Pernahkah kamu mencintaiku walau hanya sedetik saja?
•
•
"Kenapa kau bersikap seperti ini, Wat? Apa kau ingin aku merasa bersalah atas perpisahan kita?!" kesal Tine
Sarawat memutar setirnya ke bahu jalan dan berhenti
"Apa kau tidak menyesalinya? Sedikitpun kau tidak menyesal telah meninggalkanku demi bajingan itu" kesal Sarawat menatap Tine
"Phi Kong bukan seorang bajingan, Wat" geram Tine
"Di mana letak hatimu, TINE?! Apa selama ini tidak pernah sekalipun kau benar-benar mencintaiku seperti aku mencintaimu?!" kesal Sarawat dengan miris
Tine memalingkan wajahnya, tidak memberikan jawaban pada pertanyaan yang Sarawat ajukan
"Tine. Kenapa kau jauh berubah dari yang aku ingat?" miris Sarawat
"Kau juga berubah" ujar Tine tanpa menoleh
"Apa yang berubah dariku? Aku masih mencintaimu sama seperti pertama kali aku mencintaimu"
"Bukankah sekarang kau suka tebar pesona? Tersenyum pada setiap wanita dan membiarkan mereka bergelayut manja padamu" Tine menoleh dengan kesal
"Apa kau sadar kenapa aku bersikap seperti itu?"
"Karena kau memang suka mendapatkan perhatian dari wanita-wanita genit itu" kesal Tine
"Benar jika aku ingin mendapatkan perhatian, tapi bukan dari mereka. Aku ingin mendapatkan perhatian darimu"
"Apa kau gila?! Aku sudah bersama phi Kong sekarang. Kenapa kau tidak melupakan saja perasaanmu padaku?!"
"Kau pikir semudah itu? Jika benar semudah seperti yang kau katakan, maka dari awal aku tidak akan pernah mengencanimu. Kau dan aku tidak akan pernah berkencan" balas Sarawat
Tine memalingkan wajahnya dengan helaan napas panjang
Sarawat yang melihat hal itu ikut menghela napas lalu menghidupkan kembali mobilnya dan meneruskan perjalanannya
.
.
.
Di depan rumah Tine.
Tampak ibu di ambang pintu
Tine turun dari mobil tanpa mengatakan apapun, melenggang
"Sarawat?" gumam ibu lalu matanya berbinar senang
"Tine. Apa itu tadi nak Sarawat?" senang ibu
"Uhm" Tine nyelonong masuk
"Apa kau balikan dengan Sarawat?" harap ibu
KAMU SEDANG MEMBACA
at the Beginning of Our Story: Remember when We Love each other
FanficBerdasarkan kemampuan imajinasi ©EROppa