang kebanyakan terbuat dari olahan singkong.
Setelah itu mereka sekalian membeli makan malam. Mulai pukul tujuh malam, barulah pertunjukan dimulai. Panggung pertunjukan hanyalah teras gedung balai desa.
Para penonton duduk di kursi-kursi yang diletakkan di halaman menghadap teras balai desa itu. Beberapa ada yang menggelar tikar dan duduk lesehan sambil melahap makan malam.
Hari ini langit cerah dipenuhi bintang. Sepertinya tak akan turun hujan. Yang tampil menghibur warga adalah dari kalangan warga sendiri. Ada yang menyanyi lagu berbahasa Jawa, kemudian ada yang melawak. Ada bocah-bocah menari tarian gembira, hingga akhirnya pembawa acara mengumumkan pertunjukan utama yang paling ditunggu warga yaitu tari ronggeng.
Musik tradisional yang energik mengalun, sinden menyanyi dengan suara melengking, lalu muncul seorang gadis berparas ayu, melangkah melenggak-lenggok seiring irama musik.
Ricky ternganga melihat gadis penari itu. Tubuhnya berbalut bawahan kain batik bercorak bunga besar warna warni, atasannya mirip kebaya berwarna kuning kunyit melekat pas di tubuhnya, selendang merah yang lebar dan panjang melingkar di tengkuknya. Penari itu menggerakkan jari-jari lentiknya sambil menjepit ujung selendang. Wajah gadis itu cantik dan menarik. Bibirnya yang berbentuk indah dipoles lipstick warna merah menyala, membuatnya terlihat semakin menggoda.
Gadis itu meliuk-liukkan tubuhnya seirama musik. Tersenyum menggoda kepada para penonton, menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan kiri dengan gerakan sensual. Ricky menyikut pinggang Adit hingga temannya itu mengaduh dan meringis.
"Astaganaga! Gue inget! Itu cewek yang kemarin kan, Dit? Gokil, kok makin kece aja ya dia. Cantik banget!" ujar Ricky dengan mata berbinar dan senyum mengembang.
"Gue lebih suka lihat dia berpenampilan seperti kemarin. Cantiknya natural. Kayaknya dia masih muda banget, nggak pantes dandan setebal itu," sahut Adit sambil mengusap-usap pinggangnya yang masih terasa nyeri.
"Yaelah, Dit. Namanya juga lagi perform, tampil. Wajarlah dandan. Bibirnya itu lho, diwarnain gitu jadi makin ... sexy," kata Ricky, sengaja memberi tekanan khusus di kata yang terakhir.
"Lu kalau ngomong yang sopan dong, Rick."
Ricky menoleh dan menatap kesal pada Adit.
"Emang kata-kata gue yang mana yang nggak sopan?"
"Lihat cewek jangan dari seksinya aja."
"Jangan muna, Dit. Semua cowok suka liat cewek cantik dan seksi."
Adit hanya menghela napas. Dia tak ingin berdebat lagi. Dia memandangi gadis itu dan entah kenapa dia merasa kasihan. Dia merasa sayang sekali gadis sepolos itu menari dengan gerakan yang seolah sengaja dia lakukan untuk memikat mata para lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG Pembalasan Sulastri (Sudah Terbit & filmnya sudah tayang di bioskop)
TerrorEmpat mahasiswa Jakarta datang ke sebuah desa untuk satu misi yang sama. Awalnya semua berjalan lancar. Hingga suatu malam terjadi peristiwa tak terduga yang bisa mengancam masa depan mereka. Apakah yang harus mereka lakukan? Menyembunyikan apa ya...