18 - Diantar Papa

12.8K 846 49
                                    

Flora menyatukan kedua ibu jarinya berulang ulang dan menatapi sepatu sekolahnya, sembari menunggu lift ini membawa dirinya dan Fina turun ke lantai utama.

Fina memperhatikan gerak gerik Flora, Ia mengetahui kalau anak itu sebenarnya ingin marah karena harus bertemu dengan orang yang sedang Ia hindari belakangan ini. Sepertinya pilihan Fina untuk memaksakan Figo menghantar mereka adalah pilihan yang salah, karena sejujurnya saat ini Fina merasa bersalah dan tidak tega melihat Flora menjadi seperti ini.

Tetapi di sisi lain, Fina juga tidak bisa apa apa, tidak ada pilihan lain selain meminta tolong Figo menghantar Flora pergi ke sekolah. Lebih tepatnya, Fina tidak mau ambil risiko dengan pilihan lain.

"Muma tapi ikut antar ke sekolah, kan?" Tanya Flora dengan tatapan berharap kepada Fina.

"Iya, muma ikut kok, Ra." Kata Fina sambil mengambil salah satu tangan Flora untuk Ia genggam karena satu lantai lagi mereka sudah sampai di lantai utama.

Setelah ini Fina harus mencari tau apakan menghantar anak ke TK diperbolehkan atau tidak. Fina takut saja jika ternyata didikannya membuat Flora menjadi manja dan tidak bisa mandiri. Ya, walaupun sebenarnya tidak ada pengaruh juga, perlu disadari lagi kalau Fina bukanlah orangtua Flora, Ia hanya seorang "Tante Fina" yang menjadi pelarian masalah Flora.

***

Saat Fina menghubungi Figo untuk meminta bantuan untuk menghantarkan Flora ke sekolah, Figo langsung terkejut. Pasalnya, Ia baru saja sampai di ruang kerjanya. Ia baru saja berniat untuk mandi, tetapi mau tidak mau harus kembali ke apartemen Fina yang memakan waktu cukup lama. Tidak terlalu jauh sebenarnya, tetapi lampu merah selama perjalanannya cukup lama. Ia bahkan tapi bisa sempat meminta asistennya untuk mengirimkan sayur dan buah ke apartemen Fina saat menunggu lampu merah tersebut berubah warna menjadi hijau.

Fina: Go, boleh minta tolong antar Flora?

Figo: Oke aku otw kesana.

Tanpa bertanya apa penyebanya, Figo langsung memutuskan untuk kembali ke apartemen Fina dan menghantar Flora ke Taman Kanak-kanak. Tanpa mengganti baju, Ia hanya merapikan rambut dan mencuci muka, lalu langsung turun ke parkiran dan melajukan mobilnya ke apartemen Fina.

Rapat penting pagi ini dengan terpaksa Ia harus meminta sekretarisnya untuk mengubah jadwalnya. Sekretarisnya pasti sedang stres mengurus koleganya yang marah-marah karena pergantian jadwal secara tiba tiba seperti ini. Figo sudah terima risiko kalau kolega ini membatalkan kerja sama dengan perusahaannya, karena saat ini anaknya lebih penting.

Figo merasa ini seperti kesempatan emas yang semesta berikan untuknya. Anaknya yang sedang tidak mau bertemu dengannya, pagi ini, ia hantarkan ke sekolah. Semesta seperti mendukung dirinya untuk membangun hubungan baik lagi dengan anaknya. Maka dari itu, Figo tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

Saat ini Figo sedang merenung di tempat duduk dekat resepsionis apartemen Fina, menunggu anaknya dan Fina. Figo tersadar akan satu hal, dirinya selama ini jarang sekali merelakan waktu kerjanya untuk bertemu dengan Flora. Bisa di hitung jari, berapa kali Figo membatalkan jadwal rapat hanya untuk liburan atau menemani Flora membeli mainan di mall.

Ia melihat arloji di tangan kirinya, "kenapa Fina belum turun juga?" tanya Figo di dalam hatinya sambil melihat cemas ke arah lift.

Figo cemas karena takut Flora terlambat sampai di sekolah. Sekolah Flora memang mentoleransi anak muridnya masuk sampai satu jam kegiatan belajar mengajar berlalu, hanya saja Figo tidak mau Flora merasa malu karena terlambat masuk kelas.

Dari kejauahan, Figo melihat pintu lift terbuka dan menampilkan seorang wanita dewasa dengan balutan celan panjang beserta kaos putih sedang menggandeng anak kecil berpakaian seragam sekolah. Mereka adalah Fina dan Flora.

BABY FROM FIRST LOVE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang