Selamat Membaca
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━━KHANZA melangkahkan kakinya menuju kantin universitas. Ia baru saja menyelesaikan kelas pertamanya. Sebenarnya dia hanya punya satu kelas hari ini, tapi karena lapar Khanza memutuskan untuk ke kantin saja guna mengisi perut.
Tapi belum juga sampai di kantin, ada yang menabrak tubuhnya. Lebih tepatnya tidak sengaja menabrak. Untung saja Khanza tidak jatuh seperti di sinetron-sinetron kebanyakan, tapi lumayan juga hidungnya sedikit sakit karena bertabrakan dengan dagu keras seseorang.
Disaat dia melihat ke arah orang yang ia tabrak, Khanza langsung menyimpan rapat-rapat segala umpatan yang akan keluar dari mulut nya. Yang dia tabrak adalah Elvanio Putra, dosen fakultas Kedokteran paling terkenal sekaligus menyebalkan untuk Khanza.
"Maaf, pak. Saya tidak sengaja." cicit Khanza namun tidak dijawab. Elvan malah langsung pergi dari hadapannya tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Tanpa mau banyak berpikir lagi Khanza segera menuju ke kantin. Perutnya sudah benar-benar minta diisi, bahkan dibawa berpikir saja tidak mau, karena berpikir juga butuh tenaga.
"KHANZA!" teriakan seseorang mampu mengalihkan tatapan Khanza yang semua tertuju pada makanan dan beralih ke arah gadis cantik.
"Gak usah teriak, gue gak budek." ucap Khanza.
"Hehehe....takutnya lo gak denger gegara sibuk milih makanan." jawab Zahra, sahabat Khanza sambil nyengir.
"Emang gue kayak lo?" balas Khanza.
"Ei... sensi amat sih, neng, kenapa? Coba cerita sini sama mama." Zahra bergaya seperti ini memeluk Khanza tapi yang mau dipeluk keburu menjauh sambil menatap jijik.
"Jijik gue, Ra. Jangan lebay napa?!" ucap Khanza lalu berlalu pergi ke stand makanan paling ujung di kantin.
"Ini gue ditinggal?" Zahra memasang wajah cengo persis orang bego.
Sementara itu Khanza lebih memilih membeli makanan yang akan ia makan guna mengisi perutnya.
"Mbak, cireng nya sepuluh ribu sama cilok nya lima ribu." pesan Khanza lalu menyodorkan selembar uang sepuluh ribuan dan lima ribuan.
Si penjual langsung memberi pesanan Khanza lalu ia pergi setelah mengucapkan terimakasih.
Kaki Khanza berjalan menuju meja pojok di dekat pintu kantin. Setelah mendudukkan pantatnya, Khanza segera menyantap cireng dan cilok yang ia beli dengan lahap. Bahkan kehadiran Zahra yang baru duduk di depannya saja ia abaikan.
"Ck, lo kek orang gak makan setahun aja. Santai kali, gak bakal ada yang minta makanan lo." Zahra memutar bola matanya malas saat melihat kelakuan sahabatnya ini. Sedangkan Khanza menatap malas pada Zahra yang protes.
Namun lama-kelamaan Zahra jadi bosan dan menatap ke sekeliling. Tiba-tiba mata Zahra membuat sempurna saat melihat ke arah pintu kantin yang berjarak beberapa meter dari meja mereka. Tangannya menutup mulut tak percaya seakan-akan baru saja melihat penampakan kuntilanak di atas pohon pisang.
Sebelah tangan Zahra memukul-mukul lengan Khanza membuat cireng yang hampir saja masuk ke mulutnya terjatuh ke lantai.
"Lo–"
"Ngomelnya nanti aja, Za. Liat tuh, liat! Pak Elvan jalan ke kantin sama bu Sania!"
Sekarang giliran Khanza yang cengo gegara Zahra heboh cuma ngelihat begituan doang.
"Ra, lo heboh kek orang gila sampai bikin cireng gue jatuh gegara ngelihat itu doang?!" ucap Khanza tak percaya.
"Iyaaa!! Lo gak cemburu gitu, Za? Dia kan calon suami lo." ucap Zahra membuat Khanza sadar.
"Jangankan cemburu, gue aja lupa kalau udah punya calon suami."
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━━
To Be Continue=================
Tolong kasih tau kalau ada typo ya. Terimakasih sudah mau baca ;)