O8 🌻 Malam Minggu

6.4K 313 21
                                    

Selamat Membaca
━━━━━━ • ✿ • ━━━━━

    MALAM MINGGU atau bahasa gaulnya satnight membuat para pasangan yang sudah halal ataupun belum memilih untuk jalan-jalan. Dan para jomblowan-jomblowati ngedekem di rumah sambil jagain lilin buat ngepet. Canda:v

Warga +62 itu gak bakal bisa diem di rumah kalau udah malam minggu, kalau gak punya pasangan, paling bakal jalan bareng sama temen, saudara, atau malah gebetan(bagi yang punya).

Khanza juga ingin seperti itu, tapi apa daya suaminya ini tidak mau diajak jalan ke luar, atau lebih tepatnya memilih berduaan di atas kasur sambil manja-manjaan sama laptop sialan nya.

Khanza kan juga butuh refreshing, tapi kalau manusia yang diajak begini ya mana mungkin mau keluar. Berakhir Khanza guling-guling di kasur sampai beberapa kali badannya kepentok badan Elvan.

Elvan menatap ke arah istrinya sebentar lalu mematikan laptop dan menaruhnya di atas nakas.

"Kamu kenapa sih?" tanya Elvan bingung sekaligus kesal.

"Saya mau jalan keluar, ini kan malam minggu–"

"Yasudah, jalan saja sana." jawab Elvan yang memotong pembicaraan Khanza.

GUE BELUM SELESE NGOMONG ANJENG! batin Khanza menjerit kesal.

"Saya jalan sendiri gitu, pak? Nanti kalau ada om-om godain saya terus saya diperkosa terus dibunuh, nanti bapak jadi duda mau?" cerocos Khanza.

"Kamu kebanyakan nonton sinetron, lagian kalau saya jadi duda juga gak apa-apa. Yang penting masih perjaka dan saya masih kelihatan tampan," balas Elvan membuat Khanza ingin sekali memukul kepala Elvan dengan tongkat baseball.

"Pede!" cibir Khanza pelan tapi bisa di dengar oleh Elvan.

"Bukannya saya pede, tapi setiap ketemu sama mantan, saya selalu dibilang semakin tampan."

"Emang situ punya mantan?"

"Punya lah, memangnya kamu, yang naksir sama kamu aja gak ada."

GELUD HAYUK GELUD. MULUT LEMES BENER KEK CABE-CABEAN!

"Serahlah, pak!"

Khanza menutup wajahnya dengan selimut dan tidur menunggungi Elvan.

Melihat tingkah Khanza, Elvan hanya menghela napas dan berjalan menuju kamar mandi sambil membawa baju ganti. Sedangkan Khanza menggerutu kesal di dalam hatinya.

Punya suami gini banget ya Allah, gak pekaan. Gak usah hidup aja sana!

Tak lama pintu kamar mandi terbuka dan keluarlah Elvan dengan menggunakan setelan baju casual nya. Pria itu berjalan menuju nakas di samping kasur, lebih tepatnya Khanza tidur mengahadap nakas tersebut.

Saat melihat tangan Elvan yang mengambil jam tangan, Khanza langsung menatap pria tersebut.

"Mau kemana?" tanya Khanza bingung.

"Jalan." jawab Elvan singkat.

Khanza langsung membulatkan matanya, "IKUUUUT!!" seru gadis tersebut.

• • • •

Di sini lah Khanza dan Elvan berada, di alun-alun kota. Lumayan ramai mengingat malam ini adalah malam minggu. Para pasangan yang belum halal pada gandengan tangan, dapat dosa, para pasangan yang sudah halal gandengan tangan sambil senyum satu sama lain dapat pahala.

Jadi kesimpulannya, CEPETAN NIKAH SANA! KALAU PACARAN KELAMAAN ENTAR PUTUS NANGIS, MAMPUS!

Astaghfirullah, istighfar semuanya. Nyebut.

Mata Khanza sudah berbinar-binar menatap berbagai macam makanan yang dijual pedagang. Sedangkan Elvan hanya menatap sekeliling tanpa minat.

"Kamu mau be–loh?!" Elvan baru aja mau nanya, eh Khanza udah hilang entah kemana.

Elvan menghela napasnya lalu pergi mencari istri kecil nya ini. Inilah alasan kenapa Elvan malas ngajak Khanza keluar. Suka ngilang mendadak anaknya.

Mata Elvan menyusuri satu-persatu pedagang dan mendapati Khanza yang sedang mengantri di kedal kecil ice cream. Terlihat banyak anak kecil yang berada di sampingnya. Sangat kontras perbedaannya dengan Khanza.

"Eh, bapak. Mau?" tanpa rasa bersalah ataupun berdosa, Khanza mendatangi Elvan dengan ice cream rasa vanilla di tangan kanannya.

Elvan menggeleng menolak penawaran Khanza. Gadis itu tampak mengangguk lalu kembali berjalan tanpa memperdulikan Elvan. 

Tabahkanlah Elvan ya Allah, Batinnya.

Cukup lama mereka mengelilingi alun-alun dan Khanza membeli banyak makanan, sementara Elvan hanya mengikuti istrinya dari belakang dengan wajah suram. Udah mirip sama babu dia.

Mereka berjalan-jalan cukup lama sampai jam menunjukkan pukul 21.10 malam. Kini Elvan pun menyeret Khanza pulang karena gadis itu masih betah untuk berjalan-jalan di sekitar alun-alun yang entah sudah berapa kali mereka putari.

"Ayo kita pulang. Ini sudah malam, Khanza!" paksa Elvan tapi Khanza tetap menggeleng.

"Huft... yasudah, kalau kamu tidak mau pulang, kamu tinggal di sini saja," ucap Elvan santai lalu melenggang pergi.

Tapi saat jarak mereka tidak terlalu jauh, Elvan berbalik dan menatap Khanza, "Saya pernah dengar kalau di alun-alun ini ada banyak preman yang suka memperkosa gadis-gadis lalu membunuh mereka. Kamu yakin masih mau di sini?"

Bagus. Ancaman seorang Elvanio Putra tidak pernah meleset, buktinya sekarang Khanza mengekor di belakang Elvan dengan wajah muram.

━━━━━━ • ✿ • ━━━━━
To Be Continue

======================
Asique, update again setelah menghilang ditelan bumi. Jiaaaa. Btw pas banget up di malam minggu.

Sorry selalu lama up nya, terimakasih juga buat yang udah mau nyempetin baca cerita ini.

Tolong kasih saran dan kritiknya, kasih tau juga kalau ada kesalahan dalam penulisan kata dan kalimat.

Intinya.

Terimakasih sudah mau membaca ;)

Dosenku, SuamikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang