Jongho menatap wajah sakura yang sedikit membaik tidak seperti sebelumnya yang sangat pucat bak mayat hidup.
"Gue kayaknya gak berguna banget, gak bisa nolong apa-apa" Gumamnya.
"Kata siapa lo gak guna?" Sebuah suara yang tidak asing menyapa rungunya.
Jongho berbalik dan menatap orang itu.
Woozi tengah tersenyum didepan pintu sambil membawa sekeranjang kecil apel.
"Kak woozi? Kapan dateng?" Tanya jongho terkejut.
"Gue boleh duduk gak nih?" Woozi pegel dari tadi berdiri sambil bawa keranjang.
"Duduk kak" Ucap jongho mempersilahkan.
Woozi dan jongho pun duduk di sofa.
"Nih" Woozi menyodorkan keranjangnya pada jongho.
"Makasih kak" Kata jongho.
"Bukan buat lo tapi buat sakura" Ucap woozi saat apel itu akan dibelah oleh jongho.
"Ishhh, kak sakura kan belom bangun"
"Yaudah makan aja"
Jongho pun memakan apel tersebut.
"Kakak ada urusan apa kesini?" Tanya jongho.
"Mau nengokin sakura aja, sambil mau ngasih lo pencerahan" Jawab woozi.
Jongho menelan apelnya dan meminum air mineral yang ada diatas meja.
"Gue emang kenapa?" Tanya jongho sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Tadi aja lo nyerah, yaaa gue mau ngasih sesuatu buat lo" Jawab woozi.
Woozi menunjukkan sebuah buku yang entah sejak kapan ada ditangannya.
"Nih lo baca" Katanya sambil menyerahkan buku itu.
Jongho mengerutkan dahinya bingung, "ini buku apaan kak?"
"Baca aja, nanti juga lo tau. Abis ini jangan ngeluh lagi yaaa," Woozi menepuk bahu jongho.
Jongho pun membuka lembaran pertama buku itu, tertulis disana dengan judul besar 'Kisah dari masa lalu'.
"Ho lagi baca apa?" Tanya chanu yang baru saja datang.
"Buku ini kak" Jawab jongho sambil menunjukkan buku yang dipegangnya.
"Itukan diary, lo dapet darimana?" Chanu duduk di kursi dekat ranjang sakura.
"Dapet dari kak---" Jongho menatap kesamping dan tidak ada siapapun. Woozi menghilang, lagi.
"Kenapa?"
Jongho menggelengkan kepalanya pelan. Bingung, ia kembali melanjutkan membaca buku itu.
🍁🍁🍁
Doyoung mengantarkan sarapan untuk wooseok, karena kakak sepupunya itu tak ingin meninggalkan eunha barang sedetik pun, emang pada dasarnya bucin yaaa susah.
"Kak ini sarapannya" Ucap doyoung menyerahkan sekantong kresek makanan yang dibelinya.
"Makasih yaa" Kata wooseok.
Ia pun makan makanan yang diberikan doyoung.
"Kak eunha masih belum dapet donor?" Tanya doyoung.
"Iya, golongan darahnya langka banget" Jawab wooseok.
"Semoga cepet dapet donor yaa kak" Doyoung menepuk bahu wooseok.
"Keadaan junkyu sama zean gimana?" Tanya wooseok. Dia gak tau ada yang nyelakain adiknya itu.
Doyoung senyum tipis, "keajaiban itu pasti ada" Katanya sambil keluar dari kamar rawat eunha.
Wooseok bingung, apa maksudnya?
🍁🍁🍁
Ruby meringkuk nyaman digendongan yuna, ia baru saja tertidur setelah mengeong sejak satu jam yang lalu.
Owl setia bertengger di bahu seongmin, mata tajamnya menatap ke sekeliling.
"Doyoung lama banget sihhh" Omel yuna sebal.
Pasalnya sudah lebih dari setengah jam ia pergi dan belum kembali. Bukan apa-apa, mereka berdua kan pesen sarapan ke doyoung.
"Sabar yun, paling bentar lagi juga nyampe" Ucap seongmin yang tengah membaca novel.
Dan benar, gak lama doyoung datang sambil membawa sarapan.
"Lama amat doyyyyy" Omel yuna. Untung saja ruby masih anteng bobo.
"Gue kan nganterin sarapannya kak ucok dulu" Ucap doyoung.
"Yaudah sini sarapannya"
Mereka bertiga pun sarapan di ruangan daniel, karena sang dokter yang menyuruhnya.
To be continue
Zahra Zafan