Seharusnya dari awal Samuel tahu bahwa menjaga anak tidak mudah. Satu anak saja sering membuat kakaknya kewalahan, apalagi sekarang empat.
Tolong diingat,
EMPAT ANAK.
Tapi daripada itu, Samuel memikirkan perjuangan Grey Moon dalam melahirkan anaknya. Bagaimana kesakitannya wanita tersebut, hamil tanpa suami disisinya.
Pagi pria itu biasanya tenang-tenang saja. Menikmati secangkir kopi sambil memeriksa beberapa surel dari perusahaan menjadi kebiasaannya sepuluh tahun terakhir.
Johan baru saja datang untuk membantu Samuel dalam merawat empat bayinya. Tapi dia sepertinya memilih membersihkan apartemen sahabatnya. Sangat kotor dan berantakan. Cucian piring dan alat memasak belum selesai, pakaian berserakan dimana-mana, rengekan bayi secara bersamaan, dan Samuel yang sudah berkeringat mengurus segalanya.
Dari dua jam yang lalu dia mencoba menangani semuanya. Memandikan bayi, memberi susu, mencoba merapikan apartemen disela kegiatan barunya. Jika satu hari saja sudah terasa seperti satu bulan, maka Samuel bisa menyerah dalam satu minggu.
Mengurus bayi bukan hal mudah, dia sadar akan hal itu. Tapi yang diketahuinya hanyalah sedikit hal tentang mengurus anak.
"Johan...terima kasih sudah datang..." lirihnya.
Johan menggeleng tidak percaya. Bagaimana bisa dia membiarkan anak umur dua bulan merangkak sembarangan di lantai yang dingin. Pria kalem tersebut segera mengangkat anak kedua Samuel saat hendak mendekati vacuum cleaner.
Bagaimana bisa dia mempercayakan empat bayi kepada Samuel. Mengurus dirinya saja kadang pria tersebut tidak becus, apalagi mengurus bayi. Tapi Johan harus merelakan kepercayaannya, dia ingin Samuel belajar.
Dua jam Johan menyiapkan segalanya. Sarapan, memandikan bayi, membersihkan apartemen. Kini tersaji sebuah roti berselai cokelat dan segelas kopi hitam kesukaan Samuel.
Empat bayi itu rupanya tidur di kamar mereka.
"Thanks, Johan, for everything. Kapan baby sitter akan datang?"
"Mereka tidak bisa mengirim baby sitter kemari untuk beberapa saat. Kau tahu kasus yang menjerat mereka, padahal performa perusahaan itu sangat bagus."
"Apa boleh buat, aku akan menitipkan ini kepada Mom dan Dad."
"Bukannya mereka sedang bekerja?"
"Ya, tapi Dad memutuskan untuk rehat sejenak dari kebiasaannya dan Mom sudah menyelesaikan sebagian besar job-nya di Eropa."
"I see. Jelaskan pelan-pelan kepada mereka, Mrs. Anderson mungkin mengerti, tapi Mr. Anderson tidak akan segan memukulmu sampai babak belur."
"Well, aku sudah memikirkan itu dari jauh hari. Dad tidak akan bisa menolak pesona imut cucu perempuannya."
"By the way, siapa nama keempat anakmu, Sam?"
"Aku belum memikirkannya. Tapi Grey Moon memberi nama panggilan untuk mereka. Dia bilang, aku bisa merubah nama mereka tanpa mengubah panggilannya."
"Cepatlah pikirkan nama untuk mereka," ujar Johan. Ponselnya berdering, ID call menunjukkan foto sebuah gadis berambut agak panjang—sedikit melebihi bahu dengan pakaian kerjanya.
"Aku akan pergi ke kantor, jika kau butuh bantuan untuk merawat mereka, jangan segan untuk menelepon. Josephine mungkin akan dengan senang hati menolongmu."
"Ya, thanks, buddy."
"Bukan masalah."
Setelah itu Johan pergi. Samuel melirik jam di dinding, sudah pukul setengah sepuluh. Dia terlambat setengah jam ke kantor. Yah, mungkin tidak berangkat sehari bukan masalah. Hari ini dia akan memperkenalkan keempat anaknya dengan kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Papa
RomanceSamuel Anderson, pria dua puluh sembilan tahun yang harus menerima kenyataan bahwa dia adalah seorang ayah. Selama dua puluh sembilan tahun hidup, Samuel tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah. Dia suka hidup dalam kebebasan, tanpa ikatan per...