Aku Patut Membenci Dia ~ Tere
--> Lagu ini sebenarnya nggak termasuk 90an karena rilis tahun 2003. Tapi suasana suramnya sepertinya cocok dengan part ini.~ oOo ~
Ada dua tempat tidur single bed di kamar itu. Masing-masing ditempati Yudi dan Ricky. Kedua temannya itu masih tertidur. Baju dan tangan mereka juga penuh cipratan darah!
"Yud, bangun, Yud!" ujar Aksan sambil mengguncang kaki Yudi. Dia beralih ke Ricky. "Rick, bangun!" katanya sambil mengguncang bahu Ricky.
Keduanya bergeming. Aksan menghela napas. Sekali lagi dia mengguncang tubuh Yudi dan Ricky sambil berteriak menyebut nama mereka.
Barulah keduanya membuka mata dan mengerjap.
"Apaan sih, San! Memangnya sekarang jam berapa? Ribut amat bangunin orang!" omel Ricky sambil mengucek mata.
"Ada keadaan gawat. Cepet deh lu pada keluar. Yud, lu juga, buruan bangun dan ke ruang tamu!" ujar Aksan.
"Aduuh, keadaan gawat apaan sih, San? Kepala gue masih berat nih." Yudi melirik jendela. "Di luar masih gelap gitu," lanjutnya.
"Ada pembunuhan! Di ruang tamu!" ucap Aksan akhirnya tak tahan melihat kedua temannya itu menyepelekan ajakannya ke luar kamar.
Ricky dan Aksan memelotot. "Hah?!" ujar keduanya kompak.
"Pembunuhan apaan?" tanya Ricky.
"Lihat baju kalian dan tangan kalian," sahut Aksan.
Keduanya menatap bagian baju depannya. Banyak bercak darah. Di tangan mereka juga ada bercak darah. Bahkan telapak tangan Ricky dipenuhi darah.
"Ini darah siapa?" tanyanya mengalihkan pandangan ke wajah Aksan. Lalu tatapannya turun ke baju Aksan.
"Baju lu juga ada darahnya!" ujarnya hampir memekik.
"Gue juga nggak tau. Gue nggak ingat apa yang udah gue lakukan semalam. Sekarang, kalian keluar deh. Lihat di lantai ruang tamu," sahut Aksan.
Yudi dan Ricky saling pandang. Lalu mereka beringsut turun dari tempat tidur masing-masing. Aksan keluar kamar lebih dulu, diikuti Ricky dan Yudi.
Yang pertama dilihat Ricky adalah Adit yang sedang memegang gelas. Hidungnya bergerak-gerak membaui aroma di dalam gelas itu.
"Dit, ada apa nih?" ujar Ricky.
Adit mengalihkan perhatiannya ke Ricky.
"Harusnya gue yang nanya gitu. Ada apa nih, Rick? Lu semalam nari sampai jam berapa? Berapa banyak bir yang udah lu minum? Dan Sulastri ..." Adit berhenti.
Terasa berat sekali menyebut nama gadis itu. Dadanya kembali sesak. "Sulastri lu apain?" lanjutnya, lalu menghela napas panjang.
"Maksud lu apa?" tanya Ricky dengan ekspresi kesal.
"Rick ... Sulastri, Rick," kata Yudi yang terlihat syok memandangi tubuh Sulastri yang tergeletak di lantai dalam keadaan mengenaskan. Ricky menoleh, mengikuti arah pandangan Yudi. Dia tersentak dan mundur selangkah.
"Kenapa Sulastri?" ujarnya, dia mendekati Sulastri, memandang ngeri wajah gadis itu yang kini tak lagi terlihat cantik. Matanya memelotot, pipinya penuh bercak darah, mulutnya penuh tersumpal ujung selendangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RONGGENG Pembalasan Sulastri (Sudah Terbit & filmnya sudah tayang di bioskop)
TerrorEmpat mahasiswa Jakarta datang ke sebuah desa untuk satu misi yang sama. Awalnya semua berjalan lancar. Hingga suatu malam terjadi peristiwa tak terduga yang bisa mengancam masa depan mereka. Apakah yang harus mereka lakukan? Menyembunyikan apa ya...