Prolog

368 14 0
                                    

Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan terakhirnya, Samuel berencana untuk makan malam dengan kekasih barunya. Dia seorang model majalah. Cantik dan seksi, itulah jajaran wanita disekitar Samuel.

Pria dua puluh sembilan tahun tersebut bersiap menuju tempat mobilnya terparkir, disana sudah ada Johan—sekretarisnya yang baru saja selesai menyiapkan mobil.

"Thanks, Johan." ujar Samuel sambil menerima lemparan kunci mobil dari Johan. Johan Moore adalah sahabatnya sejak mereka kecil. Melewati lebih dari dua puluh empat tahun bersama tentu membuat suasana disekitar mereka berdua begitu positif. Sosok Samuel yang keras dipadukan dengan sosok Johan yang lembut dan sabar.

Sangat cocok, bukan?

Sudah pukul tujuh, dalam kamus playboy Samuel, pria tidak boleh datang terlambat untuk wanitanya. Bersikap seolah gentleman dalam berkencan merupakan modus Samuel agar wanita tersebut jatuh dalam rayuannya. Bukan sex yang dia cari, Samuel tidak begitu suka kontak fisik kecuali dengan keluarganya. Pria tersebut mencari sesuatu yang lebih light dari pekerjaan.

******

Samuel bersiul dalam perjalanan menuju apartemennya. Kencannya dengan model tersebut sepertinya berhasil, manik wajahnya sangat berseri. Apalagi wajah wanita tadi mirip dengan wanita yang ia temui di klub malam. Ah, sepertinya bukan hal yang bagus mengingat wanita tersebut.

Tinggal beberapa langkah lagi dan dia sampai. Di depan pintu apartemennya, ada sebuah keranjang. Keranjang itu ditutupi oleh sebuah kain, kain yang indah. Samuel membawa keranjang tersebut, ia kira itu merupakan barang pesanannya kemarin. Karena apartemennya terbuka dengan id card, Johan pasti meninggalkannya di depan.

Tunggu, harusnya benda keras yang terasa saat ini. Tapi sebuah kulit mulus terasa sangat nyata. Samuel sangat sadar sekarang, dia hanya minum sampanye berkadar alkohol rendah. Dia yang tadi sibuk mengirim pesan dengan lawan kencannya, kini memfokuskan pikirannya pada hal dihadapannya.

Empat bayi sedang tertidur, termasuk bayi yang tadi ia "raba-raba". Samuel membulatkan matanya, terkejut akan apa yang sedang ia hadapi saat ini. Tiba-tiba, keempat bayi tersebut menangis. Dari yang kiri dulu, lalu menular ke sebelahnya.

Samuel panik, hanya Johan yang kini dapat ia pikirkan untuk membantunya. Entah situasi macam apa ini, tapi Samuel merasa seperti sedang menghadapi anak kandungnya menangis.

Untuk ketiga kalinya dalam dua puluh sembilan tahun, Samuel panik.





.

.

.

.

.

.

T B C

Good PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang