O3 🌻 Nasehat Bunda

6K 271 3
                                    

Selamat Membaca
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━

    KHANZA baru saja sampai di rumah pada saat pukul 15.48 sore. Ia langsung masuk ke kamar tanpa memikirkan Elvan yang mampir dan sekarang sedang duduk di ruang tamu bersama bunda dan ayahnya.

Khanza memutuskan untuk mandi terlebih dahulu lalu baru istirahat. Jujur bukan hanya tubuhnya yang lelah tapi juga batinnya. Sebentar lagi ujian, tugas numpuk, ditambah lagi persiapan mau menikah. Kalau gini ceritanya kapan ngerjain tugas, sampai rumah aja udah tepar duluan.

Lagian makin dekat ujian tugas bukannya makin dikit, ini malah makin banyak. Sungguh tidak pengertian dosen-dosen ini. Seketika ia ingat kalau sebentar lagi ia akan menjadi istri dari seorang dosen yang terkenal kejam dan tak berperasaan pada mahasiswa nya. Makin nambah beban jadinya.

"Harusnya gue umur segini masih seneng-seneng sama teman, bukannya nikah." Khanza galau sekarang. Wajahnya ia sembunyikan di bantal sambil kakinya menendang-nendang kasur.

Tanpa dia sadari, Maira, bundanya sedari tadi memperhatikan tingkah putri bungsunya ini. Setelah Elvan pulang wanita berumur setengah abad itu memutuskan untuk pergi ke kamar putrinya untuk menengok apa yang sedang Khanza lakukan.

Tok tok tok

Suara ketokan pintu menyadarkan Khanza. Gadis itu segera membuka pintu dan melihat wajah Maira yang tengah tersenyum.

"Bunda?"

"Boleh bunda masuk? Bunda mau ngobrol sama putri bungsu bunda ini sebelum dia resmi jadi istri orang minggu depan."

Perkataan Maira membuat Khanza cemberut.

"Ih bunda! Masuk aja. Lagian minggu depan itu masih lama." ucap Khanza dan menggiring Maira untuk duduk di kasur nya.

Cukup lama mereka diam sampai Maira membuka suara.

"Sebentar lagi kamu bakal jadi istri orang. Gak kerasa ya? Rasanya baru kemarin bunda ngelahirin kamu, baru kemarin ayah ngajarin kamu jalan, dan baru kemarin kamu manggil ayah dan bunda untuk pertama kalinya. Tapi sekarang kamu sudah dewasa dan akan jadi tanggung jawab Elvan yang akan jadi suami kamu,"

Khanza hanya diam mendengar perkataan Maira. Air mata sudah terbendung di matanya. Ayolah, siapa anak gadis yang tidak tahan untuk menangis saat bunda mereka, bidadari tanpa sayap mereka mengatakan hal ini pada mereka?

"Bunda cuma mau pesan sama kamu. Nanti kalau sudah menikah, jangan manja lagi, jangan pecicilan lagi, jangan suka ngerepotin Elvan. Meskipun Elvan akan jadi suami kamu, tapi kamu juga harus mandiri. Kamu harus siapin kebutuhan Elvan dan masakin makanan buat Elvan,"

"Tapi bukan berarti kamu mau aja kalau disuruh apa-apa sama dia. Jangan mau disuruh bersihin rumah contohnya. Rumah itu milik kalian berdua, jadi harus kalian berdua yang bersihin, bukan cuma kamu. Dan yang harus kamu ingat, kamu itu akan jadi seorang istri bukan pembantu."

Ucapan Maira membuat Khanza mengangguk. Lagipula mana ada yang mau menjadikan Khanza pembantu saat melihat tampang sangar tapi cantik miliknya.

"Yasudah, mending kamu istirahat sekarang. Bunda mau masak dulu."

"Bun, aku bantuin ya?"

Maira menoleh ke atau anak gadisnya dan menggeleng tidak setuju.

"Gak. Kamu baru pulang dari fitting dan harusnya kamu istirahat bukan temenin bunda masak. Bunda tau kok rasanya cobain gaun panjang dan berat selama berjam-jam."

"Tapi bun, Khanza mau nambah resep buat masak aja. Kan biasanya bunda punya banyak resep buat dibuat." Khanza menggunakan puppy eye andalannya dan berhasil membuat Maira luluh.

Pada akhirnya mau tak mau dia mengajak putri sulungnya untuk memasak di dapur.

━━━━━━ • ✿ • ━━━━━
To Be Continue

=========
Silahkan kritik dan sarannya ya, tolong kasih tau kalau ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat.

Terimakasih sudah membaca ;)

Dosenku, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang