Jihoon bertekad untuk berubah setelah melewati banyak hal selama ia hidup bersama Soonyoung.
Termasuk sekarang.. ia tidak ingin lagi menghindari masalah dan hanya meratapi kesalahannya dengan menangis.Ia memang sangat kaget dan juga sedih ketika Soonyoung.. tiba-tiba marah besar.
Padahal ia yakin dirinya juga berhak marah.Tapi tidak,
ia tidak akan menangis sekarang.. entah bagaimana nanti, yang jelas ia harus berusaha terlebih dahulu.Dan disinilah Jihoon,
mondar-mandir di depan pintu kamar mereka sambil menyusun kata-kata yang tepat untuk di ucapkan.. juga menyiapkan hatinya, takut Soonyoung tiba-tiba mengusirnya dari kamar--err ini memang agak berlebihan.Soonyoung tidak mungkin sekasar itu..
Ahjussinya tidak sejahat itu.
Akhirnya pintu itu terbuka juga dari luar, kepala Jihoon menyembul untuk mengintip ke dalam ruangan.
Soonyoung terlihat sedang tiduran sambil memainkan ponselnya, mengabaikan tatapan takut-takut Jihoon dari arah pintu.Tak lama kemudian pria itu memalingkan tubuhnya dan membelakangi Jihoon,
membuat namja manis itu mendesah pelan."Ahjussi.. aku boleh masuk?"
Suara Jihoon pelan sekali, tapi ia yakin Soonyoung mendengarnya, sebab ia dapat melihat gerakan jari Soonyoung yang menari di layar ponsel sempat terhenti..sebelum beberapa saat kemudian bergerak kembali.
Jihoon di abaikan.
Tapi ia tak mau menyerah..
"K-kalau begitu aku tidur di ruang tengah sa-"
"Memangnya siapa yang melarangmu?"
Jihoon memaksakan senyumnya kemudian melangkah memasuki kamar.
Ia lalu bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya terlebih dahulu.
Selesai dari sana,
Jihoon mendapati Soonyoung masih dengan posisi yang sama.
Jihoon tersenyum lebar karena dengan posisi begitu, Soonyoung jadi menghadap ke arahnya jika ia berbaring di sebelah lelaki itu.Namun tepat begitu Jihoon menaiki ranjang, pria di sebelahnya segera membalikkan badan.
Si mungil hanya dapat terdiam dengan bibir ditekuk..
Soonyoung yang sedang marah benar-benar tidak baik untuk kesehatan mental."Ahjussi.."
Soonyoung tidak menjawab panggilan lembut Jihoon, ia hanya meletakkan ponselnya di atas nakas kemudian menarik selimut dan memejamkan mata, masih dengan posisi memunggungi Jihoon.
"Aku minta maaf jika perkataanku salah.."
Ucap Jihoon yang kini memperhatikan punggung Soonyoung dengan sudut matanya.
Ia masih memakai gips, ingat?Soonyoung hanya diam, tidak memiliki niat sama sekali untuk bersuara meskipun matanya masih terbuka lebar.
Perasaan kesalnya belum hilang.
Jihoon harusnya berfikir terlebih dahulu sebelum berbicara.
Ia tidak tahu apa? Kata-katanya bisa menyakiti seseorang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Good to Me | Soonhoon [Completed]
FanfictionSemua terjadi dalam sekejap mata. Kehilangan kedua orang tuanya, diharuskan untuk menikah di saat usianya belum genap 18 tahun, dan terpaksa merasakan cinta yang ternyata hanya membawa derita bernama patah hati. Jihoon melalui itu semua tanpa tahu r...