'aduh gimana nii, ko aku jadi ngerasa gugup gini ya.'
Lirih Andini dalam hati."Hey, lagi mikirin apa sih?!"
Sapa Adrian yang tiba-tiba duduk di ranjang tepatnya di samping Andini."Ap-KYAAAA....
Bapa apa-apa an sih, pakai bajunya dasar mesum "
Omel Andini dengan mata yang ditutup kedua telapak tangannya.Padahal seharusnya Andini tidak perlu merasa takut melihat Adrian yang setengah telanjang.
"Kamu yang apa-apaan. Kenapa harus ngomel sih. Ini tuh bakal jadi kebiasaan kamu setiap hari."
Jawab Adrian menggoda Andini dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Andini.Kini jarak Adrian dan Andini sudah tak bisa di ukur lagi. Mereka benar-benar sangat dekat.
Karena terlalu gugup dan tidak mau terjadi sesuatu dengannya.
Andini pun menutup kembali kedua matanya. Andini benar-benar dapat merasakan deruan nafas Adrian dan ini mengakibatkan detakan jantung Andini dua kali lebih cepat dari biasanya.Satu...
Dua...
Tiga...
"Cepat mandi dan tidur, kau sangat bau."
Kata Adrian lalu meninggalkan Andini dengan semburat merah di pipinya."Shit."
Umpat Andini sesudah melihat Adrian keluar kamar..
.
.Setelah selesai dengan ritual mandi nya, Andini memakai gaun tidurnya berwarna merah maroon selutut dengan lengan tangan yang tanggung.
"Kenapa bapa masih ada di sini?"
Tanya Andini pada Adrian yang sedang menyandarkan punggungnya disandaran kasur."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Memangnya saya harus kemana ?!"
Bukannya menjawab, Adrian malah kembali bertanya dengan tatapan fokusnya pada handphone yang dia genggam." Pergi lah kekamar bapa sendiri, saya lelah mau tidur.".
"Hei manis, dengar! Ini kamar saya juga. Jadi untuk apa saya pergi dari sini."
Jawabannya cuek."Hah apa?"
Tanya Andini dengan matanya yang hampir loncat keluar."Tutup matamu manis, jangan sampai bola matamu loncat kehadapan ku."
Tetap dengan pandangan dan nada yang sama.Tidak ada pilihan lain, ini bukanlah cerita novel yang perempuan nya harus membiarkan si laki-laki tertidur di sofa.
Andini tau diri, hotel ini disewakan oleh Bagas ayahnya Adrian. Jadi rasanya kalaupun ada yang tidur di sofa itu harusnya Andini bukan Adrian..
.
.Waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Tapi Andini sama sekali tidak bisa memejamkan kedua matanya.
Dan itu juga terjadi pada Adrian yang merapatkan kedua matanya namun pikirannya masih sepenuhnya sadar.
Adrian dan Andini tidur saling memunggungi, hingga akhirnya Adrian dan Andini membalikkan posisi tubuhnya secara bersamaan dan akhirnya tatapan mereka bertemu.
Terjadilah adegan tatap-tatap an . Dan kini entah dorongan dari mana, baik Adrian maupun Andini saling mendekatkan wajahnya masing-masing.
Hingga tinggal beberapa inci lagi, tiba-tiba Adrian menarik wajahnya kembali dan beranjak dari tidurnya.
"Bau badanmu membuat perutku mulas."
Ujar Adrian menjalankan tubuhnya ke kamar mandi meninggalkan Andini membeku di tempatnya."Shit! Aku tertipu lagi."
Umpat Andini memukul bantal dihadapannya.Di lain sudut, Adrian tengah menyalakan shower nya dengan air dingin dan membasahi tubuhnya. Hingga gemercik air yang turun dari shower itu terdengar oleh Andini.
" Apa dia mandi jam setengah dua pagi? Apa ini kebiasaannya?
Dasar aneh!."
Tanya Andini pada diri sendiri.Karena rasa keponya , Andini mengendap-endap seperti maling mengarahkan kuping nya ke pintu kamar mandi, sampai akhirnya daun telinganya menyentuh sesuatu yang dingin dan berdetak.
"Eh apakah pintu di hotel ini bernyawa?!"
Masih dengan posisi yang sama." Pintunya tidak bernyawa, kalau saya tentu bernyawa!."
"Eh kau ini!"
Kini andini bangkit dari posisinya dan betapa terkejutnya Andini melihat dada bidang Adrian yang tadi menyentuh daun telinga Andini.Saking terkejutnya, Andini terlonjak ke belakang dan siap untuk mendarat di atas lantai keras itu.
Ditulis : jumat 15 mei 2020
Di update : rabu 3 juni 2020
13.29Lanjut ga nih?????
Jangan lupa klik vote ⭐ dan komentar 🗨 yang positif sebanyak-banyaknya ya bep 💛
Satu klik seribu semangat buat aku update 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI IMPIAN
Romance"Kamu yang apa-apaan. Kenapa harus ngomel sih. Ini tuh bakal jadi kebiasaan kamu setiap hari." Jawab Adrian menggoda Andini dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Andini. Kini jarak Adrian dan Andini sudah tak bisa di ukur lagi. Mereka benar-benar san...