Prolog

6.9K 445 2
                                    

"Hiks Appa, jangan tinggalkan Jihoon.."

"Jebbal"

Sesosok pemuda mungil berseragam sekolah tak henti-hentinya menangis di depan ruang Instalasi Gawat Darurat.
Lelaki bernama Jihoon itu tak beranjak dari sana bahkan untuk sekedar duduk sejak 2 jam yang lalu.
Membuat adik sepupunya, Lee Chan yang sedari tadi berusaha menenangkan Jihoon semakin cemas akan kondisi Hyungnya.

Bahkan Sekretaris Kim yang sejak tadi ikut menunggu di depan ruang IGD pun tak berhenti mondar-mandir.

"Lee.. Jihoon?"

Tangis Jihoon terhenti sejenak begitu suara bariton itu memasuki indera pendengarannya.

"A-ahjussi.."

Seorang pria terlihat menghampiri mereka berdua.

"Soonyoung Ahjussi.. Appa-"
Belum sempat kalimat penjelasan keluar dari mulut kecilnya tangis anak itu kembali pecah tak terkendali.
Lee Chan semakin kewalahan begitu Jihoon ambruk ke lantai, kesadarannya menipis dan nafasnya tersengal-sengal.
Pria dewasa yang dipanggil Soonyoung itu segera memapahnya ke kursi terdekat sembari memanggil perawat.

Setelah Jihoon dan Chan menghilang dari pandangannya, Sekretaris Kim menceritakan segalanya.

Soonyoung kaget tentu saja, ia baru saja mengunjungi temannya yang di rawat di rumah sakit itu. Saat hendak keluar dari rumah sakit, suara tangisan yang familiar menghentikan langkahnya dan membuatnya menghampiri dua remaja di depan ruang IGD.

Dan benar, tangisan itu berasal dari anak laki-laki seorang pria yang dikenalnya dengan baik, Lee Abeonim, Hwejang dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan dimana ia berkedudukan sebagai Chief Executive Officer.
Ia sama sekali tak menyangka bahwa pria yang telah dianggapnya sebagai ayah itu mengalami kecelakaan naas seperti ini, bahkan Nyonya Lee telah meninggal di tempat.
Astaga.. hatinya berdenyut nyeri mengingat keadaan Jihoon.
Anak itu nyaris sebatang kara.

Tak lama berselang, seorang dokter keluar dari ruang IGD dan memberitahukan kondisi tuan Lee.

"Beliau telah melewati kondisi kritis, namun beberapa organ vitalnya mengalami kerusakan parah jadi kami tidak bisa menjamin kondisinya akan segera membaik atau bahkan memburuk .."
Sekretaris Kim dan Soonyoung tak mampu berkata-kata mendengar penuturan dokter tersebut.

"Sekarang kami akan memindahkan tuan Lee ke ruang rawat inap"

*

"Jihoon.."
Suara lemah itu terdengar di sela-sela tangisan Jihoon yang memenuhi ruang rawat VVIP tuan Lee.

"Appa! Hiks.. Appa baik-baik saja kan?"
Tuan Lee tersenyum kemudian mengusap kepala Jihoon dengan sisa tenaga yang ia miliki.

"Sepertinya Eomma-mu membutuhkan Appa di sisinya"

Jihoon yang tidak sanggup mendengar kalimat menyedihkan yang keluar dari bibir Appa-nya hanya menangis di sisi ranjang.

"Abeonim, tidak seharusnya anda bicara seperti itu di depan Jihoon"
Itu suara Soonyoung, ia masih disana karena enggan meninggalkan rumah sakit sebelum memastikan Tuan Lee baik-baik saja.

Manik sayu milik Appa Jihoon beralih menatap seseorang berseragam rapi di sisi kirinya.

"Oh.. kau bahkan ada disini nak Kwon?"Soonyoung memaksakan senyumnya mendengar nada putus-putus tersebut,
"Iya, saya kebetulan ada disini, Abeonim.."

"Aku punya permintaan Soonyoung-ah"

"Berhenti berbicara seolah Appa akan pergi..!"
Jihoon marah mendengar hal itu, tetapi Tuan Lee segera melanjutkan kalimatnya.

"Berjanjilah kau akan mengabulkan permintaan terakhirku"

"Appa geuman! Hiks.. jebbal geumanhae!"

Soonyoung yang tidak tega melihat hal itu tidak memiliki pilihan lain selain mengiyakan.

"Aku titip Jihoon"

"Mwo.."

"Ta-tapi Abeonim-"

"Tolong nikahi dia,
jaga Jihoon untukku.
Kupercayakan semua padamu.. Kwon Soonyoung"

"Mwoya Appa!"

Tuan Lee tersenyum tulus setelah mengucapkan kalimatnya, dirinya tak menyangka keinginan yang sempat terbesit dalam benaknya untuk menjodohkan Jihoon dengan CEO KSY Group yang sangat akrab dengannya ini akan tersampaikan dalam keadaan seperti ini.
Ia menyukai kepribadian pemuda itu dan menginginkan sosok hangat seperti itu untuk mendampingi Jihoon, putra satu-satunya yang akan segera ia tinggalkan.

Soonyoung mengangguk mantap setelah terdiam beberapa saat. Ia merasa tidak memiliki alasan untuk menolak permintaan tersebut.
Dan ia..akan menyanggupinya.

"Terimakasih.."

Suara melengking alat kesehatan diiringi raungan Jihoon memenuhi ruangan begitu kata-kata terakhir Tuan Lee terucap.

Good to Me | Soonhoon [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang