19. Sorry

673 83 9
                                    

Jerome's back 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jerome's back 💚



"Apa ini yang kamu maksud?"

Jessica mengernyit bingung dengan pertanyaan pria yang duduk dihadapannya di teras, menatap lurus pada pemandangan yang didepannya, padahal ia baru duduk menghampiri pria itu. Kemudian beralih menatap Jessica, menaruh curiga disana.

"Hngg?"

"Apa ini yang kamu maksud? Perbedaan orang berpendidikan dengan yang tidak?"

"Ma-maksudnya?"

"Kamu-sama saya"

Jessica terhenyak, jantungnya bergemuruh menyesakkan. Kata-kata Jerome benar-benar melukainya hingga ulu hati, matanya mulai berkaca-kaca.

"Jer, aku nggak faham"

Ucap Jessica mencoba tetap berfikiran positif.

"Kamu nggak pernah kasih tahu kalau kamu ini khatolik"

Jessica sontak menganga tak percaya, matanya sampai membulat sempurna.

"Jer, aku_"

"Kamu bahkan tahu, aku kharismatik kan? Lalu kenapa kamu sembunyikan itu dari aku?"

Ucap Jerome memangkas ucapannya.
Sungguh, Jessica tidak berniat menipu Jerome. Hanya saja, dia memang tidak sadar, melakukan itu hingga melukai Jerome dan merasa dibohongi.

"Aku nggak permasalahkan gereja kita yang berbeda Jess, nggak. Tapi kenapa kamu nggak jujur aja sih?"

Jessica diam, tak tahu harus menjawab apa.

"Gereja aja kamu duakan, ternyata sifat kamu seburuk ini"

Ah, itu sangat melukai Jessica.

"Kenapa gereja saja kamu permasalahkan? Kalau tadi kamu bilang diawal nggak mempermasalahkan?"

Jerome mendengus kecewa.

"Apa kalau kamu tahu waktu itu aku khatolik kamu nggak akan nolongin Aku?"

Tanya Jessica, dia menahan keras agar airmatanya tidak sampai membasahi pipi.

"Se-enggaknya aku bisa tahu Jess, aku tahu kemana harus membawa kamu gereja waktu itu, Kalau begini kamu buat seakan aku ini benar-benar orang paling bodoh, tahu nggak?!"

Jerome menaikkan suaranya, untung saja dirumah hanya ada Nana yang sedang tertidur, Jeno sedang sekolah, dan kedua orangtuanya sedang bekerja di sawah.

"Ooh, berarti ini defenisi kita sama tapi gereja memisahkan? Ternyata bukan cuma agama ya Jer, gereja juga"

Jessica tidak tahu saja, ayah Jerome inikan pendeta, dia tidak akan memberi restu pada Jerome bila tahu Jessica ini sesungguhnya adalah katolik.

"Kamu jenius, pinter. Tapi kamu masih rasis Jer"

Lanjutnya penuh penekanan.
Hati Jerome berantakan. Tidak tahu harus bagaimana.

"Kamu bahkan belum tanya, ibu aku dulunya gereja apa. Tapi kamu permasalahkan dan justru bawa-bawa pendidikan?"

Jerome menoleh pada Jessica yang sudah menangis disebelahnya.
Ia merasa bersalah, menyesal setelahnya.
Ah, penyesalan kenapa selalu di akhir?

"Jess"

"Ibuku juga dulu kharismatik Jer, sama seperti kamu. Itulah kenapa nggak masalah buat aku buat tanda salib atau nggak. Tapi kamu? Kenapa bawa-bawa pendidikan?"

Sekarang Jerome sadar, ucapannya sangat melukai Jessica.

"Aku minta maaf"

Ucapnya kemudian dan mencoba menggenggam tangan Jessica yang ia pangku. Namun, langsung ditepis oleh gadis itu.

"Benar kata ibu,___"

"Jess aku___"

Jessica lagi-lagi menepis tangan Jerome yang mencoba meraih tangannya,

"Ketika seorang Jerome Polin Sijabat disandingkan dengan seorang Jessica, itu adalah langit dan bumi yang tak pernah menyatu! Matahari dan bulan yang tak akan pernah bertemu! Iya. Kita begitu Jer"

Lanjutnya seraya mengusap kasar air matanya dipipi dengan kasar.

"Jess aku minta maaf"

Mata lelaki itu juga berkaca-kaca, hendak menangis. Ikut berdiri, saat Jessica berdiri, mengikuti Jessica yang masuk kedalam rumah, berhenti ketika Jessica berhenti.

"Kamu boleh pergi dari rumah ini. Aku nggak akan ngomong apa-apa sama ibu dan ayah ku"

Ucapnya tanpa berbalik menatap Jerome yang berantakan, akibat terus saja mengacak kasar rambutnya.

"Jess pliss dengerin aku dulu. Aku minta maaf"

Tapi tidak, Jessica menggeleng hingga bulir bening luruh membasahi pipi lelaki itu ketika melihat gelengan kepala yang kekeuh dari Jessica.
Hal yang seumur hidup Jerome rasakan, sakit dihatinya saat menerima perlakuan Jessica atas ulahnya.

"Aku maafin kamu, tapi jangan muncul lagi dihadapan aku kelak"

Jessica masuk kedalam kamar, menyisakan Jerome yang kini bahunya merosot hingga ia terduduk dilantai, menangisi kebodohannya.


💚💚

Hingga matahari akan tenggelam, Jessica belum juga keluar dari kamar, sedang Nana sudah keluar, dan tahu perdebatan itu tapi memilih diam dan tidak berniat membantu menyatukan.

Nana, sudah keluar untuk bermain kerumah tetangganya, sekarang tersisa Jessica yang mengurung diri dikamar, dan Jerome yang masih menatap sendu pintu itu.

Perlahan ia bangkit berdiri, mengetuk pintu kamar Jessica.

"Jess, aku minta maaf"

Lirihnya, menyesali perbuatannya.

"Nggak baik nyimpen amarah hingga matahari terbenam Jess"

Lanjutnya bermonolog sendiri, sebab dari dalam sana tidak ada jawaban.

"Jess plisss"

Jerome hampir menangis, kalau saja Jessica tidak membukakannya pintu. Namun tak bertahan lama, saat Jessica ucapkan,

"Aku udah masukin semua barang kamu ke dalam koper. Kamu boleh balik Jakarta besok"








Next➡️

Jerome and JessicaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang