Sinar matahari yang malu-malu masuk ke celah tirai jendela kamar milik Andini, membuat Andini membuka paksa matanya.
Dilihatnya jam tangan di pergelangan tangannya.
"Yaampun sekarang udah jam 7.15, itu artinya bentar lagi aku masuk kerja dong."
Ucapnya lalu dengan nyawa yang baru terkumpul setengahnya Andini menyingkap selimut nya.
Saat hendak berdiri,"Baru bangun?"
Tanya Adrian yang sudah siap dengan pakaian kantoran."Bapa mau kemana?"
Tanya Andini masih dengan suara serak khas bangun tidur."Saya gamau jawab kalo kamu masih panggil saya dengan embel-embel bapa."
Ketus Adrian."Ish iyah iyah, ri-rian mau kemana udah rapih gitu."
Tanya Andini dibuat-buat so imut."Aku mau pergi kerja." Jawab Adrian tak kalah so imut.
Andini mendengar nya hanya terkikik geli.
"Ngapain kamu ketawa-ketawa gitu? Kalo mau bilang aku imut makasih deh, udah tau kok dari kecil aku memang imut." Ujar Adrian dengan cengiran dan menggerakkan kedua alisnya naik turun.
" Dih geer banget si, orang saya tuh geli denger bap- eh maksudnya rian manggilnya jadi aku gitu biasanya juga pake saya." Jawab Andini.
"Yee ya kamu juga harus belajar manggil aku dengan sebutan aku bukan saya, biar gak terlalu formal lagian kamu ngapain sih manggil aku Rian . Nama aku itu Adrian bukan Rian."
Jelas Adrian seraya memasang dasi merah maroon di kerah bajunya."Ih bawel deh, tadi nyuruh jangan pake panggilan 'saya' sekarang gak boleh manggil Rian. Pokonya aku tetep mau manggil Rian anggep aja itu panggilan sayang dari aku." Jawab Andini spontan.
"Apa tadi, coba ulang bilang apa?" Tanya Adrian yang menyadari Andini baru saja mengutarakan perasaannya.
"Eh engga kok, udah ah saya mau mandi, sana berangkat."
Ucap Andini sangat gugup, dengan kekuatan extra, Andini berlari menuju kamar mandi."Jangan lari-lari sayang nanti anak yang di perut kamu kenapa-kenapa loh." Goda Adrian sedikit berteriak karena Andini sudah masuk kedalam kamar mandi.
Didalam kamar mandi Andini benar-benar sudah dibuat kaget dengan ucapan Adrian yang memanggil nya dengan sebutan sayang.
"Gila, kayanya besok aku harus periksa ke dokter jantung deh. Terus apa tadi katanya? Anak? Gila nih orang, ena ena aja belum main bilang anak-anak aja" Monolog Andini mengusap-usap dadanya.
"Sayang aku berangkat ke kantor dulu yah, jangan lupa nanti siang antar makan siang ke kantorku." Ujar Adrian berteriak lalu pergi kekantor nya.
.
.
.Hari ini Andini mendapatkan pesan dari kantor kalau dirinya mendapat cuti nikah selama 3 hari.
"Huft, bosen diem dirumah sendirian mana bingung lagi mau ngapain." Celoteh Andini dengan nafas gusar seraya membolak-balik majalah yang dia pegang.
Dilihat nya jam tangan yang menghiasi pergelangan tangannya.
Menunjukkan pukul 10.55."Apa aku buat makan siang terus di antar ke kantornya Rian aja yah?" Monolog Andini seraya berfikir.
" Yaudah deh dari pada bosen dirumah terus."
.
.
.KANTOR ADRIAN
" Selamat siang Bu Andini." Sapa Maria sekertaris Adrian.
"Siang, panggil Andini aja gausah terlalu formal." Jawab Andini tak kalah sopan.
"Iya bu eh Andini, ada yang bisa saya bantu?"
"Saya mau ketemu Rian."
Ujar Andini."Rian?" Beo Maria.
"Maksudnya pak Adrian." Andini membetulkan ucapannya yang sempat membuat Maria kebingungan.
"Ohh pak Adrian, mari bu saya antar."
Setelah sampai di depan pintu ruangan Adrian yang bertuliskan R. DIREKTUR UTAMA, Maria meninggalkan Andini.
TOK...TOK...TOK...
"Masuk." Ujar Adrian masih fokus dengan laptop nya tanpa melirik siapa yang tengah memasuki ruangannya.
"Ada apa Maria, apa kau merindukan ku? Baru saja kau keluar dari sini sudah kembali lag-"
Betapa terkejutnya Adrian melihat Andini yang kini berdiri di hadapan nya dengan tatapan tajam."An-andini, ngapain kesini?" Tanya Adrian seraya berdiri menghampiri Andini.
"Mengantar makan siang." Jawab Andini sedikit ketus.
"O-oh ya-yasudah mari duduk disana." Jawab Adrian gugup namun dengan cepat menetralkan nya dan membawa Andini ke tempat duduk yang lebih nyaman.
"Bawa apa aja?" Tanya Adrian.
"Ayam."
"Lalu?"
"Tumis"
"Tumis apa?"
"Kangkung"
"Lalu?"
"Nugget."
"Lalu?"
"Kerupuk."
"Lalu?"
"Ih kenapa banyak nanya sih, makan ya makan aj- hmppp."
Belum selesai Andini mengomel, Adrian sudah lebih dulu membekap mulut Andini dengan bibirnya.
Tidak ada lumatan hanya kecupan sekilas.
"Nanti saja ngomel nya, aku mau makan." Ucap Adrian lalu membuka kotak makannya satu persatu.
Dilahapnya dengan rakus makanan yang Andini bawa. Bohong kalau pasakan Andini tidak enak.
Buktinya beberapa tempat makanannya sudah ludes bersih jika bisa di ukur kebersihannya mungkin Andini tidak perlu repot-repot mencuci tempat makan yang seharusnya licin oleh minyak namun sudah nampak bersih seperti baru selesai di cuci."Sudah, silahkan kalau mau ngomel." Ucap Adrian seraya melonggarkan dasinya untuk mendapat asupan oksigen lebih banyak lagi.
"Gak ada, saya mau pulang." Ketus Andini.
"Tunggu din, aku bukan saya." Peringat Adrian.
"Ck aku mau pulang, puas?" Ulang Andini penuh penekanan.
"Tunggu dulu, aku antar kamu pulang." Tawar Adrian.
"Gausah."
"Din, kamu kenapa? Kenapa cemberut gitu." Tanya Adrian tulus.
"Gapapa, udah aku mau pulang nanti Maria kangen lagi sama kamu, pantesan aja aku di kasih cuti nikah sementara kamu masih masuk kerja"
Ketus Andini dengan tampang super duper jutek.Adrian melihat nya hanya terkekeh geli.
"Kamu lucu yah kalo lagi cemburu."
Ujar Adrian mengusap lembut pipi Andini.BLUSH..
"Ih apaan sih, siapa yang cemburu coba, geer banget. Saya mau pulang jadi kalo kamu mau "
Saat Andini hendak menyentuh kenop pintunya.." Sayang, a.k.u bukan sa.ya."
Peringat Adrian seraya mencekal tangan Andini."Ih udah ah aku mau pulang." Geram Andini lalu meninggalkan kantor Adrian.
Ditulis : Rabu, 17 Juni 2020
17.24
Di update : Sabtu, 20 Juni 2020
00.36Lanjut ga nih?????
Jangan lupa klik vote ⭐ dan komentar 🗨 yang positif sebanyak-banyaknya ya bep 💛
Satu klik seribu semangat buat aku update 💛
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMI IMPIAN
Любовные романы"Kamu yang apa-apaan. Kenapa harus ngomel sih. Ini tuh bakal jadi kebiasaan kamu setiap hari." Jawab Adrian menggoda Andini dengan mendekatkan wajahnya ke wajah Andini. Kini jarak Adrian dan Andini sudah tak bisa di ukur lagi. Mereka benar-benar san...