16. Mengatur Strategi

4.1K 555 130
                                    

Mencintaimu Sampai Mati ~ Utopia
--> Lagu ini bukan lagu tahun 90an. Tepatnya rilis tahun 2003. Tapi sepertinya cocok untuk cerita ini. Mencintaimu sampai mati. Sulastri baru saja mulai merasakan getaran halus cinta 😢. Utopia adalah band beraliran rock alternative yang vokalisnya perempuan. Keren-keren lagunya. Pia vokalisnya favoritku karena suaranya bagus dan lagu-lagu Utopia kebanyakan ciptaan Pia. Cewek hebat, kan?

~ oOo ~

"Kita ... buang aja mayat Sulastri ke sumur di belakang?" usul Yudi dengan suara pelan, tapi dari suaranya terdengar dia meragukan usulnya sendiri.

"Kalau mereka nemu mayatnya, udah pasti kita yang langsung dituduh. Lu tau kan, lama-lama mayat bisa ngambang di air?" Ricky mematahkan usul Yudi.

"Kita kasih pemberat supaya nggak ngambang?" Yudi masih mencoba memberi usul.

Adit terdiam sejenak. Masalah ini memang akan berpengaruh pada masa depan mereka semua. Tak boleh ada yang tahu Sulastri telah meninggal secara tidak wajar, bahkan kemungkinan besar dibunuh. Hati nurani Adit berperang, antara tak tega melihat keadaan gadis penari itu, dan menyelamatkan masa depannya.

"Gue nggak percaya akan bilang ini. Tapi, kita nggak punya pilihan lain. Benar kata Ricky, kita nggak mungkin lapor ke Pak Kades. Kita nggak tahu apa yang terjadi dan udah pasti kita yang bakal dituduh macam-macam. Nggak ada jalan lain. Kita bawa Sulastri ke hutan pinus, jauh ke bagian dalam. Warga desa ini lebih sering ke sawah dibanding ke hutan pinus," kata Adit, setelah dia berpikir sejenak.

Dia menghela napas, melepas rasa sesak di dadanya yang dipenuhi rasa bersalah.

Ketiga temannya terdiam. Kali ini tak ada yang membantah ucapannya. Adit memandangi Ricky, Yudi, Aksan bergantian satu per satu. Mereka pun sedang menatap Adit, menunggu Adit bicara lagi. Seolah mereka tahu, ucapan Adit tadi belum selesai.

"Andai Sulastri ditemukan, pasti masih beberapa hari lagi atau bahkan beberapa minggu lagi. Kita udah nggak di sini. Jaraknya juga jauh dari pondok ini. Warga nggak akan langsung menuduh kita," lanjut Adit.

"Maksud gue juga begitu," sahut Ricky.

Kali ini Adit mengangguk sepakat dengan Ricky.

"Rick, boleh minjem selimut lu, kan? Selimut lu paling tebal dan lebar. Bisa buat bungkus mayatnya."

Seperti biasa, tanpa sadar Adit bertindak seolah dia adalah pemimpin di antara mereka. Dia mulai mengatur teman-temannya. Namun dalam situasi yang sedang mendesak ini, tanpa sadar Ricky tak mempermasalahkan sikap Adit yang paling sering membuatnya sebal itu.

Ricky masuk ke kamar mengambil selimutnya. Adit benar, selimutnya itu memang yang terbaik untuk membungkus tubuh Sulastri. Dia menggelarnya di bagian ubin yang belum terkena cipratan darah. Adit dan Yudi mengangkat tubuh Sulastri dan memindahkannya ke atas selimut.

Mereka mengambil tas kain batik milik Sulastri yang masih berada di atas kursi. Yudi mengambil radio Sulastri yang ujungnya pecah dan dipenuhi darah. Sepertinya, radio itu yang membuat kepala Sulastri terluka.

Yudi menelan ludah. Membayangkan ada seseorang yang memukulkan radio itu ke kepala Sulastri. Dia masukkan radio itu ke dalam tas batik, lalu dia letakkan tas itu di samping mayat Sulastri.

"Siapin bo'il(1) lu, Rick," perintah Adit lagi pada Ricky.

Ricky tak membantah, dia bergegas mengambil kunci mobilnya dan melesat keluar pondok.

RONGGENG Pembalasan Sulastri (Sudah Terbit & filmnya sudah tayang di bioskop)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang