▪️4▪️

268 28 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu'alaykum ada yang nunggu nggak nih cerita, acungkan tangan dong ☝️. Nggak, juga nggak apa-apa sih, kali aja ada yang berbaik hati mo nyemangatin author.

▪️▪️▪️









































"Salwa, aku tidak bisa menemukan ikhwan impian kau itu."

Aku diam, mendengarkan. Bang, beberapa hari yang lalu aku bertemu dengannya, ucapku dalam hati.

"Bahkan teman-teman yang kumintai bantuan pun tidak ada yang tahu. Kata mereka ciri-ciri yang kusebutkan itu terlalu pasaran. Banyak mahasiswa yang memiliki ciri-ciri seperti itu."

Hah pasaran? Frontal sekali kau bang. "Ya sudahlah bang. Mungkin belum jalannya." ucapku pada akhirnya.

"Kau menyerah?"

"Entahlah."

"Jangan menyerah. Insha Allah kita masih bisa menemukannya di lain waktu."

Aku sudah bertemu dia bang bersama seorang akhwat pula, batinku lagi.

"Sekarang tolong siapkan makan. Aku lapar."

"Baiklah. Tunggu sebentar." aku bangkit, melangkah ke dapur.

"Oh iya, nanti tidak usah keluar, dikamar saja. Temanku ada yang ingin berkunjung."

Aku mengangkat jempolku sembari terus berjalan. "Jangan dibawa masuk kedalam rumah. Diskusi di teras saja."

Bang Ilyas sama seperti pemuda kebanyakan. Suka berkumpul dengan teman-temannya, namun bang Ilyas tidak suka berkumpul di tempat-tempat ramai, seperti cafe, angkringan, atau sejenisnya. Terlalu berisik katanya. Jadilah ia sering berkumpul bersama teman-temannya di teras rumah atau di tempat sepi lainnya.

"Iya."

"Bang, makanan sudah siap." teriakku saat hidangan seadanya telah tersaji.

"Aku kekamar dulu bang." ucapku saat bang Ilyas mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Kau tidak makan?"

"Nanti saja. Masih kenyang."

"Jangan malas makan Salwa."

"Nanti aku makan bang, tenang saja."

"Baiklah."

Aku berjalan menuju kamar. Kurebahkan tubuh diatas pembaringan. Sembari menunggu azan isya berkumandang, aku kembali membaca novel 'Khadijah' yang belum ku tuntaskan. Lembar demi lembar tersingkap, kekagumanku pada sosoknya kian bertambah. Dalam novel ini diterangkan kisah sang ibunda sejak beliau masih remaja. Tentang bagaimana usaha beliau menyelamatkan diri, bersembunyi dari amukan pasukan raja Abrahah. Peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai tahun gajah. Tahun lahirnya manusia mulia. Nabi terakhir penutup para nabi, Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam.

Tahun berganti, ibunda Khadijah melalui banyak hal dalam hidupnya. Kesedihan melanda saat suami beliau meninggal dunia, terlebih saat mengetahui betapa bobroknya perangai masyarakat di negerinya. Bersama anak-anaknya, Hindun dan Hala beliau kembali meniti kehidupan. Tahun kembali berganti, beliau, ibunda kita kembali menjadi seorang isteri, namun hubungannya kali ini tidak berlangsung lama beliau kembali menyendiri. Ujian demi ujian yang di hadapi manjadikannya wanita tanggguh dan disegani. Kekayaannya berlimpah. Usaha dagangnya menyeber dimana-mana. Hingga suatu waktu ia bertemu seorang pemuda yang di juluki sebagai al amin menjadi pemimpin rombongan dagangya sesuai arahan pamannya sendiri, Waraqah bin Naufal.

AKU (BERHENTI) MENUNGGU ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang