13 🌷 Siapa?

9.8K 501 184
                                    

Selamat Membaca
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━

Khanza POV

Aku terbangun saat alarm ponsel yang sudah ku setel berbunyi. Jam 04.15 subuh. Adzan subuh juga baru saja berkumandang hingga terdengar jelas sampai ke kamar. Ya iyalah, kan rumah mama tepat di samping masjid.

Aku mengambil ikat rambut dan mengikat asal rambutku lalu pergi menuju ke kamar mandi, niatnya mau wudhu tapi seketika ingat kalau lagi halangan. Akhirnya aku cuci muka sama sikat gigi aja terus langsung bangunin pak Elvan.

"Pak, bangun. Udah subuh, cepetan ke masjid, entar keburu iqomah." aku menggoyang-goyangkan bahu pak Elvan.

Untungnya pak Elvan tipe manusia mudah untuk dibangunin, jadi dia langsung duduk terus ke kamar mandi buat mandi. Kebiasaan dia banget, entah ini selama kita nikah atau sebelumnya udah begini.

Selesai mandi dan memakai baju koko, sarung, dan kopiah, pak Elvan langsung mengambil sajadah lalu meluncur ke masjid.

Aku memutuskan untuk mandi daripada kek orang bego di kamar gak ngapa-ngapain. Selesai mandi dan memakai baju santai, aku berjalan menuju dapur untuk membantu mama dan mbak Freyya menyiapkan sarapan.

Saat sampai di dapur aku cuma lihat mama aja tanpa mbak Freyya, "Mbak Freyya mana, ma?" tanyaku setelah sampai di samping mama. Bisa kulihat mama terkejut akan kehadiran ku.

"Astaghfirullah, kamu ngagetin mama aja. Itu mbak mu lagi mandiin Al." jawab mama membuatku mengangguk.

"Khanza bantu ya, ma." ujarku.

"Iya, kamu tolong lanjutkan masakan mama, ya. Mama mau buat minumnya." aku mengangguk dan langsung berdiri di depan kompor sambil melanjutkan masakan mama yang sempat tertunda.

Untuk sarapan pagi ini mama buat roti isi sama nasi goreng. Kalau minumnya, mungkin air putih sama teh. Selesai memasak nasi goreng, aku menaruhnya di wadah yang lumayan besar dan menaruhnya di meja.

Selesai masak dan menghidangkannya di meja, aku melihat mbak Freyya yang membawa dedek Al duduk di sofa ruang keluarga.

"Mau gendong Al, Za?" tanya mbak Freyya saat melihatku ikut mengikuti mereka menuju sofa, aku langsung mengangguk dan mbak Freyya menaruh dedek Al di pangkuanku.

"Waaaah, dedek sudah mandi. Mmm, lucunya, sini sama tante." kataku sambil menguyel-uyel pipinya sampai dia tertawa.

"Makin lucu deh kalau ketawa gini." kuciumi pipinya yang sedikit gembul itu dan bersenandung ria sambil memainkan tangan mungil nya.

"Nak, tolong panggilkan Elvan, ya, suruh turun buat sarapan." kata mama membuatku mengangguk dan membawa dek Al bersamaku setelah meminta izin pada mbak Freyya.

Perlahan ku buka pintu kamar saat sampai di depannya dan melihat pak Elvan sedang fokus pada beberapa buku sambil bersandar di bedboard.

Aku iseng berdiri di sampingnya yang tampak sangat fokus sampai tak menyadari kehadiranku dan dek Al. Tangan mungil dek Al ku dekatkan ke pipinya dan mengusapkannya pelan, "Om, ayo makan. Dedek udah lapal," kataku dengan aksen cadel seperti anak kecil.

Kulihat pak Elvan terkejut dan langsung melihat kami berdua. Sedetik kemudian dia tersenyum dan mengusapkan hidungnya ke perut dedek Al membuat dek Al tertawa.

Setelahnya pak Elvan mengambil alih dek Al ke gendongannya. Pak Elvan tampak asik bermain dengan dek Al sampai aku dikacangi. Kacang mahal braaaaay.

"Pak, ayo sarapan dulu." ajakku dan dia mengalihkan pandangannya padaku. Pak Elvan mengangguk lalu bangkit dari kasur dan berjalan duluan dengan aku yang mengekor di belakangnya.

Saat sampai di ruang makan, semua anggota keluarga sudah terkumpul dan saling bercanda ria. Aku dan pak Elvan langsung duduk di kursi kosong setelah dek Al diserahkan ke mbak Freyya.

Di saat kami akan mulai sarapan, bel pintu rumah berbunyi membuat semua atensi terarah ke pintu. Aku berdiri untuk membuka pintu, tapi mama melarangku dan menyuruhku melanjutkan sarapan saja sementara mama yang membuka pintu.

Tak lama setelah mama pergi, kami kembali makan dengan tenang. Aku memperhatikan dedek Al yang makan disuapi oleh mbak Freyya. Dia makan sambil memainkan beberapa mainan yang dibawa oleh mbak Freyya tadi. Ya Allah, lucu banget sih, jadi pengen punya sendiri.

"Makan, Khanza. Kalau kamu ngelihatin Al terus gak bakal kenyang." tegur pak Elvan membuatku kembali fokus makan.

"Hai... lagi pada sarapan ya?" suara seorang wanita mengintruksi kami untuk melihat ke sumbernya.

Aku mematung. Tampak di sana ada seorang wanita cantik dengan gaya modis, make up yang sedikit menor, baju ketat, dan rambutnya panjang bergelombang. Sumpah demi apapun aku merasa gagal jadi perempuan setelah ngelihat dia.

Ada senggolan di samping ku membuatku menoleh, "Makan, Khanza!" perintah pak Elvan lagi yang membuatku kembali makan sambil sesekali mencuri pandang ke arah wanita tadi.

"Dia siapa, pak?" tanyaku pada pak Elvan yang tampak tak tertarik dengan kehadiran wanita itu. Bukan hanya dia, tapi semua orang yang ada di ruang makan tampak tak menggubris kehadirannya.

Belum sempat pak Elvan menjawab, wanita tadi sudah lebih dulu memeluk leher pak Elvan dan berkata, "Lama tidak bertemu, sweetheart."

Bisa kulihat wajah pak Elvan yang menahan amarah dan segera melepaskan pelukan wanita itu dari lehernya. Setelahnya aku merasa diriku melayang seketika karena pak Elvan yang tiba-tiba menggendong ku ala bridal style menuju ke kamar. Untung aku gak keselek nasi ya Allah.

A En Je A Ye

Ini kenapa lagi? Dan wanita tadi itu siapa?

━━━━━━ • ✿ • ━━━━━
To Be Continue

======================
Ku double up, seneng gak? Biasa aja lah ya. Diriku minta maaf yang sebesar-besarnya karena lama gak up. Biasa cuy, orang sibuk #uhuq!

Canda.

Btw lontong alias tolong kasih aku saran dan kritik kalau ada kesalahan dalam penulisan kata atau kalimat ya.

Terimakasih sudah mau membaca cerita ini. Separuh hatiku untuk kalian semua ;)

Dosenku, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang