15. cinta seperti nyawa, hanya sekali

802 85 11
                                    

Ada banyak hal yang membuat Jessica menjadi seorang yang insecure hingga memilih untuk memendam perasaan nya dalam-dalam.
Berharap-harap kelak orang yang ia cintai akan bahagia meski bukan dia penyebabnya.
Namun Jerome, lelaki yang belum pernah merasakan jantungnya berdebar saat bersama seorang wanita.
Kini, bersama Jessica ia merasakannya.
Hingga ia tidak ingin melepas Jessica.
Ia percaya, bahwa jatuh cinta hanya sekali, menikah sekali, karena hidup hanya sekali.
Sama seperti kedua orangtuanya yang memadu kasih begitu lama karena cinta, memperjuangkan tentangan orangtua mereka hingga restu diberi di jenjang pernikahan.
Jerome ingin begitu.
Memperjuangkan cintanya hingga pelaminan.
Sebab baginya, ketika ia melabuhkan hati maka ia tidak akan pernah lagi menjemput hati itu pergi, karena Jessica sudah membawa hatinya bersamanya.
Jerome bukan sosok lelaki yang menuntut wanitanya sempurna.
Tetapi, apa Jessica tahu dan sadar akan hal itu?

"Makan gih Jes"

Suruh Jerome ketika ia kembali kerumah sakit sehabis mengantarkan Michel pulang dan melihat bungkusan yang belum terjamah sama sekali.

"Udah kok, itu punya lo aja"

Balasnya, Jerome tersenyum.
Menghampiri bungkusan itu, menyibaknya dan melihat isinya masih utuh, dua bungkus.

"Kamu bohong ya?"

Tanya nya dengan mata memicing pada Jessica.
Ibunya baru saja tertidur.

"Gue masih kenyang. Gue pulang dulu ya, Tante mama udah tidur"

Jerome juga tahu kalau mamanya sudah tertidur, tapi yang Jerome tanya kan Jessica nya bukan mamanya.

"Gimana kamu mau kenyang kalau nasi sebutir pun belum masuk perut?"

Ucapnya, menahan tangan Jessica yang hendak melangkah pergi.

"Kalau kamu nggak mau makan, temanin aku makan ya?"

Ingin rasanya Jessica menolak, namun hati dan mulutnya sangat sejalan, hingga kini ia mengangguk pelan, membuat Jerome tersenyum dan membawa Jessica untuk duduk disebelahnya di sofa yang ada diruangan mama Jerome.

Perlahan Jerome membuka bungkus nasi,

"Kamu paling tahu kesukaan aku ya"

Ucap Jerome tersenyum kearah Jessica, dan gadis itu tersenyum juga sebagai balasannya.

"Mm Jer"

Panggil Jessica ragu, dan Jerome hanya bergumam menyahuti Jessica setelah berdoa dan tengah menyantap makan paginya padahal hari sudah menjelang siang.

"Tadi itu???"

"Dia anak didik aku"

"Hah?"

Jerome tandaskan makanannya, meneguk air bening didalam botol, kemudian bicara menghadap Jessica, menggenggam kedua tangan gadis itu.
Yang digenggam justru kikuk salah tingkah.

"Waktu aku SMA, aku ngajar les privat untuk nambah uang saku. Dan dia salah satu anak didik aku"

Jelasnya panjang lebar,

"O-oh"

Balas Jessica terbata.
Jerome tahu gadis itu cemburu, tetapi tidak ia jadikan pertanyaan sebagai pertanyaan yang toxic.
Jerome tidak mau hubungannya toxic, tetapi ia mau hubungannya serius, seserius ia mencintai gadis yang merona dihadapannya.

Yang mana ketika tangan Jerome hendak terulur untuk menyampirkan helai rambut Jessica, ponsel gadis itu berdering.
Pesan dari fajar, memintanya datang sebab lelaki itu tengah sakit.

"Euhm, Lo udah selesai makan kan? Gue pulang sekarang ya"

Jessica bangkit tanpa bicara lagi, menyisakan Jerome dalam diamnya.
Penasaran memenuhi otaknya akan pertanyaan siapa gerangan pengirim pesan tersebut.


**

"Jaaar??? Fajaaar?"

Panggilnya ketika sudah memasuki mansion mewah milik fajar, sebab kedua orangtua lelaki itu telah lama berpisah.
Jauh sebelum Jessica mengenalnya.

Jessica panik ketika menemukan Fajar yang terbaring lemah tak berdaya diatas marmer, seperti habis jatuh.

"Jar! Lo kenapa bisa gini astaga!!!"

Paniknya, memapah Fajar dan membawanya ke ranjang yang tak jauh dari tempat Fajar terjatuh.

Jessica menempatkan punggung tangannya di dahi lelaki itu.

"Ya Tuhan! Ini panas banget Jar.. Lo tahan ya, gue ambil kompresan bentar"

Jessica tidak akan berhenti langkahnya kalau saja Fajar tidak menahan tangannya.

"Tempelin, bye-bye viver aja, gu-e ga-mau lo pergi"

Ucapan Fajar seketika membuat jantung Jessica berdegup tidak menyenangkan.
Ia gusar, seakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Tetapi, ia turuti dulu ucapan lelaki itu, sebab ia tengah sakit sekarang.

Nanti, biarlah itu menjadi urusan nanti kalau saja Jessica tidak teringat perjanjian tujuh puluh jutanya dengan lelaki itu.

Membuatnya gugup menempelkan bye-bye viver didahi lelaki itu.

Yang semakin membuatnya tak tenang, dimana ketika Fajar berucap,

"Jangan tinggalin gue Jess, cuma lo yang gue punya"











**

Next➡️

Jerome and JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang