O2 🌻 Fitting Baju

7.1K 316 11
                                    

Selamat Membaca
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━

     KHANZA berjalan santai menuju parkiran. Rencananya ia ingin langsung tidur saja jika sampai di rumah, tapi sepertinya harus tertunda saat sebuah tubuh besar, kekar lebih tepatnya menghalangi jalannya.

Ternyata Elvan lah yang menghalangi. Khanza menatap pria di depannya ini bingung, "Bapak kenapa ngehalangin jalan saya? Saya mau pulang, pak."

"Kamu melupakan sesuatu, Khanza." sontak saja setelah mendengar perkataan Elvan, Khanza langsung mengecek tasnya.

Buku, ✔
Ponsel, ✔
Pulpen, ✔
Cemilan, ✔
Surat cinta, ✔
Cicak mainan, ✔

Semua sudah lengkap, lantas apa yang dimaksud 'melupakan sesuatu' oleh Elvan?

"Semua sudah lengkap, pak. Memang apanya yang terlupakan?"

"Kamu melupakan kalau hari ini kita fitting baju untuk pernikahan minggu depan."

Khanza menepuk jidat nya. Penyakit pelupa suka datang diwaktu yang tidak tepat. Sekarang tatapannya beralih pada Elvan yang masih setia memasang wajah datar.

"Kalau gitu... kenapa kita masih di sini? Ayo, pak!" ajak Khanza lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Elvan. Tapi gadis itu malah berbalik lagi sambil menggaruk kepalanya. Elvan menaikkan sebelah alisnya tanda bertanya.

"Ehehe... mobil bapak yang mana?" tanya Khanza kikuk.

Elvan menggelengkan kepalanya kamudian mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintu mobil menggunakan tombol yang ada di kunci tersebut.

Mata Khanza langsung tertuju pada mobil hitam yang terparkir seorang diri di parkiran khusus dosen. Lalu gadis itu langsung berlari menuju mobil tersebut dan duduk di samping kemudi. Tak lama setelahnya Elvan pun turut masuk dan duduk di kursi kemudi.

Mereka berdua memasang seat belt lalu Elvan segera melajukan mobilnya menuju butik milik teman orang tuanya untuk fitting.

━━━━━━━ •♬ • ━━━━━━

Saat keduanya sampai di butik yang bertuliskan Almira Boutique, mereka langsung masuk ke dalan dan bertemu dengan wanita paruh baya yang diketahui adalah teman Amira, mama Elvan.

"Assalamu'alaikum, tante," salam Elvan dan Khanza lalu mencium punggung tangan wanita itu.

"Wa'alaikumsalam. Akhirnya kalian datang, ayo kita ke duduk dulu buat bicarain konsep pernikahan kalian supaya cocok sama gaunnya," ajak Almira dan dituruti oleh Elvan maupun Khanza.

"Okay, apa konsep pernikahan kalian? Mewah, sederhana, atau super mewah?" tanya Almira membuka sesi pertanyaan.

"Konsep kita sederhana tapi berkelas, tan. Kita gak mau pilih yang mewah karena takutnya ribet dan mengeluarkan banyak biaya," jawab Elvan.

Eits... jangan anggap kalau Elvan gak mampu buat acara pernikahan super mewah. Elvan ini orang tuanya kaya raya, begitu juga orang tua Khanza. Tapi mereka memang pilih yang sederhana karena dua anak manusia ini gak suka yang ribet-ribet.

"Yasudah, lebih baik kalian pilih masing-masing gaun sama jasnya. Tante sudah siapkan beberapa dan semoga kalian suka. Khanza biar tante yang bantuin pilih gaun ya?"

"Iya, tante."

"Dan untuk Elvan kamu bakal dibantuin sama Haikal. HAIKAL!" Almira memanggil pegawainya dengan keras membuat yang dipanggil langsung mendatangi dengan gelagapan.

"Iya bu!"

"Tolong kamu temani Elvan untuk pilih jas, ya?" tanya Almira yang diangguki oleh Haikal.

"Ayo, mas," ajak Haikal lalu mereka menghilang dibalik ruangan yang bertuliskan 'Jas Pengantin'

Akhirnya mereka sibuk masing-masing. Pertama Elvan mencoba jas nya terlebih dahulu diikuti Khanza yang mencoba berbagai gaun pengantin.

Sudah berkali-kali Khanza mencoba gaun tapi tetap saja tidak disetujui oleh Elvan. Bahkan kaki Khanza terasa sangat pegal karena gaun pengantin itu bertanya tidak main-main.

Saat selesai memakai gaun ke-7, Khanza pun segera keluar dengan wajah masam. Elvan yang awalnya terfokus pada ponsel langsung mengalihkan pandangannya pada Khanza. Matanya menatap intens ke arah tubuh Khanza yang terlihat pas saat memakai gaun kali ini.

"Senyum dong, Za!" suruh Almira saat melihat tatapan Elvan yang tak lepas dari calon istrinya.

Ya.

Calon istri.

Khanza memaksakan senyumnya dan menatap ke arah Elvan yang masih saja tak melepaskan tatapannya. Hal itu sungguh membuat Khanza gugup.

Berasa mau dimakan bulet-bulet gue. Batin Khanza.

"Gimana, Van? Cantik ya sampai dipelototin begitu," goda Almira membuat Khanza dan Elvan salah tingkah.

"Ekhem..." Elvan berdehem lalu kembali membuka suara, "Kami ambil gaun yang ini sama yang ke-5 tadi, tante,"

"Okay, kalian bisa lanjut siapin persiapan yang lain saja. Nanti gaun sama jasnya biar diantarin sama pegawai tante," ucap Almira.

"Beneran tante? Gak apa-apa, maksudnya gak ngerepotin kan?" tanya Khanza tak enak hati.

"Udah gak apa-apa, oh iya! Coba Elvan kamu pakai jas sama kemeja tadi buat cocokin sama gaunnya Khanza!" perintah Almira yang diangguki oleh Elvan.

Pria itu menghilang di balik tirai ganti meninggalkan Almira dan Khanza yang cengo.

"Tan, berarti saya ganti gaun lagi nanti?" tanya Khanza pada Almira.

"Iya dong. Kan gaun yang dipilih sama Elvan tadi ada dua." jawab Almira sambil tersenyum.

Khanza kembali tersenyum paksa.

Serius ini gue ganti gaun lagi?!

━━━━━━ • ✿ • ━━━━━━
To Be Continue

========
Silahkan kritik dan sarannya, mungkin ada salah dalam penulisan kata dan kalimat.

Terimakasih sudah mau membaca ;)

Dosenku, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang