Jerome merasa lega setelah kejadian beberapa waktu lalu yang menimpa, akhirnya bisa juga berbaikan kemarin dengan sang pemilik hatinya.
Siang ini keduanya tengah masak bersama, sebab Jerome akan pulang ke Jakarta lusa, dan lelaki itu juga masih setia membujuk Jessica agar ikut kembali ke Jakarta bersamanya. Namun, namanya Jessica yang keras kepala. Kekeuh menolak ajakan pria itu.
"Ayolah Jeee" gerutu Jerome. Lelaki itu mulai mengubah nama panggilan nya lagi untuk Jessica sejak keduanya resmi berbaikan.
"Nggak Jer. Lagian kamu ngadi-ngadi iih" balas Jessica sengit, dengan memicingkan matanya pada Jerome. Lelaki itu mengulum bibirnya. Melirik Jessica dari ekor matanya, kemudian berlalu meninggalkan gadis itu sendiri berkutat dengan alat dan bahan dapur.
"Ngapain Jen?" Dia bertanya pada Jeno yang ia hampiri tengah belajar diruang tengah.
"Kakak buta ya?!" Sengit Jeno yang membuat Jerome menggaruk tengkuknya yang pastinya tidak gatal.
"Eh tau nggak Jen?"
"Paan?"
"Kalau aku nyatain perasaan aku pake matematika sama kakak kamu kira-kira dia bakalan tau nggak ya?"
"Jan ngadi-ngadi kak! Kak Jessica itu ga akan pernah bisa ngerjain nya"
Jawaban Jeno membuatnya menghela nafas pelan dan memandang langit-langit ruangan.
'Pantesan aja dia lama banget kasih jawaban' batinnya.
"Kak! Woy! Jan ngelamun!" Ucap Jeno yang memukul lengan Jerome pelan. Membuat lelaki itu terkesiap dan terkekeh.
"Mie nya siap!" Seru Jessica tiba-tiba, yang baru muncul dari dapur dengan mangkok besar ditangannya.
"Cepet banget" celetuk Jeno dan Jerome bersaaman. Nana yang baru muncul dari kamar terkekeh bersama Jessica. Hati Jerome menghangat melihat interaksi itu.
"Jen, na, kalian kasih makan Jerome dulu ya, kakak mau anterin makan sama bapak dan ibu di sawah"
"Ok kak"
"Aku ikut" sahut Jerome tiba-tiba. Jeno dan Nana, tak terkecuali Jessica menatap lelaki itu bingung.
"Ya aku ikut, mau liat sawah" lanjutnya. Dan Jessica hanya terkekeh kemudian mengangguk pelan.
💚💚
"Jee"
"Hmmm"
"Yakin nggak mau ikut pulang ke Jakarta bareng aku?"
Gadis itu hanya menggeleng pelan, membuat Jerome menghela nafas kecil. Sudah lebih dari sepuluh kali dalam sehari itu Jerome membujuk gadis itu, namun hasilnya sama saja. Nihil.
"Je, kita itu seperti persamaan y=2x dan y=2x+3 ya" lanjut Jerome, yang membuat gadis itu mengerutkan keningnya juga menghentikan langkahnya sebab mereka ini sedang dalam perjalanan menuju sawah.
"Maksudnya?" Heran Jessica,
"Iya, sama tapi ga pernah ketemu, perasaannya sama, tapi ga pernah bisa buat bersatu" Jessica terhenyek mendengar pernyataan Jerome. Bukan sekali dua kali lelaki itu menyuarakan isi hatinya, tapi tetap saja Jessica ini punya alasan untuk tetap pada keputusannya.
"Paan sih Jer, lama-lama kamu makin ga jelas tau nggak"
"Kaan, kamu selalu aja pinter ngelak"
Jerome menghela nafas, kemudian melanjutkan langkahnya, sebab dia juga ikut berhenti melangkah.
**
"Kapan nak Fajar kesini Jess?"
Jessica melirik Jerome dari ekor matanya mendengar pertanyaan dari ibunya. Lelaki itu terlihat tanpa ekspresi.
"Be-belum tau bu"
"Ooh begitu, nak Jerome jadikan pulang besok? Biar lamaran Jessica nya lancar" rasanya hati Jerome seakan dicambuk ribuan kali dengan rantai berduri, pedih.
Namun ia tahan-tahan dan memaksakan dirinya untuk tetap tersenyum.
"Lamaran apa ya Bu?" Pada akhirnya Jerome bertanya karena penasaran setengah mati.
"Ya lamaran, kamu nggak cemburu kan? Kalian kan cuma temen"
Begitu saja Jerome mau menangis rasanya, sedang Jessica diam-diam khawatir dan menggigit bibir bawahnya. Sungguh dia sakit melihat Jerome demikian.
Next➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jerome and Jessica
Teen FictionJerome Polin Sijabat, lelaki keturunan China Batak. pintar jangan ditanya, ramah jangan diragukan, humoris? sangat, harta? punya orangtua kalau kata dia, tampan?? wee jelas..:D bisa masak? bisa. cita-cita nya menjadi menteri pendidikan Indonesia. le...