06. Miracle

61 6 0
                                    

Dengan segelas bloody mary, Anna tertawa lepas mengingat kejadian semalam. Chloe tanpa ragu meminta Samuel untuk berkencan.

Mereka sedang brunch. Anna menyendokkan sebuah bacon, dia menatap Samuel yang sama sekali tidak menyentuh hidangan brunch mereka.

"Hey, aku mengadakan afternoon tea bersama wali orang tua Jack."

"Lalu?" tanya Samuel malas. Tentu saja yang menghadiri afternoon tea Anna adalah wanita, Ibu dari anak-anak mereka. Untuk apa Anna bertanya padanya, lagipula anak pria itu belum bisa sekolah.

"Aku juga mengundang Carol."

"Aku tidak ada hubungannya dengan wanita itu," sergah Samuel. Pria itu meletakkan ponselnya, mulai fokus pada hidangan brunch ini. "Anaknya sudah besar?"

Anna terkekeh sarkas, "Lihatlah, kau bahkan masih peduli dengannya."

"Adakan saja afternoon tea di rumahmu. Jangan di rumah mom."

Anna mengerucut kesal, Ibu Jack tersebut rupanya masih belum puas membuat suasana hati Samuel memburuk. Tawa ejekan dari Anna sudah cukup membuat Samuel ingin mencoret kakaknya itu dari daftar orang yang dia kenal. Kadang tingkah Anna bisa mempermalukannya.

Sebelum menghadiri brunch bersama Samuel, Anna sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menanyakan pertanyaan berat seperti, bagaimana rencana Samuel tentang menemukan Ibu anak-anaknya.

"Well, anaknya perempuan, Sophie Stewart, sudah berusia enam tahun." ujar Anna, tatapan menggodanya membuat Samuel tidak lagi nafsu menyantap brunch kali ini.

"Dia gadis yang cantik, dan manis," akhir kalimat Anna sedikit ragu. Dia berusaha mengingat hal manis yang Sophie lakukan.

"Benarkah?"

Entah kenapa, pertanyaan itu lolos dari bibir Samuel. Dia hanya penasaran, seperti apa anak Caroline Thomson.

Anna menggedikkan bahunya, "Dia sering berselisih dengan Jack. Kau tahu, keponakanmu itu sangat jahil dan Sophie sangat...manis."

Wanita itu melirik sebentar adiknya, sebelum menyambar segelas bloody mary. "Jika kau masih penasaran, datanglah ke afternoon tea ku besok. Tom akan senang mendapat teman."

"Berhentilah minum alkohol."

"Virgin bloody mary." gumam Anna pelan.

"Aku harus pergi. Terima kasih untuk sarapan siang yang enak ini. Aku selalu suka saat mereka membuat Quiche."

Belum Anna ingin mengucapkan ketidaksetujuan Samuel untuk pergi, pria itu sudah melenggang. Adiknya itu memang ajaib, benar-benar ajaib. Tampang tidak seberapa dan sifat yang jelek, darimana para wanita melihatnya sebagai seorang pria yang menarik.

Dia kembali tertawa, lalu mengeluarkan senyum setannya. Memikirkan kejadian dimana sang adik mendapat empat anak sekaligus. Anna sampai mengeluarkan wajah bodohnya saat mendengar dia mempunyai empat keponakan, sekaligus. Diakuinya, Samuel memang keajaiban.

******

Hari sudah berganti. Hari ini Samuel harus masuk kantor karena pekerjaannya semakin terlantar. Sekretarisnya juga hanya mengerjakan beberapa karena sebagian besar akan pria itu kerjakan sendiri.

Sudah dua jam sekretaris Samuel berusaha menenangkan anak-anaknya. Kebetulan mereka ada empat, jadi semua mengawasi satu-satu. Pria itu sendiri mencoba fokus dalam rapatnya kali ini. Anaknya sedang menangis diluar dan dia tidak bisa tenang disini.

Lewat tiga jam, Samuel menyudahi rapatnya. Benar atau tidak, rapat mereka hanya membahas hal-hal itu saja, selalu berputar di tempat yang sama. Tiga jam yang dia miliki tersita.

Good PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang