√ Berjalan lurus kedepan

133 41 5
                                    

Pinky memandang dua buah kalung yang berada di tangannya, ia merasa puas bisa mendapatkan kalung itu. Itu artinya, hidup dan mati junkyu juga zean ada di tangannya.

"Abis ini kita ngapain kak?" Tanya jisung pada pinky.

"Tunggu aja, gue yakin bakal ada yang dateng buat ngambil nih kalung" Jawab pinky.

Jisung hanya menganggukkan kepalanya, ia kemudian masuk kedalam kamarnya.

Somi dan pinky tengah mengobrol sesuatu di ruang tamu.

Jisung membaringkan tubuhnya diatas kasur dengan nyaman, hatinya sedikit gentar.

"Yang gue lakuin ini salah" Gumamnya.

🍁🍁🍁

Wooyoung dan ningkai tengah mengemas barang mereka, sementara renjun dan jeongwoo tengah sarapan.

"Ayo kita berangkat" Ajak wooyoung.

"Bentar kak ini makanannya belum abis" Ucap renjun.

Setelah menyelesaikan makannya, mereka pun melanjutkan perjalanan untuk mengambil kalung junkyu dan zean dari tangan pinky.

"Kak, aku mau nanya" Ucap jeongwoo.

"Nanya apaan?" Tanya wooyoung.

"Orang yang sama kak sanha dan kak yedam itu siapa?" Tanya jeongwoo.

"Lo gak inget?" Tanya ningkai.

Jeongwoo menggelengkan kepalanya.

"Dia orang yang sangat berarti di masa lalu lo, inget lagu yang semalem? Itu dia yang nyanyiin" Kata ningkai.

Jeongwoo mulai ingat.

"Kak jihoon?"


🍁🍁🍁

Dohyun ngelamun, dia lagi duduk deket jendela yang menampilkan pemandangan laut yang sepi karena sudah memasuki laut paling dalam.

"Do" Panggil yuqi sambil menepuk bahunya.

Dohyun tersadar dan menatap yuqi yang menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Lo gapapa?" Tanyanya.

Dohyun menggeleng kecil dan tersenyum.

"Apa yang ganggu pikiran lo?"

"Gue khawatir sama bang uncuk dan kak mina" Jawabnya.

Yuqi mengelus rambut dohyun lembut.

"Tenang aja, mereka berdua kuat kok. Gue yakin tuh orang bisa bertahan bentar lagi" Katanya menenangkan.

"Ada satu hal yang semua jalanin misi gak tau kak" Ucap dohyun tiba-tiba.

"Maksud lo apa?" Tanya yuqi tak paham.

"Harus ada yang mengorbankan atau dikorbankan"

Prag

Gelas yang ada di tangan haru jatuh, dan kopi panasnya tumpah membasahi lantai dan kakinya. Tak ia hiraukan rasa panas itu, ia mendengar apa yang diucapkan dohyun.

🍁🍁🍁

Jongho bungkam, lidahnya kelu seakan ia tidak diperbolehkan untuk mengucapkan satu kata pun.

Buku diary yang tempo hari diberikan woozi padanya sudah ia baca hingga akhir, dan buku itu tergeletak tak jauh dengan halaman terakhir buku yang terbuka.

Jongho menggelengkan kepalanya, "gak mungkin" Gumamnya tanpa suara.

"JONGHOOOOOOOOOOOOOOO" Yeri dan chan datang dan melihat jongho yang terduduk di lantai kamarnya.

Yeri dengan perlahan menghampiri jongho dan langsung memeluknya.

"Kak yer, kenapa harus gue?" Tanyanya pelan.

Yeri tak menjawab, ia memeluk erat jongho air matanya mengalir begitu saja.

Chan hanya diam dengan kepala tertunduk didepan pintu.

"Gue gak guna kak, biarin aja gue mati yang lain jangan" Katanya.

Yeri menggeleng ribut, air matanya sudah sangat deras membasahi baju jongho.

"Jangan ngomong gitu ho, lo berguna" Ucap yeri lirih.

"Kalau gitu, kenapa harus gue yang tau semua itu? Kenapa gue yang harus nanggung bebannya?" Jongho mulai berteriak, tapi air matanya tak dapat dibendung lagi.

Chan menghampiri keduanya dan memeluk mereka.

"Ini perintah dari zeus, maaf ho" Ucap chan lirih.

🍁🍁🍁

Mark berjalan beriringan dengan seongwoo.

"Kak" Panggil mark.

"Kenapa?" Tanyanya tanpa menoleh.

"Ini masih jauh?"

"Bentar lagi juga sampe"

Seongwoo menghela napasnya pelan.

"Abis ini, lo jagain mereka bertiga ya" Ucap seongwoo sambil melirik tiga orang yang berjalan dibelakang.

Mark mengerutkan alisnya bingung, apa maksudnya???





To be continue

Zahra Zafan

𝙿𝚊𝚜𝚒𝚏𝚒𝚔 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang