16. Something

714 107 3
                                    

Hai semua👋
Haiii, ok,, sebenarnya cerita ini udah ada di draft, tapi sedih aja, pembacanya lumayan banyak. Tapi yg vote sama komen kok gadak? 😢
Aku jadi down mau lanjut apa nggak..
Kalian bantu aku ya 😁
Soalnya ini masih panjang 😁

Ok, mari kita lanjut




**

Malam itu Jessica menunggu lelaki bernama Fajar itu semalaman.
Setelah ia merasa keadaan Fajar mulai membaik, ia putuskan pulang saja ke kost nya.

Namun langkahnya justru membawanya kembali ke rumah sakit.
Jerome masih disana dan sekarang dia bersama Ian.

"Euhmmm maaf kak, aku cuma mau mastiin Tante mama udah baikan atau belum"

Ucapnya, saat pintu ia ketuk dan yang membuka adalah Ian.

"Masuk aja, Jerome Abang tinggal bentar ya"

Balas Ian dan menggedikkan dagu kearah Jerome.

"Tiati bang"

"Ok"

Jessica perlahan melangkah masuk semakin dalam ke ruangan mama Jerome.
Ian, lelaki itu sudah hilang dibalik pintu yang sudah ditutup rapat.

"Kamu kok balik lagi?"

Tanya Jerome memecah hening sedari tadi Jessica hanya diam mematung memandangi wanita yang sudah terlelap itu.

"Hah? I-itu aku kan udah bilang mau mastiin Tante mama aja"

Jerome hanya mengangguk dan ber-oh ria.
Lelaki itu tidak akan terusik kalau saja tidak mendengar bunyi keroncongan dari perut Jessica.

Wanita itu rupanya belum makan juga.

"Kamu belum makan sejak kapan? Jangan bilang sejak pagi tadi?"

Curiga Jerome yang dijawab dengan gelengan oleh Jessica.
Namun, wajah pucat gadis itu menggambarkan keadaanya.

Jerome menarik tangan Jessica, membawanya duduk di sofa.
Tidak lupa ia juga meraih rantang diatas nakas.
Membukanya, mencampur nasi dengan sayur dan lauk.

"Makan"

Namun Jessica lagi-lagi menolak dengan gelengan kepalanya yang kekeuh.

"Kamu mau makan atau aku suapin?"

Jessica terkesiap, menaikkan sebelah alisnya demi memastikan pendengaran nya tidak sedang bermasalah.

"Mau aku suapin?"

Lagi Jerome bertanya, segera Jessica raih rantang dan menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

Bukannya merasa lebih baik, perut Jessica justru semakin kembung.
Jelas saja, sejak pagi dia belum memasukan sebutir nasi-pun kemulutnya.

Jerome yang mulai merasa ada yang tidak beres dengan Jessica segera meraih rantang itu dari tangan Jessica, menyodorkan air bening ketangannya.

"Pucat"

Ucapnya dengan mengulurkan tangan dan mengusap lembut pipi Jessica.
Jerome juga menyampirkan helai rambut Jessica kebelakang telinga.
Mengusap keringat yang bercucuran di kening gadis itu.

"Makanya lapar nggak lapar itu harus makan Jess"

Jessica hanya bisa diam, semakin kuat menggenggam gelasnya, disebabkan menahan debaran jantungnya agar Jerome tidak mendengarnya.

Tak lama kemudian Ian kembali, membuat Jessica dan Jerome sontak mengatur jarak.

Ian terkekeh kemudian melirik jam di Dinding.

"Anterin Jessica gih Jer, kasian dah malem banget"

"Iya bang"

"Nggak usah kak, aku bisa pulang sendiri"

Tolak Jessica saat Jerome sudah bangkit dan meraih jaketnya diatas sofa.

Tanpa aba-aba Jerome berdecak kesal dan menarik tangan Jessica, membawanya keluar darisana.

"Kost-an kamu jauh?"

Tanya Jerome saat mereka berada di lift, sebab ruangan mama Jerome ini berada di lantai lima.

Jessica yang berdiri disebelahnya menggeleng pelan.

"Kalo gitu kita jalan"

Ucapnya dan lagi-lagi menarik tangan Jessica pelan tanpa aba-aba setelah lift terbuka.

Wanita mana yang akan baik-baik saja jantungnya ketika lelaki sebaik, dan setampan Jerome memperlakukan nya dengan sangat manis.

"Jer"

Panggil Jessica saat mereka sudah berjalan lumayan jauh dari rumah sakit.
Dan Jerome hanya bergumam sebagai jawaban.

"Aku mau ngomong sesuatu"

Jerome hentikan langkahnya, dan membalik tubuhnya sembilan puluh derajat, menghadap Jessica.

"Mau ngomong apa?"

Jerome akan baik-baik saja kalau saja Jessica tidak mengucapkan kata yang lagi-lagi membuatnya down.













Next➡️





Jerome and JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang