34 - Hasilnya (b)

1.9K 58 0
                                    

Fina terbangun dari posisi sebelumnya, Ia duduk di kasur sambil mengarahkan pandangan ke arah Figo. "Loh, kok kamu udah pulang?" Fina mengampus sisa air matanya yang menetes di wajahnya dan merubah nada bicaranya menjadi lebih ceria.

Melihat kondisi Fina dengan wajah sembab dan masih ada air mata yang tersisa, Figo pun berjalan cepat ke arah Fina saat ini "Gimana aku engga pulang kalau Rara call aku sambil nangis karena ngira kamu berantem sama aku?" Kata Figo menjelaskan sambil mendudukan diri di kasur tersebut dan membawa Fina ke dalam rengkuhannya untuk bersandar dada bidang Figo.

"Rara nangis karena aku?" Tanya Fina dengan nada lemah sambil menatap Figo.

Figo menghela napas pelan, "Bukan karena kamu Fin, dia hanya takut kalau kita berantem. Kamu tau sendiri gimana Rara pas aku sering berantem sama Laura dulu." Kata Figo menjelaskan kepada Fina karena tidak mau Fina menyalahkan dirinya sendiri.

Figo sudah merasakan perubahan Fina sejak semalam, semalam dalam tidurnya Fina hanya gelisah berganti ganti posisi tidur karena tidak menemukan posisi tidur yang nyaman. Fina sudah memunggungi Figo, lalu setelahnya menghadap Figo, lalu seteahnya tengkurap, lalu setelahnya tidur lurus dengan padangan ke atas, dan terus berganti sampai Figo pun menjadi terganggu dalam tidurnya.

Hanya saja, Figo sudah tidak ada tenaga untuk bertanya kepada Fina, tubuhnya lelah, matanya sudah menempel, karena mengurusi deadline pekerjaanya seharian. Lagipula percuma juga kalau Figo bangun dan tanya Fina kenapa atau apa yang menganggu pikirannya, itu tidak akan membuat Fina tenang juga. Ya, sedikit paham Figo sudah mengetahui karakter istrinya tersebut.

"Sekarang kamu cerita ke aku, kamu kenapa nangis kaya gini? Aku buat salah atau apa?" Tanya Figo dengan nada lembut ke arah Fina.

Fina menundukan kepalanya, air matanya kembali menetes, "Maafin aku Go.." Kata Fina dan tangisannya pecah lagi tetapi bedanya saat ini Ia tidak menangis sendirian dibawah guling, melainkan tempat yang lebih nyaman yaitu rengkuhan tubuh Figo.

"Look at me." Kata Figo mengangkat kepala Fina yang semula menunduk. "Fin, maaf kenapa? kamu engga ada salah sayang." Kata Figo yang tidak tau apa yang menjadi alasan Fina meminta maaf kepadanya.

Mereka tidak bertengkar beberapa hari ke belakang, tetapi apa yang membuat Fina sampai menangis seperti ini. Atau Fina tidak sengaja merusak jam tangan mahalnya, ya itu memang menyebalkan karena jam tangan Figo mayoritas limited edition, tetapi ya tidak masalah juga, tidak perlu sampai Fina menangis hampir seharian seperti ini. Ya marah sedikit sih pasti Figo, tapi tidak tau juga apakah Figo masih bisa marah dengan keadaan Fina menangisnya tersedu sedu seperti ini.

Fina sesenggukan, "Go.." Fina tidak sanggup rasanya untuk melanjutkan perkataannya dan memberitahukan kepada Figo alasan dari tangisannya.

Bukan, dari tatapan Fina bukan seperti orang yang merasa bersalah karena menghilangkan atau merusak barang berharga Figo. Sepertinya merupakan penyebab lainnya. Tetapi apa?

Sambil mengerutkan dahi, sambil Figo berpikir tentang beberapa kemungkinan yang terjadi. Kalau tentang proses resepsi mereka, sepertinya semua sudah aman, kalau misalkan memang ada masalah pun pasti Fina bukan menangis lagi, melainkan wanita itu akan marah marah tidak jelas menumpahkan segala kekesalannya. Figo tau itu, karena beberapa hari yang lalu hal itu terjadi.

Saat pihak yang mengurus acara resepsi mengatakan kalau ternyata mereka tidak bisa menggunakan bunga hidup karena toko yang dipesan sebelumnya menolak diakrenakan Ia sudah memiliki banyak pesanan yang mungkin lebih menguntungkan. Jelas saja Fina marah, karena untuk mencari bunga segar untuk dekorasi cukup sulit kemarin mereka mendapatkannya dan tiba tiba saja seminggu sebelum resepsi dibatalkan begitu saja, hal yang cukup menyulut emosi, bukan?

BABY FROM FIRST LOVE ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang