16 - Asing tapi Indah

14.7K 855 40
                                    

Figo sudah menangis selama perjalanan tadi, Ia menangis karena telah membuat hati anaknya sakit. Apalagi sampai tidak mau bertemu dengan dirinya. Dan sekarang melihat Flora secara langsung, ternyata tidak bisa membuat Figi berhasil menahan tangisannya walaupun sudah puas menangis tadi.

Air matanya tetap menetes.

Tangan Flora yang mungil merengkuh pinggang Figo. Figo mematung. Semoga Flora tidak terganggu karena merasa perbedaan lebar tubuh Fina dengan dirinya. Figo sempat menahan napasnya sampai Ia lega karena Flora tidak membuka matanya.

***

Figo mengambil ponselnya hendak menghubungi Fina yang berada di luar ruangan. Figo sama sekali tidak berani menggerakan tubuhnya karena Ia takut Flora terbangun. Ia membutuhkan saran Fina untuk apa yang harus Ia lakukan. Figo tidak mau ambil pusing memikirkan kalau seharusnya dirinya yang paling tau segala tingkah laku anaknya dibandingkan Fina, karena pada kenyataannya sata ini Figo merasa Fina lebih memahami Flora.

Figo: Fin, bisa masuk ke kamar nggak?

Setelah menekan tombol kirim, tidak lama kemudian Figo mendengar getaran ponsel Fina dari ruangan tersebut. Sial, ternyata Fina lupa membawa ponselnya saat berkaca tadi.

Wangi kamar ini dan desain interior kamar sangat mencerminkan kalau pemilik kamar ini adalah Fina. Tidak banyak berubah sejak sekolah dulu, beberapa barang Fina masih di dominasi dengan warna kuning. Figo merasa kamar ini sangat nyaman untuk dirinya beristirahat, maka dari itu Ia berharap Fina segera masuk ke dalam kamar dan membantunya sebelum Ia ketiduran di kamar tersebut.

Mau di taruh dimana muka Figo jika nantinya dibangunkan Fina karena ketiduran.

Figo menatap Flora yang berada di sebelahnya saat ini. Ia baru menyadari jika Flora menggunakan kaos Fina sehingga menjadi oversize ditubuhnya yang mungil. Fina benar benar merawat anaknya dengan baik. Setidaknya Figo sudah bisa bernapas lega karena menemukan orang yang pas untuk menjaga anaknya beberapa hari ke depan.

Satu jam telah berlalu, dan Fina belum juga mengambil ponselnya di kamar tersebut. Sebenarnya wanita itu sedang sibuk apa? Apakah kesibukannya tidak memerlukan alat komunikasi?

Terdengar suara pintu kamar yang dibuka. Sedari tadi Fina menunggu Figo keluar dari kamarnya, tetapi karena takut Figo ketiduran, jadi mau tidak mau Fina harus masuk karena Ia juga memerlukan ponselnya untuk melihat beberapa jadwal nya.

Saat Fina masuk ke dalam kamar tersebut. Figo menatap Fina. Fina membalasnya dengan tatapan bertanya. Lirikan mata Figo memberikan jawaban dari kebingungan Fina. Ternyata Figo ingin mengatakan kalau tangan Flora sedang memeluknya.

Figo menatap Fina seakan meminta bantuan Fina untuk memutuskan apa yang harus Ia lakukan. Jika melepas paksa pelukan Flora dan akhirnya Flora terbangun, kemungkinan besar Flora akan menangis dan kembali sedih mengingat fakta yang baru di dapatkannya itu setelab Ia membuka mata dan melihat Figo.

Dan jika Figo harus membiarkan pelukan Flora dan menunggu Flora melepas dengan sendirinya, itu akan memakan waktu yang lama.

Fina pun tidak cukup tega membuat Flora terbangun dari tidur lelapnya, sehingga Ia memilih untuk mengenyampingkan ego nya dan membiarkan Figo tetap di apartemennya untuk waktu yang mungkin cukup lama.

"Yaudah tunggu dia lepas sendiri aja." Kata Fina pada Figo sekaan menjawab pertanyaan dari tatapan mata Figo.

"Makasih ya Fin.." Kata Figo sambil tersenyum kearah Fina lalu setelahnya menatap Flora dan menyibakan anak rambut Flora.

"Aku ke luar ya, ada yang harus dikerjain." Fina mengambil ponselnya yang tertinggal, lalu melangkahkan kakinya keluar kamar.

Pemandangan Flora memeluk Figo dengan erat membuat hati Fina sakit. Fina cemburu, cemburu pada seseorang yang bukan miliknya. Ia harus sadar jika Flora adalah milik Figo, bukan miliknya. Setengah hari bersama Flora membuat Fina menjadi posesif ingin memiliki Flora sepenuhnya, tetapi Fina tau itu bukanlah hal terpuji.

BABY FROM FIRST LOVE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang